~ 11 ~

6.5K 322 13
                                    


Dika dan Sita saling melihat dan melirik sambil mengangkat bahu. Tepukan Sekar dibahu Dika membuat Dika menoleh ke arah tantenya.

"Oya Sita, perkenalkan ini Dika keponakan tante, dia anaknya Tante Aneta."

"Iya tante saya kenal Dika, kami rekan kerja." ucap Sita dengan canggung.

"Iya ma, te, Sita ini COO di kantorku." Dika menimpali ucapan Sita.

"Ooo kalian masih satu kantor!" ucap Sekar sambil mengangguk anggukan kepala.

"Maaf ya tante, Nala ga bisa gabung karena dia lagi slesein desain pesanan khusus untuk show weekend ini." Sita menarik tempat duduk.

"Iya gak apa-apa, saya bisa ngerti kok. Oya kita pesan makanan dulu yuk. Ayo Dika duduk, kamu ngapain masih berdiri." ucap Sekar.

Dika berdehem dan mengambil duduk di sebelah Sita. Dika hanya sesekali mengulas senyum mendengar ketiga wanita itu berbicara. Ia terpesona melihat Sita yang dengan luwes dan cekatan saat menjelaskan beberapa hal kepada tante dan mamanya. Pembawaan Sita yang terkesan kalem, sangat berbeda saat ia menjadi atasan dikantor. Dan hal itu menambah pesona seorang Laksita.

Sambil mendengarkan penjelasan Sita, diam-diam Sekar mengamati keponakannya yang terus-menerus melirik ke arah Sita. Sekar tau gerak-gerik orang yang jatuh cinta, ia jadi tau perempuan yang dimaksud oleh Devon sebagai cinta pertamanya Dika, ia yakin Sita lah orangnya.

"Dika, awas tar matamu juling." Celetuk Sekar yang kemudian membuat Sita dan Aneta menoleh bersamaan ke arah Dika.

"Apa sih tante, siapa yang juling? Mata Dika masih normal kok." ucap Dika sambil mengusap usap tengkuknya dan menghindari tatapan mata mereka.

Sekar dan Aneta saling berpandangan dan tersenyum miring melihat Dika yang salah tingkah.

"Bisa saya lanjutkan?" ucap Sita mengalihkan pembicaraan

"Oiya silahkan Sita. Eh makanan kita udah menuju kesini tuh, lanjut tar ya, kita makan dulu." Aneta menunjuk dwngan dagunya kearah troli makan yang menuju ke meja mereka.

Sita mengangguk dan tersenyum. Dika mengelus dada merasa lega karena tidak ada lagi yang membahas tingkah absurdnya.

"Sita, nambah lagi makannya." ucap Aneta sambil menyodorkan nasi.

"Baik tante, makasih." ucap Sita yang langsung menyendok nasi dan menambah lauk.

Aneta dan Sekar saling menatap lagi dan mereka berdua mengangguk karena merasa berpikiran yang sama tentang Sita. Hal tersebut tidak luput dari penglihatan Dika, kecurigaannya makin bertambah namun ia belum menemukan jawaban yang meyakinkan, untuk saat ini akan ia biarkan saja selama tidak melewati batas.

Setelah selesai makan mereka melanjutkan kembali perbincangan hingga akhirnya Aneta menyetujui surat perjanjian kerjasama antara dirinya dan butik milik Nala dan Sita.

"Dika! Ah iya ternyata benar kamu. Kamu apa kabar?" seseorang tiba-tiba menghampiri Dika yang tengah berjalan keluar menuju tempat parkir.

"Oh hai Alya, kabarku baik." ucap Dika singkat. Percakapan Dika dengan Alya tidak luput dari penglihatan Sita. Ada rasa tidak nyaman yang memasuki relung hatinya.

"Tante, maaf saya duluan ya, saya masih ada pekerjaan yang menanti. Hati-hati di jalan tante." Pamit Sita pada Anetta dan Sekar.

"Makasih ya Sita, kapan-kapan kita makan lagi sama Nala juga." ucap Sekar.

"Siap tante. Sampai jumpa di acara fashion week." Sita tersenyum kemudian segera berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya.

Tidak sedikitpun ia melirik Dika, ia sama sekali tidak ingin tau atau lebih tepatnya tidak ingin melihat ekspresi wajah Dika saat berbicara dengan perempuan tersebut. Entah kenapa ia ia tidak suka melihat Dika bertegur sapa dengan wanita tersebut. Untuk mengalihkan pikirannya, Sita segera membuka email dari handphonenya.

Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang