02

1.7K 275 35
                                    

"So, you are the top star students right now?"


Gerak Seungmin berhenti menulis dan menengadah. "Hah?"

"Heh, lo tuh gak cek grup atau gak punya ponsel habis kecemplung di kolam atau budek aja? Nama lo disebut di mana-mana tiap orang mau gossip!" cerocos Eric lantas duduk di sebelah Seungmin.

"Kurang ajar." Seungmin menjitak Eric pakai pulpen.

"Nih ya, gue to the point aja biar tidak ada dusta dan kesalahpahaman di antara kita." Eric mepet-mepet ke Seungmin sambil berbisik. "Lo pacaran sama Hwang Hyunjin?"

"Apa?" dahi Seungmin berkerut. "Berita ngaco darimana itu? Deket juga enggak sama tu orang."

"Yah, kan gak tauk, makanya gue nanya. Setahu gue juga lo tipe kupu-kupu (kuliah-pulang). Kan, kapan nongkrongnya?"

Seungmin ngelihatin Eric.

"Tapi ini tuh—duh! Orang-orang pada bilang lo jadian sama Hyunjin pas makrab kemarin."

"Hah?" Seungmin semakin bingung—well, meski sebenarnya lebih gak habis pikir. "'orang-orang' itu tuh, siapa yang bilang?"

"Banyak."

"Gak berdasar, subjektif." Seungmin mendengus. Dia kembali coba memfokuskan diri pada catatan kuliahnya.

"Yah, tapi... katanya Hyunjin sendiri yang bilang kalau lo pacarnya pas makrab itu."

Seungmin bergeming sejenak, ingatannya cepat berputar pada malam makrab yang mereka maksud. Baru dia menyahut, "Dia gak ada bilang apa pun sama gue. Udahlah," tukasnya lantas kembali menulis.

Eric masih kelihatan penasaran. "Jadi... lo beneran gak pacaran sama Hyunjin?"

"Enggak."

"Sumpah?"

Seungmin mendengus lebih keras dan meletakkan penanya. "Demi tiga bungkus rice box, enggak Son Eric. Lo tanya Hyunjin aja sekalian kalau masih gak percaya."

"Iyah, sorry..." Eric akhirnya menyerah.


Menyerah hanya pada Kim Seungmin, maksudnya.


🌙


Seungmin sadar kalau dia gak bisa menyalahkan Eric karena dia sendiri yang menyuruh temannya itu buat bertanya pada oknum satunya sendiri kalau dia masih kurang percaya.

Entah, Seungmin harus sedih atau enggak karena Eric gak begitu percaya padanya atau dia memang berharap tiga bungkus rice box itu menjadi nyata untuknya.

Tapi, lupakan rice box itu. Sekarang Seungmin telah berada di salah satu kantin outdoor seorang diri, mulanya begitu. Sampai dia mendatangi salah satu meja dan menggebraknya pelan—hanya demi seonggok atensi yang dimaksudkan menyadari presensinya.

"Kenapa lo bilang kita pacaran ke Eric—di hadapan orang-orang?" cetus Seungmin langsung.

"Uhm, well..." yang dituju terhenyak sejenak. Nampak kalau dia kaget tapi gak merasa aneh dan keberatan juga. "Because he asked and we are, aren't we?"

"Since when?"

"Malam keakraban jurusan."

"Hyunjin, sorry, but please listen," Seungmin berpindah duduk berhadapan cowok gondrong itu. Menatap lurus. "Gue sangat berterimakasih atas apa yang lo lakuin pas sama senior-senior itu. But like you said, it's nothing after that."

Hyunjin menyisihkan makanannya sebelum menyahut, "Mungkin lo beranggap begitu, tapi senior-senior itu enggak. Dan orang lain beberapa juga peduli. Lebih dari yang lo bisa abaikan. If you care about around you."

"Maksudnya?"

"Menjadi temen atau sekadar kenalan Eric kayaknya bukan cuman sekadar pajangan. Seenggaknya, lewat Eric orang-orang bisa lihat kalau lo ada."

"Intinya, please."

"Banyak yang ngincer lo, oke? Entah poin utamanya karena apa. Intinya lo cukup banyak yang naksir dan kebanyakan para senior, jadi dengan menjadi pacar gue itu sebenarnya menyelamatkan elo dari modus-modus busuk semacam senior-senior pas makrab."

Seungmin melipat tangannya dan menyandarkan punggungnya. Dia merasa ini masuk akal tapi gak—atau belum—bisa menerimanya.

"Gue merasa gak perlu menggunakan elo sebagai pacar buat melindungi diri dari orang-orang ganjen." katanya.

"Tapi lo juga gak terlalu punya banyak ketegasan buat menolak ajakan mereka. Am I right? Because if is yes, you never left them to touch you even one touched fingers."

Inginnya Seungmin langsung menyanggah, tapi ingatan kejadian ketika makrab juga penyambutan mahasiswa baru yang lampau membuatnya menjadi skeptis pada dirinya sendiri. Seungmin berakhir hanya membisu.

Hyunjin melambaikan satu tangannya. "So, gue bener kan."

Seungmin hanya mengakuinya dalam hati lantas kembali berucap, "Terus, keuntungan buat lo sendiri apa? Gak mungkin kan lo melakukannya secara sukarela?"

"Well, itu gak penting sih—"

"Hyunjin, gue gak bisa main-main soal begini. Jadi, beri gue seenggaknya alasan kalau bukan imbalan."

"Well, if you want to know, just guest then."

Seungmin menghela napas. Dia menemukan bagian menyebalkan dari Hwang Hyunjin. Jika mereka cukup akrab, Seungmin yakin kalau dia pasti akan langsung menendang cowok gondrong itu dari bawah.

"Diemnya elo, gue anggap percakapan kita berakhir dan gue mau lanjut makan karena masih laper." Hyunjin meraih sumpitnya.

"Lo suka gue?"

Seketika Hyunjin batal menyuap makanannya dan menatap cowok di hadapannya. Dia tersenyum simpul. "Who doesn't?"


·–—02 end

Night Chance ╏ HyunMin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang