-17-

58 2 0
                                    

Jangan lupa buat vote dan komen!💙
.
.
.

Kini, Bara-Ayah Zia tengah berada di sebuah ruangan yang ia jadikan kantor kecil di rumahnya. Semenjak Zia mengalami kebutaan, kedua orangtuanya jarang pergi ke luar rumah dengan alasan Zia butuh perlindungan.

Ia memeriksa berkas-berkas yang telah dikirimkan anak buahnya ke rumah tadi. Banyak berkas yang belum di periksa oleh Bara. Ia sempat terkejut karena salah satu berkas keuangan dari restoran cabang Semarang menurun drastis, mungkin sebab Bara tak pernah mengawasi cabang dari Semarang tersebut.

Drrt drrt

Deringan ponsel membuat konsentrasi Bara teralihkan. Ia melirik ponselnya yang berada di sebelah tangan kirinya. Terpapar tulisan nama 'Pak Herman' disana.

Bara menutup kertas berkasnya dan mengangkat telfonnya, "halo? Selamat siang Pak Herman?"

"Iya, selamat siang juga Pak Bara. Maaf mengganggu, saya menelfon Pak Bara ingin membicarakan tentang Zia untuk sekolah di SMA Galaxy, Pak."

"Maksudnya gimana ya, Pak?" Tanya Bara

"Kalau bisa, kita ketemuan saja, Pak Bara. Kalau bicaranya di telfon, kurang pas rasanya."

Bara terkekeh, "baik. Nanti biar saya yang kasih tempat yang pas untuk kita bicarakan hal ini. Nanti saya kirim tempat dan waktunya ya, Pak."

"Baik Pak Bara. Maaf sudah mengganggu dan terima kasih atas waktunya."

"Iya Pak. Sama-sama."

Tut

Sambungan diputuskan oleh Bara. Ia harus mencarikan tempat yang cocok untuk membicarakan hal ini. Sebaiknya, ia memilih di restoran miliknya saja. Agar sekalian melihat perkembangan restoran tersebut semenjak tidak di awasi selama ini.

***

Bel pulang berbunyi. Zia meminta tolong ke Ghea untuk menuntunnya berjalan sampai depan gerbang sekolah. Sesampainya di depan gerbang, Zia menyuruh Ghea untuk pulang saja.

"Kamu beneran gapapa Zi kalo aku tinggal?" Zia mengangguk, "bentar lagi supir gue dateng kok."

"Ya uda, aku pergi ya Zi."

Kini Zia berada di depan pintu gerbang sendirian. Sakit rasanya jika ia mengingat Alvaro lagi. Biasanya, Alvaro akan mengantarkannya pulang. Tapi sekarang, ia harus merelakan Alvaro.

"Zia." Suara teriakan Alvaro terdengar sampai telinga Zia. Kini, Alvaro berada di hadapan Zia, "aku anterin kamu pulang ya?" Zia menggeleng, "gak usah. Gue di jemput Pak Agus."

Alvaro menghela nafasnya, "Zi, aku mau jelasin sesuatu sama kamu."

"Gak ada lagi yang mau di jelasin." Potong Zia

"Non Zahra?" Suara Pak Agus mengalihkan pembicaraan mereka.

"Gimana non? Mau diantar pulang sekarang?" Zia mengangguk, "iya Pak. Kita pulang sekarang." Pak Agus menuntun Zia sampai masuk ke dalam mobil.

"Zi-Zi.. tunggu, Zi. Aku mau jelasin sesuatu sama kamu. Ini semuanya gak kayak yang kamu pikirin, Zi." Alvaro mencoba mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Zia dengan maksud Zia mau memberhentikan mobilnya. Namun dugaannya salah, Zia tetap tak memberhentikan mobilnya.

Alvaro menghele nafasnya frustasi. Ia menjambak rambutnya kasar, "AARRGGGHH!!" Ini semua adalah ulah dari Kayla. Mengapa di saat dirinya akan bahagia bersama kekasihnya, seseorang datang dan menghancurkan semuanya.

Di balik pintu gerbang, gadis itu tersenyum puas, "ini belum seberapa. Kita liat adegan selanjutnya", gumamnya.

***

ZiaranderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang