Happy reading!
Dika membenamkan wajahnya dibelahan dada istrinya, ia merasa nyaman bisa dengan bebas menghirup aroma tubuh Sita. Kehamilan Sita sudah berusia delapan bulan, namun rasa mual yang dialami Dika setiap pagi tak kunjung menghilang. Hanya aroma tubuh Sita yang bisa menghilangkan rasa mualnya.
Dika menjadi manja dan sensitif. Selain itu dia juga ngidam. Selama Sita hamil, Dika melarang Sita ke kantor, begitu juga dengan Dika yang memilih bekerja dari rumah. Jika ada pekerjaan untuk Sita dan Dika, maka asisten atau sekretaris mereka harus datang ke rumah. Meetingpun dilakukan melalui konferensi call, jika tidak bisa diwakilkan oleh asisten.
"Dika bangun dong, aku ada meeting." Sita berbalik memunggungi Dika dengan maksud untuk bangun dari tempat tidur. Namun Dika kembali merangkul perutnya dan mendekap Sita dengan erat.
"Sebentar lagi sayang, aku masih perlu obat." ucap Dika yang kemudian mengecupi tengkuk Sita dan bahu telanjang Sita.
Sita akhirnya mengalah, dan membiarkan Dika melakukan keinginannya. Perlahan Dika mengusap perut Sita yang semakin buncit.
"Hadap sini dong sayang, aku mau ngobrol ama mereka." ucap Dika.
"Iya sayang." Sita membalikkan badan dan menghadap suaminya. Dengan mata masih terpejam, Dika meletakkan kepalanya di perut Sita.
"Hai kalian anak papa dan mama. Lagi ngapain sih di dalam? Papa sama mama sayang banget sama kalian. Tumbuh baik ya nak." Dika menciumi perut Sita. Membuat Sita tersenyum bahagia karena tidak kekurangan kasih sayang sedikitpun dari suaminya ini.
"Hari ini waktunya kontrol dokter lagi." ucap Sita yang masih mengelus kepala Dika.
"Kamu meeting cuma sekali kan? Setelah makan siang kan ke RSnya?"
"Iya. Makanya sekarang buruan bangun." Sita menepuk bahu Dika. Dengan gerak malas, akhirnya Dika bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Ia memandang istrinya dengan penuh rasa sayang.
Sita mulai bergerak menuju kamar mandi sedangkan Dika mulai membuka handphonenya dan melihat beberapa email yang masuk. Setidaknya dengan work from home ia jadi bisa membagi waktu dengan keluarganya.
"Halo Von ada apa?" ucap Dika setelah menggeser layar panggilan.
"Meeting kita tunda dulu, ada sedikit masalah teknis."
"Okey, kamu bisa atasi sendiri?"
"Aku coba dulu. Kalo ga bisa tar bantuin ya."
"Okey."
Sita berjalan keluar dari kamar mandi. Ia segera menuju walk in closet. Memadu padan kan outfit yang akan dikenakannya dan suaminya.
"Say mandi gih." ucap Sita.
"Siap madam." ucap Dika yang kemudian masuk ke kamar mandi.
Setelah Sita dan Dika selesai bersiap, mereka menuju ruang makan. Selama Sita hamil, Dika melarang Sita memasak. Lagi-lagi dengan alasan karena Sita udah sibuk bekerja, Dika tidak ingin Sita terlalu capek. Kehamilan kembar di usia Sita yang sudah tigapuluhan membuat Dika was-was.
Di tengah perbincangan dan suara denting alat makan, terdengar bunyi bel pintu yang menggema.
"Siapa pagi - pagi gini udah bertamu?" ucap Dika yang masih menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Entahlah. Aku ga merasa --" Sita menoleh ke arah belakang Dika
"Hai morning." Nala muncul dengan senyum cerianya. Ditangannya tampak beberapa paperbag. Sita memiringkan kepalanya dan mengernyitkan dahi melihat sahabatnya yang tiba - tiba muncul.
![](https://img.wattpad.com/cover/236745612-288-k385621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)
RomanceWarning 21+ "Aku kira aku sudah melupakan cinta pertamaku. Dan kemunculanmu kembali membuat jantungku berdebar-debar." (Randika Aradhana Wijaya) "Mengapa lelaki itu ada disini? Siapa dia? Mengapa hatiku tidak tenang setiap di dekatnya?" (Laksita Mah...