Kejadian pagi tadi masih membuat Sita kesal dan malu. Wajah Dika yang menampilkan senyum menggodanya selalu terpampang setiap mereka berpapasan. Sesenang itukah Dika yang berhasil mengerjainya. Seharusnya pagi ini Sita tidak akan ke kantor tapi karena Arya yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan, ia terpaksa pergi ke kantor.
Dan di sinilah ia terjebak dengan Arya dan Dika. Sedari tadi Dika tidak ada henti-hentinya menatapnya dengan senyum tengil yang menghiasi wajahnya, sementara Arya masih berbicara ditelepon dengan pengacara perusahaan. Sita berdecak kesal karena tatapan Dika, tapi seolah sudah tebal muka, Sita selalu mendapati Dika yang tertawa lebar setiap kali Sita memelototinya.
Bukannya takut pada Sita, namun Dika semakin menunjukkan tawanya itu yang sialnya membuat ketampanan Dika makin bertambah. Sita merutuki perbuatannya tadi pagi karena sempat terlena pada Dika yang ia kira hanyalah mimpi. Ingin rasanya Sita memohon untuk ditelan bumi dan lenyap dari muka bumi ini.
"Kalian lagi berantem? Dari tadi aku perhatikan kalian hanya diam aja dan ada apa dengan tatapan galakmu itu sister? Seolah kamu mau menerkam Dika, emang dia salah apa?" Arya yang sudah selesai berbicara di telpon tiba-tiba membuyarkan lamunan Sita.
"Apa kata pengacara?" Sita tidak menanggapi ucapan Arya, lebih tepatnya tidak akan menjawab.
"Keterlibatan Aldo yang tidak diduga itu adalah dia sebagai salah satu ahli waris perusahaan rival namun dia anak yang lahir di luar pernikahan."
"Maksudnya gimana sih bro?"
"Jadi intinya perusahaan rival itu sedang ada perebutan antara ahli waris, dan tujuan Aldo adalah mencaplok anak perusahaan kita, dengan begitu keberadaannya akan diakui, selain itu jika Aldo berhasil menikah sama kamu yang adalah adikku, keberadaannya dalam keluarganya juga akan diperhitungkan, karena dia akan mendapat saham yang menjadi bagianmu."
"Hmf, langkahi dulu mayatku." Sita mendengus kesal.
"There ia no relationship without ulterior motive.Well setidaknya dia bakalan meringkuk dipenjara selama beberapa waktu ke depan." ucap Arya
"Keputusanku untuk menolak menikah dengannya sudah tepat." Senyum miring terbit di wajah Sita.
"Iya tapi kalo kamu sudah menemukan pria yang tercipta hanya untukmu, kamu jangan menolak ya!"
"Omonganmu bro, kayak udah nemuin pujaan hati aja." Ucap Sita sambil mencibir perkataan Arya.
"Sister ketahuilah aku udah menetapkan seorang wanita untuk menjadi nyonya di istana hatiku."
"Heh pangeran kutub, kamu udah lupa ama tragedi keluarga kita!?"
"Aku ga akan pernah lupa kehancuran keluarga kita. Aku harap Marina gak akan berubah seperti itu."
"Gila, aku mesti kasih perhitungan dulu sama Marina."
"Nope! Jangan takuti wanitaku, itu urusanku, kamu cukup mendukungku."
"Astaga Bro, aku sampe ga bisa ngomong apa-apa, terserahlah, asal inget ya klo kamu patah hati jangan bunuh diri, jangan pernah ninggalin aku dengan cara kayak gitu. Sampai di nerakapun aku ga akan maafin kamu!" Sita menyerah untuk menghentikan Arya.
"Thank you my dear sister. Tenang aja hal kayak gitu gak bakalan terjadi. Dan aku yakin akan ada seorang pria yang membuatmu menyerah untuk hidup sendiri." Ucap Arya sambil melirik ke arah Dika yang dari tadi hanya diam menyimak percakapan kakak beradik ini.
Sita terkekeh mendengar harapan kakaknya ini. Ya Sita akui ada sosok pria yang sedang gencar menggoyahkannya, jika hanya seperti itu saja, Sita tidak akan goyah dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)
RomanceWarning 21+ "Aku kira aku sudah melupakan cinta pertamaku. Dan kemunculanmu kembali membuat jantungku berdebar-debar." (Randika Aradhana Wijaya) "Mengapa lelaki itu ada disini? Siapa dia? Mengapa hatiku tidak tenang setiap di dekatnya?" (Laksita Mah...