10

1K 208 15
                                    

"Jin, maaf, gue mau putus."


"....kalau gue gak mau?"


Gigitan di bawah bibirnya mengencang. Seungmin berdecak keras, "Kenapa? Kenapa gak mau?"

"Kalau kita putus... lo... sama kak Yeonjun..."

"Gue gak suka kak Yeonjun."

"Ke gue?"


"......"


"Lo juga gak suka gue...?"


Enggak. Harusnya Seungmin mengucapkannya. Tapi tenggorokannya mendadak tercekat. Seolah partikel udara yang dihirupnya seketika mengikatnya.


"Kenapa sih?" Seungmin berdesis. "Kenapa lo sengotot ini?"


"There's something wrong with you. I'll be there."

"No—"

"No debate. Mama lo suka gue."


"Anjing." panggilan telepon telah terputus ketika Seungmin misuh.


"Hyunjin kampret." biar begitu, Seungmin segera beranjak buat mengganti pakaiannya.


🌙


Hyunjin beneran datang ke rumah, padahal sudah malam. Seketika Seungmin menyesal menunggu di teras rumahnya. Harusnya tadi dia pura-pura udah tidur saja di kamarnya. Tapi kalau begitu, nanti mamanya tahu terus beliau yang bukain pagar. Nggak mau, nanti malah mamanya yang kesenangan terus banyak cakap.


Hyunjin tersenyum seraya menghampiri Seungmin. "Hei... malem,"


"I-iya..." beneran deh, Seungmin ingin menguburkan diri saja. Dia gak siap ngomong segalanya pada Hyunjin secara langsung. Makanya tadi minta putus juga lewat telepon. Harapannya Hyunjin bakal mengiyakan gampang saja atau bila kemungkinan mencapai obrolan panjang dan Seungmin bakal bertahan dengan kengototannya minta putus sampai Hyunjin capek sendiri dan akhirnya setuju buat putus.

Mana kepikiran Seungmin kalau Hyunjin sampai mendatanginya ke rumah. Rasanya gak mungkin...


Tapi nyatanya pemuda Hwang itu ada di hadapannya sekarang. Berdiri persis dengan matanya yang menatap lurus pada Seungmin.


"Lo..." Hyunjin mematahkan kebisuan. "Bener-bener gak suka gue dan mau putus sampai gak dibolehin duduk ya?"


"H-hah?" Seungmin terdadar. "Ng-nggak kok, ya ampun! Maaf, gue malah bengong."

"Jadi, bukan karena lo benci gue?"

"Enggak lah!" Seungmin kaget sendiri oleh kejujurannya sendiri. "Gue... gak pernah benci elo. Lo... baik. I mean, selama ini lo baik."

"Min, kalau sebetulnya gue cuman baik ke elo doang, apakah gue tetep jadi orang baik?"

"Hah...?"

"Lo selalu bilang kalau gue baik, tapi pernah gak sih lo mikir kalau sebetulnya gue cuman baik ke elo doang?"

"Hah, gak tau ah, jangan bikin overthinking." selorohnya. "Iihh, kok jadi ngomongin ini? Kan tadi gue minta—"

"Gue gak mau putus."

"....Jin, kita cuman pacaran bohongan."

"Buat elo iya, buat gue enggak." Hyunjin menatap tepat di mata Seungmin. "Seenggaknya... kasih gue alasan kenapa lo mau putus?"

Nggak tahu. Seungmin juga bingung. Kalau dibilang dia gak suka Hyunjin makanya minta putus, enggak juga.

Di sampingnya, Seungmin berakhir tertunduk seraya memainkan jemarinya satu sama lain.

Hyunjin gak bohong soal kalau dia telah lama mengamati Seungmin. Makanya, Hyunjin tahu kalau ada yang mengganggu pikiran si Kim yang membuatnya gak nyaman, tapi gak bisa diungkapkan.


Tangan Seungmin diraihnya dalam genggaman.


Seungmin tersentak. Hampir menepisnya tapi Hyunjin keburu menggenggamnya erat. Menyelipkan jemarinya sendiri di antara celah kosong.

Dan ketika Seungmin mengangkat wajahnya buat menyerukan protes, malah bungkam oleh tatapan Hyunjin yang menyelaminya.


"I like you."


Deg deg deg


"I really like you, I mean it."


Tiba-tiba genggaman tangan mereka mengendur. Perlahan Hyunjin menarik tanganya sendiri.


"Tapi... kalau pacaran sama gue buat lo gak nyaman... ya udah, gak pa-pa. Ayo putus aja. Niat awal pacaran juga kan biar lo gak dideketin senior-senior sebenarnya. Tapi—" Hyunjin tersenyum tipis menatap Seungmin. "—tapi gue malah maksain hubungan ini dan bikin lo gak nyaman. Maaf."


Seungmin terdiam di tempat.


Hyunjin telah mengiyakan ajakan putusnya. Bukankah ini yang diharapkannya? Harusnya Seungmin merasa ada beban yang terangkat menjadi kosong.


Literally memang ada yang kosong seketika, namun hal yang kosong itu malah terasa hampa.


"Gue gak akan ganggu lo lagi." ucapan Hyunjin menyadarkan Seungmin. "Tapi lo gak masalah kan kalau sesekali gue nyapa? Biar gimana pun, kita ini kan temen sejurusan, pasti bakal sering ketemu juga."


Seungmin gak mengerti kenapa Hyunjin masih bisa tersenyum setelah mengatakan itu.


"Gue bakal berusaha supaya gak bikin canggung setelahnya. Maaf ya,"


Belum Seungmin berucap sepatah kata pun sebagai sahutan, Hyunjin telah beranjak berdiri.


"Kalau gitu, gue pamit pulang dulu ya? Maaf udah ganggu lo malem-malem. Thank you for everything."


Dan tanpa menunggu Seungmin menyahut lagi, sosok Hyunjin telah pergi begitu saja.


Enggak, dia gak pergi begitu saja. Dia meninggalkan sesuatu yang disesali Seungmin setelahnya.


Segalanya. Hyunjin meninggalkan segala yang telah diberikannya.


·–—10 end


oq yak ini mkn tijel awokowkowk

Night Chance ╏ HyunMin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang