-12-

58 2 0
                                    

Taraaa!! Aku up kan?

Happy reading❤
.
.
.
.

Beberapa hari, Zia sudah dirawat di rumah sakit. Kini ia sudah pulang dan tengah beristirahat. Dan tentunya tak luput dari pengawasan Alvaro.

Alvaro merasa ia kelelahan. Ia sampai tidur terduduk di samping tempat tidur Zia. Zia yang merasa istirahatnya sudah cukup, akhirnya memutuskan untuk membuka matanya. Ia melihat kesamping dan Alvaro tertidur disana. Ia mengelus lembut rambut Alvaro yang sedang menutup mata tersebut.

"Makasih udah jagain gue." Alvaro yang merasakan sesuatu dirambutnya pun membuka mata, "kok bangun? Gue ganggu ya?"

Alvaro menggeleng sambil tersenyum. Ia mengelus surai rambut Zia, "jangan pikir masalah ini lagi ya?" Zia mengangguk sebagai jawaban.

"Lo gak mau kasih tau kabar ke orang tua lo?" Zia menggeleng sebagai jawaban. Kening Alvaro mengerut, "kenapa?"

Ceklek

Pintu kamar Zia terbuka. Ada Bi Asih yang datang dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu untuk Zia.

"Non Zahra makan ya?" Bi Asih menaruh makanan tersebut di meja samping ranjang Zia

"Biar saya yang suapin Bi" Sahut alvaro

Bi Asih tersenyum kearah Alvaro, "ya sudah den, non, saya kebelakang dulu ya."

Sepeninggalan Bi Asih, Alvaro membantu Zia untuk duduk. Alvaro menyuapi Zia dengan sangat telaten.

"Uhuk... uhuk..." Zia tersedak bubur yang akan ditelannya. Dengan sigap, Alvaro mengabil minum untuk Zia

"Pelan-pelan Zi kalo makan."

"Gue uda kenyang."

"Loh? Kan lo baru makan 5 sendok aja, sekali lagi ya?" Zia menggeleng cepat. Lidahnya berasa sangat pahit. Entah karena apa.

"Rasa buburnya pait. Gue gak mau lagi."

"Bukan buburnya yang pait Zi, lidah lo yang rasanya kayak gitu. Lo kan habis sakit."

Zia membentuk mulutnya menjadi huruf 'o', "ya uda gue minum susu aja. Nanti juga kenyang."

Alvaro hanya bisa mengela napas saja. Jika Zia sudah tidak mau, itu akan menjadi keputusannya dan tak akan pernah diganti. Alvaro meletakkan bubur Zia di meja.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

Kening Zia mengerut. Ia meletakkan segelas susunya di meja samping ranjangnya, "pertanyaan apa?"

"Kenapa lo gak mau ngasih tau keadaan lo kemarin ke orang tua lo?"

Zia menghela napasnya panjang, "gue gak mau bikin Ayah Bunda khawatir di sana."

"Ayah Bunda masih di luar negeri?" Zia mengangguk sebagai jawaban

"Lo gak pulang? Ini uda sore loh" Alvaro menggeleng, "gue mau tungguin lo sampe tidur."

Zia merasa tak enak kepada Alvaro. Mulai pagi, Alvaro tak pulang sama sekali dan hanya menjaga Zia. Jika ditanya, alasan Alvaro akan tetap sama 'ingin menunggu Zia hingga tidur'.

"Hm, ya udah gue istirahat" Zia mulai membaringkan tubuhnya dengan bantuan Alvaro

"Eumm-- besok minggu kan Zi? Lo mau gak ikut gue?"

Zia menaikkan sebelah alisnya, "kemana? Ke bukit?" Alvaro menggeleng, "ada tempat dan gue pastiin lo pasti seneng banget" Ucap Alvaro seraya tersenyum

ZiaranderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang