Happy Reading!!!
Sambil menunggu dokter yang masih dalam perjalanan, Dika menekan luka dipergelangan tangan Sita dan menghentikan pendarahannya. Dika tidak menduga jika Sita akan nekat menyayat pergelangan tangannya. Hati Dika sakit melihat kondisi kekasihnya ini. Apa yang menjadi pemicunya sehingga membuat Sita tega untuk melakukan aksi bunuh diri ini. Dika sangat emosi, jika bukan karena dihentikan oleh polisi, ia sudah menghajar Aldo seperti orang kesurupan dan bisa saja Aldo terbunuh.
Diusapnya wajah Sita yang pucat, dan diciumu wajah yang selalu menjadi kerinduannya. Bel apartemen berbunyi di saat Dika masih menatap Sita dengan lekat.
"Hei Maura maaf ganggu kamu tengah malam ini, aku butuh bantuan, Sita terluka, aku ga bisa bawa dia ke RS, kondisinya gak memungkinkan untuk aku bawa ke RS." ucap dika pada sosok dokter yang juga sepupunya itu.
"Gak ap-apa Dik dimana Sita? Aku mau lihat kondisinya." Maura mengikuti Dika memasuki kamar.
"Dika kamu apain Sita sampe kayak gini?" ucap Maura yang terkejut dengan kondisi Sita.
"Kapan-kapan aku cerita." Maura menatap curiga pada sepupunya itu. Dan segera memeriksa kondisi Sita.
"Aku gak nyangka kamu mainnya kasar gini. Aku bilangin Om Rama."
Akhirnya Dika menceritakan kejadian yang menimpa Sita. Supaya kecurigaan Maura hilang.
"Oh my God. Aku udah cek, tidak ada bekas pemerkosaan di area vitalnya."
"Makasih Ra. Tolong jangan ceritakan apapun ke papa dan mama ya. Please."
"Oke. Kalo ada apa-apa panggil aku aja."
"Tunggu Ra, satu lagi aku minta tolong, bantu Sita untuk pakai baju."
"Oke." dengan segera Maura memakaikan baju untuk Sita.
Dika duduk termenung di sofa ruang tamu sambil menunggu Maura yang masih dikamar dengan Sita. Ia berkali - kali menghela napas, ia berharap Sita akan baik-baik saja. Ini semua salah Aldo bukan salah Sita. Dika mengangkat kepalanya saat terdengar pintu kamar terbuka dan tertutup.
"Maura, makasih udah datang. apakah Sita udah bangun?"
"Belum, kalo kondisinya memburuk, lebih baik dibawa ke psikolog. Ini aku kasih obat penenang untuk jaga-jaga. Dia mengalami pelecehan seksual itu bukanlah kenangan yang baik, apalagi sampai mencoba bunuh diri."
Dika mengangguk dan mengantar Maura sampai di pintu apartemennya. Dika kembali ke kamar sambil membawa segelas air untuk Sita. Dika merapikan selimut Sita hingga menutup lehernya. Diusapnya lembut kepala Sita. Kemudian ia berbaring disebelah Sita dan memeluk Sita.
Sita terbangun karena mimpi buruk yang dialaminya, Ia terisak karena kejadian buruk itu terbawa sampai mimpi.
"Sita, jangan takut aku ada di sini." Dika memeluk Sita dan mengelus punggung Sita untuk menenangkan.
"Dika aku mau pulang. Antar aku ke rumah mas Arya."
"Iya besok ya Sita. Kamu istirahat dulu."
"Dika aku udah gak suci. Aku jijik pada diriku sendiri. Aku gak pantas buat kamu. Kamu lihat ditubuhku banyak jejak yang dia buat. Aku kotor Dika."
Dika melihat tatapan terluka dimata Sita. Hatinya sakit melihat Sita terluka.
"Aku gak peduli Sita. Aku cinta sama kamu. Kamu masih suci Sita. Walaupun tidak, aku juga ga peduli, perasanku ke kamu ga akan berubah. Apa itu sebabnya kamu menyayat pergelangan tanganmu? Kamu mau ninggalin aku Sita?"
"Tapi Dika jejak ini gak bisa hilang walaupun aku sudah menggosoknya sekuat tenagaku. Aku jijik. Aku ga mau hidup dengan ingatan tentang semua yang dia lakukan ke aku. Aku benci diriku sendiri. Lebih baik aku mati daripada jadi aib semua orang. " Sita menangisi keadaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/236745612-288-k385621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Cuma Kamu [21+] (Completed)
RomanceWarning 21+ "Aku kira aku sudah melupakan cinta pertamaku. Dan kemunculanmu kembali membuat jantungku berdebar-debar." (Randika Aradhana Wijaya) "Mengapa lelaki itu ada disini? Siapa dia? Mengapa hatiku tidak tenang setiap di dekatnya?" (Laksita Mah...