"Nanti malam gue telepon ya!"
Seungmin yakin betul kalau itu cuman ucap sapa lewat belaka. Orang-orang melihat mereka, jadi wajar bila Hyunjin berseru demikian.
Namun malam itu, baru Seungmin menghabiskan kurang 20 halaman bukunya, ponsel di sampingnya berdering. Lebih kaget karena getarannya yang menyadarkannya.
Sebuah nomor gak tersimpan di kontaknya tertera di layar.
Ragu, Seungmin menggeser tombol hijau dan langsung menyalakan loud speaker.
"By!" suara yang familiar menyapanya.
Lantas Seungmin mematikan loud speaker dan meraih ponselnya ke telinga. "Hyunjin?"
Hyunjin terkekeh di sana. "Kaget ya? Hehehe. Lagi apa?"
"Lo... bener-bener nelepon gue?" Seungmin malah balik bertanya.
"Yah, begitulah. Gue ganggu ya? Sorry."
"No, enggak juga." jujurnya, "Cuman kaget aja. Ternyata lo... serius."
"Calling you didn't hurt me, By." Hyunjin mungkin tersenyum di sana. "Save nomor gue ya—ah, iya! Lo tadi belum jawab pertanyaan gue. Lagi apa?"
"Cuman lagi baca buku."
"Oh, iya... ehh, tanya dong."
"Ya tanya aja."
"Ih, nggak gitu maksudnya... tanya balik gue dong."
Seungmin memutar bola matanya. Namun bibirnya mencetak senyum yang spontan ditahannya dengan menggigit bibir bawahnya.
"Hyunjin lagi apa? Udah makan?"
"Udah!" suara Hyunjin yang terdengar riang membuat Seungmin berprasangka, jangan-jangan pacarnya ini sedang mabuk?
Kemudian, Hyunjin menambahkan lagi, "Sekarang lagi di balkon, ngelihat langit. Tapi sayang gak ada bintangnya..."
"Banyak polusi di kota, makanya bintangnya gak kelihatan karena ketutupan—"
"Soalnya bintanya lagi gue telepon sekarang. ACIIAAA!"
Dahi Seungmin seketika berkerut. "Lo mabuk ya?"
🌙
Sudah berapa hari ya... Seungmin gak pernah menghitungnya. Tapi Hyunjin gak pernah absen meneleponnya sejak pertama kali menghubungi sesaat setelah makan malam. Mereka gak pernah mengobrol sampai larut, paling lama hanya 1 jam. Hyunjin gak mau mengganggu waktu pribadi dan istirahat Seungmin.
Seringkali Seungmin berpikir, memang perlu sampai seperti ini ya? Toh, kan gak ada yang tahu mereka teleponan atau enggak. Orang-orang cuman melihat dan tahu apa yang disajikan di depan mata. Mereka gak tahu yang terjadi di belakangnya.
Sama saja, Seungmin juga gak tahu apa yang orang-orang pikirkan tentangnya—tentang dia dan Hyunjin. Seperti seorang senior yang gak mau disebut namanya, pernah berkata padanya, kalau Hwang Hyunjin cukup populer. Aneh kalau Seungmin dibiarkan begitu saja.
Atau orang-orang memang terlihat membiarkannya, tapi Seungmin kan enggak tahu di belakangnya.
"Si Seungmin..." nama yang samar-samar disebutkan itu buat sang empunya berhenti menulis. "...makin belagu aja."
Hah? Gimana? Seungmin dibuat kebingungan sendiri dengan bisik yang samar didengarnya di belakang punggungnya.
Pemuda Kim itu memang sedang berada di ruang terbuka umum. Sembari menunggu jadwal kelas berikutnya, Seungmin belajar sedikit, dan karena udara mendadak terasa agak dingin sampai membuatnya bersin lebih sering dari biasanya, dia merapatkan jaket dan tudungnya juga memakai masker. Oke... dia mengerti kalau sosoknya gak terlihat seperti Kim Seungmin, tapi—seriously? In front of my task?
Oh, ralat. Mereka kan di belakang Seungmin sekarang.
"Merasa makin superior aja dia tuh. Udah deket sama senior, terus jadian sama Hyunjin. Apa-apaan? Emang ya orang kalau cakep gak cewek gak cowok hidupnya dipermudah."
"Ibarat dia kalau mau punya 'temen kelonan' tinggal pilih aja."
"Tampang sok alim tapi main barengan modelan sama si kak Yeonjun. Mereka kan agak... gimana gitu, meski pun ganteng."
"Namanya juga orang cakep. Orang cakep mah selalu bebas."
Benci. Benci dan muak banget Seungmin mendengarnya. Kalau Seungmin berlama-lama bertahan di sana, dia takut kalap menancapkan pena ke kepala atau menggampar mereka sepenuh hati.
Dengan perasaan dongkol, Seungmin beranjak dari sana.
Kesialan macam apa sih ini? Kenapa dia harus mendengar hal yang gak perlu didengarnya secara langsung? Beda cerita kalau dia mendengarnya dari orang lain seperti Eric misalnya. Mungkin dia bakal kecewa tapi gak seemosi ini.
Privilage orang cakep, tai kuda. Siapa sih yang membuat pernyataan bahwa menjadi cakep dapat mempermudah segalanya?
"Tsk," Seungmin berdecak. "bikin bad mood aja."
·–—07 end
triple update karena nyaris seminggu sebelumnya gak sempat up, so sorry ):
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Chance ╏ HyunMin ✓
Fanfiction[short-fic series] Kim Seungmin menghadiri makrab (malam keakraban) jurusannya semata-mata cuman buat 'setor muka' Tapi sepulang makrab, Seungmin malah jadi pacar seseorang...