15. Kabar Buruk

586 124 17
                                    

Ternyata setiap orang punya alasannya sendiri bisa terdampar di tempat terpencil seperti ini. Begitu juga Seraphim Kartika. Ia mempunyai alasan kuat bertahan di desa ini selama satu tahun lebih. Saat aku mengeluh karena rencana hidup yang tidak sesuai kemauanku, ternyata Kai diuji untuk menjadi anak berbakti. 

Aku tidak tahu latar belakang keluarga Kai. Kami belum sedekat itu untuk berbicara tentang keluarga kami masing-masing. Dari apa yang dikenakan, dan penampilan sederhananya, mungkin ia berasal dari keluarga ekonomi menengah. Beda denganku yang membeli mobil baru seperti membeli mobil-mobilan. Semua keinginanku terbiasa terpenuhi bak raja yang menitahkan sesuatu, detik berikutnya akan terwujud.

Mungkin, karena aku terbiasa hidup secara instan, aku tak terbiasa dengan kekecewaan dan kegagalan. Hidup selama ini mulus, dan saat ada hambatan, aku merasa duniaku runtuh. Aku memilih menyerah dan menepi.

Gara-gara ucapan Kai tadi, aku merasa tertampar. Hanya terkena gigitan nyamuk Anopheles yang mengalirkan plasmodium ke dalam darahku dan akhirnya menginfeksi seluruh tubuhku, aku menyerah begitu saja. Bahkan berjuang untuk diriku saja, aku tidak mampu. Bagaimana bisa aku berjuang untuk orang lain bahkan orang tuaku? 

Baru kusadari, selama ini aku selalu fokus pada ketidak berhasilanku. Menganggap Tuhan tidak menyayangiku, karena selalu menggagalkan rencanaku. Kemudian aku memilih jalan melarikan diri, dengan dalih mencari pengalaman di tempat ini. Padahal, aku PTT karena tidak kuat dengan tekanan dibandingkan dengan Eden. Aku merasa tidak berguna dan menyerah begitu saja saat aku gagal. 

Dalam keremangan, kami saling memandang. Betul kata Kai, aku tidak boleh menyerah begitu saja. Bagaimana pun aku adalah laki-laki. Secara fisik aku lebih kuat dari Kai. Aku tidak boleh terus menghindar bila mengalami sesuatu yang tidak nyaman. Alih-alih mengeluh, aku seharusnya terus berjuang menempa diri bukan?

Aku tidak bisa menyanggah. Pipiku yang merah karena demam semakin pekat warnanya karena malu. Saat ini rasanya aku ingin ditelan bumi. Terlebih Kai masih tak bisa mengalihkan pandangannya dariku. Aku salah tingkah. Tubuh lemasku menggeliat. Wajahku memaling, tapi tetap saja tidak bisa menghindar dari tatapan mata kucing yang tajam itu.

"Sangka, alih-alih kamu mengeluh saat menginjak kerikil tajam dan menghindarinya. Lebih baik kamu menajamkan kewaspadaan supaya bisa menyingkirkan kerikil agar tak menghalangi jalanmu. Semangat ya! Ganbatte!"

Aku mendengar setiap kata Kai walau sambil berbaring merintih. Kedua perempuan di hadapanku ini adalah perempuan hebat yang menyadarkan aku untuk menjadi lelaki yang lebih kuat. Tak hentinya Bunga, gadis kecil yang tak ada hubungannya denganku, memijat kaki yang kukunya memutih. Sedang Kai duduk di tepi ranjang sambil menyeka peluh dingin yang tidak ada jeda mengucur setelah muntah.

Kai beranjak dari sampingku, memanggil Bunga untuk memegangkan senter. Aku tak mampu berpikir, masih bergelung dan kini mulai menggigil. Beberapa menit berikutnya terdengar suara guyuran air dari kamar mandi dan suara berisik mengikuti sesudahnya.

Aku mengubah posisi tidur, membuka kelopakku perlahan melihat keributan apa yang mereka lakukan. Sontak mataku membeliak, mendapati Kai berjongkok di sisi ranjang diterangi cahaya senter yang dipegang oleh Bunga. Iblis Manis itu membersihkan muntahanku??

"Kai …." Aku berusaha bangkit, mencegah Kai membersihkan lantai.

"Om, istirahat saja. Biar kami bersihkan," kata Bunga yang justru membuatku melongo.

"Kalau tidak dibersihkan sekarang, bisa-bisa ada tikus, atau lalat. Lagipula biar kamu nyaman tidurnya. Tidak enak pasti mencium bau asam walau dari muntahan sendiri."

"Maaf …."

"Kalau merasa bersalah, makanya cepet sembuh. Biar ga ngrepotin!" sahut Kai. 

Mendengar kata-kata yang mengandung kejudesan dan tetapi juga sarat kebenaran aku justru terkekek lemah. "Kapan lagi ya, Kai yang judes bin jutek jadi keibuan gini? Berasa jadi raja."

Tentang Kita (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang