-
Hari Rabu adalah hari yang paling di benci Anna, pertama yang membuatnya membenci hari rabu adalah pelajaran olaraga yang sangat menguras tenaga. Mungkin untuk sebagian orang sangat suka dengan pelajaran olaraga karena bisa menghabisakan waktu dengan bersantai ria di lapangan atau bisa juga menjernihkan mata dengan cara melihat cowok cowok tampan yang sedang bermain basket.
Tetapi tidak dengan Anna, gadis itu tidak begitu menyukai pelajaran olaraga karena sinar matahari, bukan karena takut kulut putihnya bisa menjadi kusam karena perawatan wajah dan kulitnya yang sangat mahal dan bisa di bilang begitu fantastis tapi karena memang sejak kecil Anna tidak begitu menyukai hal hal yang berbau olaraga.
Pelajaran yang sangat di gemarinya adalah fisika, padahal gadis itu tidak begitu mahir dalam hitung menghitung dan semacamnya. Tapi entah keberani dari mana gadis itu begitu menyukai jejeran angka yang sangat tidak begitu di sukai sebagian orang di muka bumi ini.
Dulu Anna pernah berpikiran untuk masuk SMK dan mengambil jurusan Acountting, tapi impian itu harus terpatahkan ketika Daddynya memarahinya. Membuatnya harus mengikuti kemauan sang Daddy dengan alasan demi kebaikan dirinya.
Dari kecil cita citanya adalah Dokter tapi pengen mengambil jurusan Acuontting, aneh bukan?! tapi setelah tubuh menjadi gadis remaja Daddynya menyuruh nya untuk meneruskan bisnis Daddynya. Padahal sejak kecil Anna tidak pernah menpunyai pikiran untuk menjadi wanita karir, karena alasan tidak mau mengabaikan suami dan anaknya kelak.
Anna berjalan di koridor dengan bersenandung ria, wajah cantiknya selalu menjadi pusat perhatian banyaknya laki-laki tapi itu semua tidak membuat Anna menjadi sombong dan banyak gaya. Anna tetap lah Anna gadis cantik yang tidak pernah menyombongkan dirinya walapun terlahir dari keluarga kaya raya yang memiliki segudang harta dan wajah yang cantik.
Anna memang harus berterimakasih kepada sang Mommy karena mewarisi wajah cantik dan memiliki kesabaran yang begitu besar, gang sang Mommy memang patut di acungkan jempol karena menitipkan sesuatu yang baik baik kepada dirinya.
Anna meroga kantong sakunya dan mengambil ponsel yang berdering memperlihatkan nama Calista di layar. Anna mengerutkan dahinya bingung karena tumben tumbenan Calista menelponnya di pagi hari seperti ini, karena tidak biasanya Calista menelponya di pagi hari karena nanti saat di kelas saja bisa bertemu dan mengobrol sampe mulutnya berbusa.
"Tolong bikinin surat ya, hari ini gue absen." kata Calista di sebrang sana dengan suara serak seperti sehabis menangis.
"Loh kenapa?!" tanya Anna.
"Nyokap sama bokap berantem An, gue takut hiks hiks. gue gak mau kehilang kasih sayang salah satunya." ujar Calista sambil menangis sesengukan.
"Coba lo cerita pelan pelan ya, jangan sambil nangis gini." kata Anna menenangkan Calista yang menangis.
"Gue gue bingung,"
"Ya udah ntar aja lo ceritanya, sekarang lo urusin masalah keluarga lo aja dulu, ya. Gak usah pikirin pelajaran sekolah itu semua ntar gue yang urus,"
"Makasih ya An!"
"Iya," Anna memutuskan sambungan teleponnya dan berjalan pelan menyusuri koridor.
Keluarga Calista memang sering bertengkar membuat Calista selalu merasa terbebani dengan permasalahan keluarganya. Anna pernah mendegar dan membaca berita di koran bahwa ayah Calista berselingkuh dengan model majala dewasa yang berasal dari Australia. Ayah Calista adalah pembisnis terkenal membuatnya selalu menjadi sorotan kamera dan selalu menjadi topik pembicara karena masalah yang sedang beredar begitu luas.
"Anna!" teriak Bella begitu lantag membuatnya menjadi pusat perhatin siswa siswi yang berjalan di koridor.
Bella berlari menghampiri Anna dengan senyum ceria, gadis itu merangkul Anna membuat Anna hanya bisa mengikutinya saja, sedangkan Renata hanya bisa berdecak menyakiskan dirinya yang di tinggal pergi oleh ke dua sahabatnya begitu saja.