-27-

14 1 0
                                    

"Jadi bener kalo Wisnu yang nolong kamu soal donor mata?" Tanyanya.

Zia hanya mengangguk tanpa mau melihat orang di sampingnya itu.

Mereka kini sedang berada di Rooftop. Tempat yang sunyi dan cocok untuk mereka bercerita berdua. Mereka sepakat untuk bolos saat jam pelajaran pertama. Jika kena marahan guru, itu urusan nanti, yang penting mereka harus menceritakan kesalahpahaman ini.

"Kenapa? Cemburu?" Alvaro terkekeh mendengar omongan Zia. Ternyata gadis di sampingnya ini tak berubah meskipun telah di timpa banyak masalah.

"Jujur, Zi. Aku masih sayang sama kamu." Alvaro menundukan kepalanya seolah ia punya kesalahan yang teramat besar.

"Terus kenapa kamu ninggalin aku disaat aku butuh kamu?" Zia menoleh ke arah Alvaro. Tatapannya datar.

"Aku terpaksa. Aku uda ceritain semua, kalo kamu gak nerima aku, itu udah hak kamu kok."

Ya, Alvaro sudah menceritakan semua kejadian yang menimpanya hingga ia dengan terpaksa harus memutuskan hubungan dengan Zia. Zia yang dulunya tak percaya, kini sedikit merasa bersalah. Ia tak tau jika Alvaro juga memiliki masalah. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri.

Egois? Tentu itu yang sekarang di pikirkan Zia.

Ia berpikir, jika ia hanya mementingkan masalahnya sendiri tanpa tau menau masalah Alvaro. Dan semua kesalahpahaman ini, ia salahkan semuanya pada Alvaro.

Zia menyesal? Itu pasti.

"Tolak? Gimana aku bisa nolak kamu, kalo aku juga masih punya perasaan ke kamu, Ro?"

Sontak Alvaro menoleh. Ia tak menyangka dengan ucapan Zia. Apakah ia bermimpi?

"K-kamu bener?"

Dugh

"Aku sayang sama kamu, Ro. Aku juga benci kamu saat kamu ninggalin aku."

Zia memeluknya erat seakan tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.

Alvaro mengangguk, "aku juga sayang kamu, Zi. Aku nyesel udah pernah lakuin itu semua. Maaf." 

Zia melepaskan pelukannya. Ia mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Alvaro.

"Janji gak akan pernah tinggalin aku?"

Alvaro mengangguk. Ia menautkan kelingkingnya dengan kelingking Zia.

"Aku janji."

"Oke, bawa aku ke bukit itu untuk permintaan maaf kamu." Ucap Zia dengan melipat tangannya di depan dada.

Alvaro terkejut. Rupanya ia lupa dengan janjinya waktu itu. Namun setelahnya semua berubah, dan Alvaro tak menepati janjinya pada Zia.

"Kamu inget? Oke, aku bawa kamu ke bukit itu."

***

Kaki itu sedari tadi tak berhenti berjalan. Berapa menit sudah ia melakukan kegiatan tak berguna itu.

"Kok bisa sih Zia masuk sekolah lagi?"

"Bisa lah. Kan gue yang nolong."

Kata-kata itu terdengar oleh Kayla. Di saat itu, ia menghentikan langkah kakinya.

"Lo? Lo Wisnu kan? Temennya Alvaro?"

Wisnu datang dengan telapak tangan yang di masukkan ke dalam sakunya. Ia berjalan santai dan mendekati arah Kayla.

"Iya. Emang kenapa?" Tanyanya saat sudah berada di samping Kayla.

Kayla berdecak sebal. Tangannya ia lipat di depan dada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZiaranderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang