-14-

60 1 0
                                    

Kini Zia tengah bersama dengan teman-teman Alvaro-- dan Alvaro juga pastinya. Bi Asih telah pulang sedari tadi. Alvaro lah yang menyuruhnya pulang, dengan alasan karena Bi Asih sudah tua dan butuh istirahat.

Perban yang menutup mata Zia belum juga di buka oleh dokter Rangga. Entah kapan perban itu akan dibuka.

Teman-teman Alvaro duduk di sofa. Berbeda dengan Wisnu yang duduk di karpet bawah sambil merenung. Hanya Rayya dan Noval saja yang duduk di sofa dan asyik bermain game.

"Ro?" Alvaro yang sedari tadi menatap Zia walaupun Zia tak melihatnya, ia langsung merespon ucapan Zia, "iya yang? Ada apa? Kamu butuh sesuatu?"

Zia menggeleng samar sebagai tanggapan, "aku mau-- kita putus." Ucapan Zia sontak membuat Alvaro tercengang dibuatnya. Teman-temannya pun sama, mereka sontak menoleh ke arah Zia dan Alvaro.

"Maksud kamu apa Zi?" Alvaro tak mau meninggalkan Zia dengan keadaan seperti ini. Ia juga tak mau kehilangan orang kesayangannya untuk kedua kalinya.

"Aku gak mau, kamu punya pacar buta kayak aku Ro. Aku tau kamu pasti malu." Setetes air mata Zia membasahi pipinya.

Alvaro menggeleng cepat, "siapa yang bilang kalo aku malu? Aku gak malu punya pacar kamu Zi. Aku gak mau kita putus."

Wisnu yang awalnya hanya diam, kini menghampiri mereka berdua, "sorry. Bukannya gue ikut campur urusan kalian. Tapi alasan lo ke Alvaro cuman karena itu aja Zi? Tunjukin ke Kayla Zi, kalo lo itu bisa dapetin hati Alvaro dengan sikap lo yang terkenal cuek."

Zia menggeleng, "emang bener kata Kayla. Gue gak pantes buat milikin Alvaro. Apalagi sekarang gue buta Wis. GUE BUTAAA..hikss!"

Dengan sigap Alvaro menarik Zia kedalam dekapannya. Ia mengelus punggung Zia lembut agar Zia sedikit tenang, "aku gak liat kamu dari fisik Zia. Aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Jangan pernah bilang putus Zi. Jangan pernah!"

Rayya dan Noval yang tadinya asyik bermain game, kini juga ikut menghampiri Alvaro dan Zia.

"Bener kata Wisnu, Zi. Lo harus buktiin ke cewek iblis itu, kalo lo bisa dapetin hati Alvaro." Timpal Noval

Rayya hanya menanggapi dengan anggukan kepala, "bener itu."

"Dan kita semua, bakal selalu ada disisi lo. Senang ataupun susah, kita pasti akan ada untuk lo." Lanjut Wisnu

Lagi-lagi, Rayya hanya menimpal dengan anggukan kepala, "bener itu."

Noval yang berada disamping Rayya dengan sigap langsung menoyor kepala Rayya, "lo dari tadi ngomong bener-bener mulu. Gak ada kata-kata lain napa?!"

"Ya udah iya. Betul itu." Wisnu dan Noval hanya bisa menghela napasnya panjang.

"Emang susah kalo punya temen begonya cap akut." Gumam Wisnu namun masih bisa didengar oleh Rayya.

Zia yang tak bisa melihatpun hanya bisa mendengarkannya saja. Ia terkekeh karena keluguan Rayya yang menyebabkan teman-temannya sebal.

"Gue seneng bisa temenan sama kalian. Makasih." Zia tersenyum manis kearah mereka.

Alvaro mengelus puncak kepala Zi, "jangan sedih lagi ya?" Zia mengangguk menanggapinya.

***

Beberapa hari berlalu. Zia melalui hari-harinya dengan Alvaro di rumah sakit dengan seperti tak ada beban di setiap harinya. Kini Zia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Rangga.

Gadis dengan rambut sebahu itu duduk di tepi ranjang nya. Alvaro sudah pulang, beberapa menit yang lalu.

"Kenapa nasib gue jadi gini?"

ZiaranderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang