Sita menanti dengan cemas diruangan sekretarisnya. Sejak kata lamaran yang terlontar dari mulut Dika terucap, Arya menyuruhnya keluar ruangan karena Arya ingin bicara berdua dengan Dika. Awalnya Sita protes karena ia juga ingin mendengarkan pembicaraan mereka.
Jika membahas tentang pernikahan, menurut Sita hal tersebut terlalu cepat. Sita masih belum memiliki keyakinan untuk melangkah ke tahap yang lebih serius daripada vonis hukuman mati. Banyak hal yang membuatnya cemas, salah satunya adalah sejarah kelam orangtuanya yang tidak bisa ia banggakan dihadapan keluarga Dika yang begitu harmonis.
Sita melihat arloji di pergelangan tangan kirinya, sudah sekitar satu jam ia berada diruang sekretarisnya tersebut. Sedangkan asisten dan sekretarisnya ia minta untuk segera pulang karena tidak ada hal penting lagi yang perlu dikerjakan.
Sita menoleh ke arah pintu ruangannya yang terbuka. Dan tampilah dua orang lelaki yang ia nantikan. Dika menatap Sita dan tesenyum. Dika tampak membawakan tas kerja milik Sita dan meraih telapak tangan Sita.
"Ayo kita pulang." ucap Dika yang direspon dengan anggukan oleh Sita.
Sita menatap Arya yang hanya lewat begitu saja di depannya tanpa berkata apapun. Saat melihat ekspresi dan gerak-gerik kakaknya itu, Sita tersenyum lega. Ia pun menggenggam telapak tangan Dika dan berjalan bersama Dika tanpa mengatakan apapun.
Sita tau kakaknya itu memang protektif jika sudah berhubungan dengan masa depan Sita tetapi ia juga tidak membelenggu Sita. Dan ia yakin kalo Arya tidak akan mempermasalahkan hubungannya dengan Dika walaupun Arya tidak mengatakannya langsung kepada Sita.
"Sita, kamu mau makan apa? Malam ini aku akan masakin kamu." Dika menekan tombol lift yang kemudian membawa mereka ke lantai dasar.
"Hampir semua masakan aku suka. Asal masaknya tanpa santan, gak terlalu pedas dan gak suka jengkol. Kalo pete aku suka." Sita merapikan letak dasi dan kerah Dika sambil menepis kerutan di kemeja Dika.
"Malam ini kamu bisa bersantai sambil menunggu makanan matang." Dika menyelipkan rambut ditelinga Sita dan mengecup singkat dahi Sita.
"Ya tentu saja setelah kita mandi, kamu bisa mulai masak untukku."
"Ehem. Sita, aku akan dengan senang hati mandi bareng kamu." Dika mengerling nakal pada Sita.
"Kamu tuh ya selalu memutarbalikkan maksudku." Sita melirik tajam kepada Dika.
"Eits aku bencanda Sita, aku suka lirikan tajammu itu. Seksi and dangerous." bisik Dika dan membuat wajah Sita merona.
Sita dan Dika berjalan melewati lobby kantor yang sepi karena sebagian besar karyawan sudah pulang. Mobil Dika sudah berada di pintu masuk lobby dan tampak petugas vallet keluar dari mobil Dika dan membukakan pintu untuk Sita dan Dika. Sejak Dika dan Sita berpacaran, mereka berdua berangkat dan pulang kerja bersama. Awalnya Sita enggan tetapi dengan berbagai alasan yang dibuat Dika, akhirnya Sita menyetujuinya.
.....
Sita mematut dirinya di cermin, ini sudah yang kelima kalinya ia berganti baju. Padahal ia hanya akan makan malam dengan Dika di unitnya. Akhirnya Sita memutuskan untuk memakai dress yang membuatnya nyaman. Sita memakai make up tipis supaya wajahnya tidak terlihat kusut karena lelah. Disaat ia tengah melihat penampilan finalnya di cermin, bel apartemennya berbunyi. Sita bergegas membukakan pintu dan muncul sosok Dika dengan sebuket bunga mawar.
"Wah! Sweet banget. Thank you Dika." Sita mengecup pipi Dika dan menerima buket bunga tersebut.
"Wow!!! Kamu makin cantik setiap kali aku liat kamu." Dika mengelus rambut Sita dan meraih tangan Sita kemudian mengajak Sita untuk masuk ke dalam unitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)
RomantizmWarning 21+ "Aku kira aku sudah melupakan cinta pertamaku. Dan kemunculanmu kembali membuat jantungku berdebar-debar." (Randika Aradhana Wijaya) "Mengapa lelaki itu ada disini? Siapa dia? Mengapa hatiku tidak tenang setiap di dekatnya?" (Laksita Mah...