17

1K 200 3
                                    

"...please,"


Hyunjin gak ngerti kenapa Seungmin jadi satu-satunya yang memohon ketika itu seharusnya dia. Tapi, bodo amat dengan tanya-tanya gak berkepentingan itu, karena Hyunjin langsung mencegat salah satu taksi supaya bisa segera sampai di kediaman Seungmin.


"PAK, SAYA BURU-BURU, TOLONG GASSPOL YA?! KALAU BAPAK NGEDOAIN SAYA BALIKAN SAMA MANTAN, NANTI SAYA TAMBAHIN ONGKOSNYA! CEPETAN PAAKK!! PLIS PLIS PLIS, JUSEYO!"

Sang supir sebenarnya bodo amat, tapi kalau ditawari tambahan ongkos ya mana menolak. Beliau pun mengeratkan pegangan di stir dan persneling, "Tolong pegangan yang kuat ya?"


Dan... gak perlu dijelaskan bagaimana keadaan perjalanan yang gak sampai 10 menit itu, setidaknya Hyunjin tetap sampai di tujuan dengan keadaan sehat, selamat dan sentosa.

Pusing dikit karena efek bekas minum-minum juga.


Hyunjin melangkah gugup mendekati kediaman rumah keluarga Kim. Seberapa pun ditahan, jantung di dada kirinya itu tetap berdegup tanpa mengenal ketenangan.

Ketika Hyunjin berdiri tepat di depan pagar rumah keluarga Kim, bertepatan juga dengan Seungmin yang baru keluar rumah dan hendak menghampiri Hyunjin.

Tatapan mereka bersirobok di tengah temaram malam. Sama-sama berhenti di saat yang sama.


Rasanya Hyunjin ingin seketika menerobos guna memeluk mantannya itu erat seraya menyerukan, "I miss you. I'm sorry but I miss you and still love you."


Tapi pikiran sadarnya memaksanya buat bertahan di tempat, sampai Seungmin berdiri di hadapannya.


"Malam, Hyunjin." Seungmin menyapa duluan membuat Hyunjin tersadar.

"M-malam, Seungmin." dicobanya menyunggingkan senyum ketika tangannya gatal ingin meraih pemuda Kim mendekat.


Hyunjin gak berkata apa-apa. Otaknya kosong mendadak.


"Hyunjin,"

"I-ya?

"W-would you take a walk with me?"


Even if you want me to take out my heart, I'll do for you.


Hyunjin mengangguk. "Yeah,"


🌙



"M-maaf, g-gue bukannya gak suka basa-basi, tapi gak bisa," Seungmin tahu-tahu berucap dan Hyunjin gak bisa menebak ke arah mana pembicaraannya, jadi dia memilih diam.


"Hyunjin,"


"I-iya, kenapa?"

"Alasan gue mutusin elo... bukan karena gue gak suka, tapi karena gue takut."

"...takut kalau gue bohong dan gak serius?"

"B-bukan..." lirih Seungmin. "Y-ya, itu salah satunya, tapi bukan itu utamanya, g-gue..."


Night Chance ╏ HyunMin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang