-19-

62 2 0
                                    

"Gimana keadaan Alvaro, bun?" Tanya Zia pada Karin yang duduk di sebelah ranjangnya.

Bara melirik sinis kearah anaknya, "uda deh. Kamu gak usah tanya-tanya tentang keadaan Alvaro dulu. Ini semua juga salah dia!"

"Yah, uda. Zahra baru aja sadar, jadi ayah gak usa bikin gaduh di sini." Peringat Karin membuat Bara memutar bola matanya jengah.

Mengapa semua malah membela Alvaro yang sudah jelas-jelas membuat keadaan anaknya seperti ini. Sebagai orangtua, ia tak mau anak gadisnya mengalami banyak sial karena memiliki hubungan dengan Alvaro.

Zia membantah ayahnya. Ia selamat dari kecelakaan juga karena di tolong Alvaro. Ia kembali, juga karena Alvaro. Dan sudah seharusnya, ia dan Alvaro bahagia bersama kembali.

Zia menangis sesegukan, "Kenapa sih, Yah? Kenapa Zahra gak boleh berhubungan sama Alvaro? Ini semua terjadi karna musibah. Bukan karna salah Alvaro!" Bara hanya membuang mukanya jengah. Selama ini, Zia selalu membela ayahnya, tapi sejak bertemu dengan cowok sialan itu, putrinya tak lagi membelanya.

"Terus aja belain dia! Dan bunda, ayah gak bakal setujuin Zahra buat sekolah lagi di SMA Galaxy." Bara keluar dari ruangan. Panas rasanya ketika telinganya mendengar nama Alvaro. Seseorang yang sudah membuat putri semata wayangnya menderita.

***

Kini tinggal Pak Herman dan juga walikelas Zia yang berada di ruang tunggu. Wisnu, Rayya, dan Noval pergi ke kantin rumah sakit untuk mengisi perut mereka.

Dirga keluar dari ruangan. Ia menghampiri Pak Herman dan walikelas Alvaro. Ia berterima kasih karena pihak sekolah sudah bertanggung jawab yang di sebabkan kecelakaan ini. Mereka akhirnya pulang karena dirasa semua sudah beres. Kini Dirga duduk di ruang tunggu. Ia menundukkan kepalanya dan sesekali memijat pelipisnya. Ia lelah menghadapi cobaan ini.

Ia harus mencari cara agar anaknya tak lagi memiliki hubungan dengan gadis buta itu lagi. Masa depan anaknya masih panjang, ia tak mau anaknya kelak akan menjadi seseorang yang rugi karena berhubungan dengan gadis itu. Jika ia memberi pengertian kepada Alvaro, itu akan percuma karena Alvaro pasti akan membela gadisnya.

"Gimana cara buat jauhin Alvaro sama cewek itu." Tanya Dirga pada dirinya sendiri. Ia menjambak rambutnya frustasi. Ia pikir, setelah kembalinya Alvaro, hidup mereka akan kembali menjadi keluarga bahagia. Namun nyatanya, seorang gadis itu menghancurkan harapannya.

***

"Kira-kira bang Varo kapan bisa main game lagi ya?" Pertanyaan yang tak masuk akal keluar dari mulut Rayya. Wisnu yang berada di sampingnya, langsung menoyor kepala Rayya, "kalo bego, gak usah ngomong dulu deh. Bikin kepala tambah pusing tau gak!"

Rayya mengerucutkan bibirnya sebal. Ia bingung, kenapa setiap ia bertanya, selalu saja di omel oleh mereka. Tak pernah satupun omongannya yang selalu di 'iya' kan.

"Kenapa sih? Mesti kalo gue ngomong, salah melulu! Gue kan pengen main game sama bang Varo!" Tanya Rayya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Be-ebe-ge-ogo." Sahut Wisnu.

"Pinter!" Jawab Rayya yang membuat Wisnu melotot. Temannya yang satu ini memang sudah kelewat pintar. Sangking pintarnya, mereka tak bisa berbuat apa-apa.

Noval hanya menghela nafasnya panjang. Tak ada gunanya meladeni sahabatnya yang satu ini. Sudah jelas-jelas jika Alvaro baru saja kembali ke dunia setelah melewati banyak cobaan. Mereka bersyukur, akhirnya Alvaro bisa hidup kembali. Tapi si Rayya membuat semuanya menjadi ....

Sudah lah, tak ada gunanya juga memikirkan anak itu!

"Eh iya, keadaan Zia gimana? Gue kok belum denger kabarnya?" Tanya Wisnu tiba-tiba. Sejak tadi, keluarga Zia tak memberi kabar ke mereka. Apa ini di sembunyikan? Tapi apa gunanya juga ini di rahasiakan.

ZiaranderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang