"To the point saja, kamu serius sama Sita? Apa alasan kamu untuk deketin adik saya?" ucap Arya setelah Marina meletakkan teh dan meninggalkan ruangan.
Saat ini Dika tengah berada diruangan Arya, setelah insiden diruang meeting itu, Arya langsung mengajak Dika untuk minum teh di ruangannya. Padahal Arya hanya ingin menginterogasi bawahannya itu. Memang tidak ada larangan untuk berkencan satu kantor hanya saja harus tetap profesional, apalagi ini menyangkut kebahagiaan adiknya. Arya juga ingin memastikan, apakah Dika bisa ia percaya.p
Dika pun mulai menceritakan pertemuannya dengan Sita saat sekolah kemudian Dika juga bercerita sudah sejauh mana ia mulai mendekati Sita.
"Apakah sudah menjawab rasa penasaran pak Arya?"
"Aku memang sudah menduga kamu tertarik dengan Sita, hanya saja perjuanganmu akan berat dan lebih berat setelah kelakuan Aldo yang terakhir. Aldo sudah dua kali melamar Sita tapi ditolak. Untunglah nasib baik masih berpihak pada keputusan Sita."
"Seberat apapun saya mau berusaha. Saya ingin terus bersama Sita dan membuatnya berubah pikiran. Suatu saat nanti pasti saya akan mengetahui kebenarannya dari Sita, peristiwa yang membuat Sita menjadi tertutup dengan kelanjutan sebuah hubungan."
"Aku tau, banyak hal yang ingin kamu ketahui tentang Sita. Aku dan Sita memang mengalami sesuatu hal yang membuat kami sulit untuk menerima kehadiran orang lain. Hanya itu yang bisa aku katakan."
"Baik pak Arya, terima kasih."
.....
Insiden diruang meeting masih menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari. Kaum hawa yang selama ini mengidolakan sang CTO dibuat patah hati lantaran idola mereka dengan lantang memberikan hatinya buat sang COO. Mereka kemudian iklas dan mendukung perjuangan idola mereka untuk menaklukan hati sang COO yang terkenal dengan sebutan gunung es tersebut.
Kaum adam pun salut dengan keberanian sang CTO yang berani memasang target pada sosok wanita yang menjadi idaman mereka. Jangankan mengobrol, melihat Sita berada dalam radius beberapa meter dari mereka saja sudah membuat mereka sesak napas karena dibuat salah tingkah dengan aura Sita yang seolah mengintimidasi keberadaan mereka.
Berbeda dengan Sita yang terus saja melakukan jurus menghindari Dika, Dika masih gencar berusaha berada di radius terdekat dengan Sita. Dan bila mereka berpapasan, hanyalah tatapan dingin yang Dika terima seolah mereka musuh abadi.
Seperti saat ini, Sita tengah menatap malas pada sosok pria di depannya yang mau tidak mau harus ia terima kehadirannya diruangannya. Dika mendatangi ruangan Sita dengan dalih memberikan laporan operasional proyek yang membutuhkan tanda tangan Sita.
"Dika, kasian sekretaris dan asisten kita kalo pekerjaan mereka kamu ambil."
"Kebetulan mereka lagi sibuk mengirimkan dokumen lainnya dan karena yang ini lebih mendesak maka aku lebih baik langsung sampaikan ke kamu." Dika tersenyum sambil menyodorkan sebuah dokumen yang hanya dilirik sekilas oleh Sita.
"Tidak ada dokumen yang mendesak Dika, jangan cari alasan. Aku tidak punya waktu senggang untuk meladeni permainan kamu."
"Sita aku serius, aku terpaksa memakai cara ini untuk bicara sama kamu. Kalo kamu gak menghindari aku terus menerus, aku juga gak akan sampai kayak gini." Dika tersenyum lebar berhasil membuat Sita terpojok.
Sita menghela napas, kesabarannya selalu diuji jika berhadapan dengan sosok pria ini.
"Oke. Silahkan bicara, aku akan mendengarkan, tolong to the point ya."
"Besok malam dan malam berikutnya makan malam sama aku ya. Aku pengen kencan sama kamu."
"Gak mau klo tiap hari. Annoying."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)
RomanceWarning 21+ "Aku kira aku sudah melupakan cinta pertamaku. Dan kemunculanmu kembali membuat jantungku berdebar-debar." (Randika Aradhana Wijaya) "Mengapa lelaki itu ada disini? Siapa dia? Mengapa hatiku tidak tenang setiap di dekatnya?" (Laksita Mah...