"Pemberi dukungan dan harapan dalam kehidupanku yang dipenuhi dengan kegelapan adalah satu-satunya cahaya untuk bisa hidup dalam kegelapan ini."
-Zia Zahra Alexander
***
Kini lelaki itu sedang duduk di kursi kamarnya. Sedari tadi ia tak henti-hentinya menatap layar ponsel. Ponselnyapun selalu berada di genggamannya.
"Gue harus bisa dapetin."
Terlihat raut gelisah di wajahnya. Ia tak henti-hentinya berjalan mondar-mandir. Ada apa dengan dirinya?
Ting!
Satu notifikasi langsung memberhentikan aktivitas tak guna yang di lakukan Wisnu. Ya, kali ini Wisnu sedang terlihat bingung, khwatir, cemas, dan bahagia. Bahagia karena yang ia tunggu-tunggu akan segera terwujudkan.
081××××
Gue uda adaWisnata
Bagus! Tambahan lo banyakSetelah membaca itu, Wisnu menampilkan senyum seringainya. Entah apa yang akan dilakukannya.
"Semuanya akan berjalan mulus."
***
"Sialahkan duduk."
"Gimana keadaan anak saya, dok?!" Tanya Karin. Ia tak bisa lagi menunggu keadaan yang di alami anaknya. Ia harus tau semuanya.
"Zia mengalami stres berat." Ucap dokter Rangga seakan membuat dunia ini runtuh.
"Stres ini membuat pasien yang awalnya hanya mengalami kebuataan sementara malah menjadi buta permanen. Itu yang sekarang di alami oleh Zia. Saya sudah bilang beberapa kali kepada anda, jangan sampai Zia terus memikirkan kejadian menyakitkan yang dialami sebelumnya. Itu sangat buruk untuk kesehatan Zia. Dan sekarang...Zia mengalami kebutaan permanen."
Deg
Seakan di hantam batu besar, Karin sangat menyesal karena telah meninggalkan Zia sendiri. Ia bodoh! Kenapa ia melakukannya.
"Engga dok! Dokter pasti salah cek! Periksa sekali lagi dok!!" Karin teriak histeris. Hatinya sakit. Mengapa semuanya terjadi pada anak gadisnya.
Bara memeluk istrinya dari samping. Ia mencoba menguatkan hati Karin.
"Saya perhatikan, berat badan Zia beberapa hari ini semakin turun? Benar?" Tanya dokter Rangga.
Bara mengangguk, "itu mungkin karena Zia terus memikirkan masa lalunya, dok. Jadi nafsu makannya menurun." Ucapnya dengan seakan-akan itu benar.
Dokter Rangga menggeleng, "itu bukan salah satu penyebabnya."
Bara mengerutkan keningnya, "maksud dokter?"
"Zia terkena kanker hati."
Brukk
***
Tiada hari tanpa kegelapan, kesepian, dan rasa sakit yang terus menerus berdatangan menghampirinya. Rasa sakit itu terus membekas. Tak hanya di hati, bekas itu seakan menjalar ke pikirannya. Ia tak mau lagi merasakan sakitnya jatuh cinta. Karena jatuh cinta telah merebut semuanya.
Zia tak henti-hentinya menangis. Ia sudah sadar sekitar setengah jam yang lalu, dan kedua orangtuanya belum juga menghampirinya.
Bi Asih sudah mengatakan, jika Karin dan Bara saat ini sedang berada di ruangan dokter, tapi kenapa sangat lama berada disana? Apa saja yang sedang mereka bicarakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziarander
Teen FictionZia pernah berkata jika 'Semua cowok itu sama. Tidak ada yang tampan ataupun jelek. Ingat! Semuanya SAMA.' Apakah kata-kata itu masih tetap diucapkan oleh Zia setelah bertemu dengan cowok tampan, jail, dan ngeselin? Apakah hubungan mereka akan terus...