Pagi datang, seperti biasa Tasya harus mengantar Kania pergi ke kampus.
"Dek, buruan. Nanti lu telat, kalo telat gue ogah ye kasih alasan supaya lu selamat"
"Ahh elah gue kalo telat ya tinggal bolos nemuin ayang beb"
"Yeuu kepinteran lu" Tasya menoyor kepala Kania
"Dih pala gue ditoyor mulu dah"
"Biar lu pinter haha"
Tasya tertawa tapi Kania malas berdebat dengan kakaknya itu. Kania keluar dari kamar dan diikuti oleh Tasya.
"Eh pamit dulu sono sama Taeyong"
"Oh iya lupa kak. Wait"
Selagi menunggu Kania, Tasya pergi ke dapur membuka beberapa laci untuk mengambil sesuatu dan langsung keluar apartemen menuju parkiran bersama Kania.
Mereka sampai di kampus Kania kurang beberapa menit dari jam masuk karena mobil yang Tasya bawa cukup laju.
"Eh dek, jangan keluar dulu. Bentar"
"Apaan kak?"
"Bentar doang elah. Nih bawa"
"Buat?"
"Jaga-jaga kalo ada yang ngintilin lu lagi. Kemarin sengaja beli pisau lipat buat senjata lu"
"Ohh boleh deh. Mudahan kaga ketahuan pihak kampus kalo gue bawa senjata tajam"
"Oh iya sini hp lu bentar"
"Buat apaan lagi"
"Gue mau instal nih program GPS supaya gue tau posisi lu. Kalo ada apa-apa lu bisa tekan ini otomatis hp gue bakal bergetar. Kalopun gue ga respon balik, lu telpon gue aja"
"Wihh pinter ye lu."
"Ya lumayan. Ga sia-sia gue kuliah bagian IT jadi bisa buat program simpel begini"
Tasya mengembalikan ponsel Kania dan memperhatikan Kania dari mobil sampai Kania benar-benar hilang dari pandangannya.
Tasya pulang ke apartemen yang langsung disambut hangat oleh Taeyong
"Eh tadi aku cek hp, ada berita kamu vakum. Emang bener? Kok ga konfirmasi ke aku?"
"Hehe iya maaf. Tadi Pak Lee Sooman yang langsung telpon"
"Ohh okeilah. Emang makin parah ya sakitnya?"
"Udah lumayan ngga kok."
"Kita cek dulu yuk ke dokter. Biar di kasih obat"
"Ayok deh. Obatku juga udah habis"
Tasya dan Taeyong pergi ke rumah sakit untuk mengecek tubuh Taeyong.
"Gimana dok?" tanya Tasya khawatir
"Taeyong terlalu memaksakan bergerak nih. Tolong jangan dipaksa jika sudah terasa sakit, ini bisa membahayakan"
"Lalu kelanjutannya bagaimana dok?"
"Taeyong bisa rawat inap untuk fokus pada pengobatannya, tapi jika tidak mau dia harus istirahat total di rumah dengan rutin mengonsumsi obat dan juga kontrol ke sini untuk melihat perkembangannya"
"Baik dok. Terima kasih. Kami pamit dulu"
"Oh iya, jika obat penghilang nyerinya habis, titik sakit bisa dikompres dengan air hangat ya"
"Oh baik dok. Makasih sekali lagi."
Tasya dan Taeyong pulang setelah berpamitan dengan dokter itu. Tasya masih yang berposisi yang menyetir.
"Kita ke supermarket dulu yuk"
"Ha? Mau ngapain? Kamu masih harus istirahat. Ga denger kata dokter?"
"Ihh bentar doang. Kulkas dah kosong. Kania kan kuliah, ga sempet belanja"
"Ya deh iya. Kamu di mobil aja ya?"
"No, I won't. Aku mau ikut. Bosen tau nunggu di mobil"
"Nanti kalo fansmu lihat gimana? Malah kamu masih sakit"
"Ngga aku bawa peralatan samaranku kok. Aku juga masih kuat."
"Iya deh. Emang batu banget dibilangi"
Mereka pun berbelanja di supermarket. Mereka terbagi dua untuk menyingkat waktu, itupun ide Taeyong dengan segenap usaha meyakinkan Tasya tidak akan terjadi apa-apa.
"Wait itu siapa dah?"
Taeyong sedikit panik menyadari ada seseorang yang mengikutinya dengan pakaian serba hitam menutupi identitasnya.
Taeyong langsung berusaha mencari Tasya dimana dan langsung mendekat kepada Tasya.
"E-eh kenapa kamu? Kok gemetaran"
"Sstt ada yang ngikutin aku. Kayaknya sasaeng deh" bisik Taeyong tepat di depan telinga Tasya.
Tasya langsung mencari orang yang dimaksud Taeyong dengan matanya tanpa berpindah tempat. Tapi sayangnya Tasya tidak menemukan seorang pun yang dimaksud Taeyong
"Ga ada tau yang. Udah ah yuk bayar. Belanjamu dah lengkap kan?"
"Belum sih. Gimana dong"
"Gapapa. Nanti aku sama Kania aja yang belanja lagi. Yuk ke kasir"
***
Tasya dan Taeyong sekarang sudah berada di rumah, Taeyong sudah tidak gemetaran lagi.
Taeyong sudah meminum obatnya dan tinggal tidur. Seperti biasa jika Tasya tidak tidur, maka Taeyong akan tidur di pangkuan Tasya.
Tasya sudah yakin bahwa Taeyong sudah terlelap, ia segera pergi ke dapur membereskan belanjaan dan membersihkan rumah.
Drrrt drrrt
Ponsel Tasya bergetar di saku celana Tasya. Tasya langsung mengambil ponselnya dan mengecek apa penyebabnya.
Getaran itu berasal dari sistem GPS yang ia sambungkan dengan Kania. Tasya langsung menyambar kunci mobilnya dan melajukan mobilnya ke titik posisi Kania berada.
Sesampainya di sana, Tasya langsung keluar dari mobil dan mencari Kania. Dia mengitari pandangannya di sekitarnya namun tidak menemukan Kania. Tasya menyerah dan menelpon Kania
"Dek, lu dimana?"
"Masuk ke toko depan posisi lu kak. Gue di dalam. Buruuu"
"Otw tunggu"
Tasya langsung mengikuti perintah Kania dan mencari Kania. Saat masuk, Tasya ternyata sudah bisa melihat Kania berada dan langsung mendekatinya.
"Apa? Apa maksud lu?"
"Urgent kak. Gue lupa bawa kartu apalagi duit cash."
"Haduhh si lontong. Bisa-bisanya lu manggil gue dengan cara ini buat bayarin lu"
Tasya membayar pesanan Kania walaupun masih tetap misuh-misuh
"Lain kali bisa pakai cara yang sopan ga? Tinggal telpon gue aja susah banget"
"Ya elah baperan amat kak. Iya maap, besok-besok ngga lagi"
"Bukannya baperan. Guenya panik & shock lu buat. Untung gue gada riwayat penyakit jantung"
Kania dan Tasya berjalan ke mobil untuk segera pulang. Mereka mampir ke supermarket untuk berbelanja melengkapi bahan makanan di apart.
•
•
•
•
•
•
•
•
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
{✔}Don't Touch My Boyfriend || Lee Taeyong
Fanfiction"Nggh" suara parau seorang gadis yang sudah beranjak dewasa. Dia menggeliat hendak melanjutkan tidurnya. Namun dia menyadari sesuatu, hawa hangat apa yang ada dihadapannya ini? Gadis itu pun mendongakkan kepalanya ke atas merasakan sesuatu yang terk...