3

17.4K 2.3K 244
                                    

*
___________________

*___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo kemarin jalan sama Asahi?"

"Oh, kan gue bendahara kelas. Kemarin kita nyari barang-barang buat ngehias kelas berhubung gue yang pegang duit."

"Gue jeles. Jangan gitu lagi. Atau nasib Asahi bakal kaya Yedam."

"Hah???"


-


"Kita cuma belajar kelompok."

"Kenapa sampe jam 10 belajar kelompok doang? Jadi cewe malem lo sekarang?"

"A-"

"Lo tahu ga sih hukumannya bikin gue marah?"

"Maksud lo?"

"Sori, tapi kayanya lo ga bakal liat temen lo itu lagi."


-


"Ngapain lo nyorakin cowo-cowo kelas lo."

"Ya kan yang lagi lomba cowo-cowo kelas gue. Kelas lo juga lagi ga ikut main. Masa iya gue teriakin nama lo."

"Ya gausah ikut nyorakin lah."

"Gusti, gue-"

Chup!

"Tolong jangan bantah kalau dikasih tahu."


-


Dan semakin hari, dia jadi semakin posesif. Gue awalnya gamau berprasangka buruk. Tapi kejanggalan ini ga mungkin gaada artinya 'kan? Yedam meninggal habis Haruto tahu dia sering telponan sama gue. Asahi masih koma sampai sekarang gara-gara kecelakaan, yang kata polisi ada yang ngeretas mesin mobilnya. Temen sekelompok gue waktu itu yang belajar kelompok sampai malem, gaada kabar sampai sekarang gatau kemana.

Akhirnya gue beraniin diri buat mutusin dia. Gue gamau bahayain orang lain lagi. Gue gamau semakin banyak tragedi aneh cuma gara-gara sikap posesif Haruto ke gue. Hubungan ini udah ga sehat.

Tapi kalian tahu? Semuanya ga keliatan membaik. Iya, malah sikap posesifnya makin parah.


.



.



.



Gue sama dia lagi duduk di pinggiran jembatan kecil. Awalnya kita bener-bener diem. Sampai akhirnya gue berani bilang,

"Maaf, mulai hari ini kita putus."

Gue bisa liat ekspresi kaget Haruto.

"Tapi kenapa?"

"Aku takut sama kamu."

"Gue bikin lo takut? Dan... apa-apaan lo jadi formal banget ke gue?"

"Matinya Yedam..., ulah kamu?"

Haruto terus ketawa. Reaksi yang nyayat hati gue banget.

"Dia ganggu," balasnya datar.

Gue langsung nutup mulut gue ga percaya. Kalaupun semua dugaan gue selama ini bener, gimana dia bisa santai banget ngomongnya.

"Maaf, Haruto. We're done."

Gue langsung pergi habis ngomong gitu. Tapi belum jauh gue pergi, gue bisa denger dia teriak dan ketawa keras-keras,

"Lo pikir lo bisa pergi segampang itu? Lo pikir gue bakal lepasin lo? Oh! Lo pikir lo bisa lepas dari gue?"

Gue nangis denger semuanya. Kenapa sih kisah cinta pertama gue keliatan keren banget bahkan hampir mustahil di awal, tapi ternyata berakhir kaya gini?

"Lo harus tanggung jawab karena udah bikin gue terlalu sayang sama lo..."

"What the hel??"


EX : Psychopath | Haruto ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang