Aku menulis ini karena aku sadar, setiap orang punya permasalahan sendiri. Tapi nggak semua orang bisa keluar dari permasalahan itu. Ada yang menghindar, bersembunyi dibalik kalimat baik-baik saja, bahkan ada yang menetap. Aku dilahirkan ke bumi sebagai anak perempuan yang memiliki banyak pelajaran hidup. Sejak kecil, aku dipaksa untuk menciptakan kebahagiaannya sendiri. Saat anak-anak seusiaku sibuk untuk tertawa dan bermain agar mereka bahagia, aku hanya bisa duduk terdiam sembari mengawasi mereka dari jendela rumah. Ketika anak-anak yang lain saat wisuda datang bersama dengan kedua orang tuanya, aku hanya bisa tersenyum tragis melihatnya. Saat anak-anak bergegas untuk pulang ke rumah sebagai tempat teraman baginya, aku sibuk memperlambat langkahku menuju ke rumah. Rumah pernah menjadi tempat terburuk dalam hidupku. Rumah yang seharusnya menjadi tempat terbaik agar aku bisa berlindung, justru berbanding terbalik dengan rumahku. Aku menulis ini agar kalian semua tahu, ada orang yang seperti aku. Bahkan mungkin di antara kalian yang sedang membaca ini, juga termasuk bagian dari itu. Aku hanya berharap, semoga tidak ada lagi orang yang mengalami apa yang aku alami ketika tumbuh menjadi manusia di bumi. Aku ingin bersuara, bahwa aku juga ada di bumi. Aku berhak tertawa, bahagia, dan jatuh cinta. Aku berhak untuk itu. ------- Halo, kayaknya cerita ini bakal jadi cerita yang memorable bgt buat aku pribadi. Jujur, aku berani buat nulis ini krn memang aku miris melihat masyarakat sosial kita. Harapanku, semoga kalian bisa dengan senang hati mengulurkan tangan bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan. Tertanda, Erina Putri
39 parts