Part 02

55 16 0
                                    


"Aishh... Gadis itu membuatku batal ingin bunuh diri, karena ada dia duluan disini." Ucapku menghela nafas perlahan.

Ia pun kembali menatap warna langit berwarna biru yang perlahan berubah oranye, sinar matahari akan redup setelah ini digantikan dengan sang rembulan.

"Memangnya gadis itu sakit apa? Sampai membuatnya ingin bunuh diri?."

"Akhh..."

Hoseok merintih kesakitan seraya memukul dadanya, cairan kental berwarna merah keluar dari indra penciumannya.

Lagi? Aku mimisan lagi.

Hoseok kembali terduduk lemah bersandar pada tembok, ia pun kembali menatap pergelangan tangannya melihat sebuah gelang tali berwarna hijau yang melingkat indah dilengannya, pria itu tersenyum miris.

Seharusnya aku mengkhawatirkan diriku sebelum aku mengkhawatirkan orang lain.
Hoseok kau benar-benar bodoh.

Jung Hoseok pengidap penyakit kanker darah langka yang membuatnya harus rutin checkup ke rumah sakit, melakukan tranfusi darah, dan kemoterapi.

Pria itu sering ingin mencoba bunuh diri karena penyakitnya yang tak kunjung membaik.
Namun ia selalu berfikir berulang kali untuk melakukan tindakannya yang menjemput sendiri ajalnya atas kemauan egoisnya.

Siapa yang ingin terus bertahan dalam keadaan seperti ini?
Tentu saja pasti akan merasa muak dan terasa amat menyesakkan dada.

Apalagi disaat ia mengingat keluarganya yang selalu berjuang untuknya dan memberinya semangat untuk menjalani hidupnya.
Pria itu tak ingin membuat keluarganya kecewa, dan bersedih karenanya.
Dan karena itulah yang membuatnya bisa bertahan selama ini, demi keluarga tercintanya.

Karena itu ia selalu berpura-pura menjadi seseorang yang ceria, tersenyum menutupi segala kesedihannya yang selalu ia simpan sendiri dalam benaknya.

Dan gadis itu.

"Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi, dan aku akan menyimpang gelang ini sebagai kenang-kenangan."

Kenapa aku bisa berfikir begitu?
Tentu saja jawabannya... karena aku takut semakin aku mengenalnya, aku akan semakin menyukainya.
Bahkan jika kami saling mencintai, aku hanya bisa menyakitinya dan memberinya luka yang teramat dalam.

Jadi aku akan berkata. "Selamat tinggal."

■■■

Yoona dengan langkah cepat ia berlari keruangannya membuka pintunya.

Brak.

Ketika pintu terbuka ia sudah melihat sang kakak yang sedang mengemasi barangnya-barangnya.
Gadis itu pun tersenyum menghambur kedalam pelukan sang kakak.

"Oppa kita beneran pulang hari ini kan?." Tanyanya.

Namjoon pun menghentikan aktifitasnya tersenyum kearah sang adik. "Tentu saja, apa kau tak lihat Oppa sedang mengemasi barang-barangmu?."

Setelah urusan dari rumah sakit selesai, keduanya akhirnya pulang meninggalkan rumah sakit dimana adiknya dirawat.

Dengan riang gadis itu masuk kedalam rumahnya berjalan menuju kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya diranjang.
Kamar adalah surga baginya, tempat paling nyaman dibandingkan kamar rumah sakit yang membuatnya tak betah bila berlama-lama disana.

"Akhirnya aku pulang juga."

Kim Yoona gadis berumur 18 tahun, mengidap penyakit kelainan jantung sejak kecil yang membuatnya harus sering dirawat kerumah sakit.
Jantungnya sangat lemah, gadis itu sering merasakan sesak nafas, dan terkadang jantungnya terasa sakit, ketika gejala-gejala itu mulai muncul gadis itu harus meminum sebuah obat pereda rasa sakit.
Gadis itu selalu membawa obat itu bersamanya, bergantung selama bertahun-tahun dan membuat bisa bertahan sampai sejauh ini.
Obat itu adalah bagian dari hidupnya.

BUTTERFLY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang