21

250 31 3
                                    

Sebuah lempengan besi besar yang seharusnya diturunkan dengan katrol mendadak terlepas dan jatuh bebas, menyebabkan getaran dan membuat tiang-tiang besi yang disandarkan pada sebuah tembok kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.

Ketika melihat tiang itu hampir menimpa y/n, Jeongin langsung berlari ke arahnya. Namun ia tahu dia tidak akan sempat menyusul y/n. Tapi, seseorang akhirnya berhasil menyelamatkan y/n. Jeongin pun berdiri tidak jauh dari mereka. Dan orang itu adalah Hyunjin.

Insiden tersebut mencuri perhatian semua orang sekitar. Tak terkecuali Yeji, Ryujin, Felix, dan Han yang juga mendekati tempat itu. Untunglah tak ada yang menjadi korban.

Jeongin kemudian mendekati y/n, merasa bersalah karena sudah ceroboh meninggalkan dia sendiri di dekat tempat konstruks. Namun belum sempat ia mencapai y/n, Hyunjin melihatnya.

Dengan hati-hati, Hyunjin melepaskan y/n dari dekapannya lalu memegang dia hanya dengan satu tangan. Jeongin pun dapat merasakan hawa-hawa membunuh yang dipancarkan oleh Hyunjin. Dengan kasar Hyunjin mencengkram kerahnya dan menyuguhkan ia dengan sorot mata penuh emosi.

"Dari mana aja lo?!!" Bentak Hyunjin. Jeongin ingin menjawabnya namun tidak mampu karena ia pun merasa bersalah. "Lo pikir apa yang bakalan terjadi sama y/n kalau aja gue nggak ngeliat dia tadi?!!!".

Melihat Hyunjin makin terbawa emosi, y/n pun segera berusaha menghentikannya agar tidak sampai berkelahi lebih jauh lagi dengan Jeongin.

Y/n mengeratkan genggamannya yang sedari tadi melekat pada tangan Hyunjin dan sedikit menariknya ke belakang. "Hyunjin..." Ia bergumam pelan, masih dengan wajah sedikit menunduk karena takut, namun suaranya berhasil membuat Hyunjin menengok ke belakang dan melihatnya.

Hyunjin juga sadar ini bukanlah waktu terbaik untuk berkelahi walau tangannya sekarang begitu gatal untuk memberi pelajaran kepada Jeongin namun berusaha ia menahan diri agar tidak memperburuk keadaan demi y/n.

Hyunjin memberikan Jeongin tatapan tajam untuk terakhir kali sebelum akhirnya berbalik ke arah y/n, menggenggam tangannya, dan melingkarkan tangan yang lain ke bahu y/n dan mereka berdua berlalu menjauh dari situ.

~•~

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Hyunjin ketika ia dan y/n kembali ke mobil yang dibawanya untuk datang ke mari.

Y/n yang duduk di sebelah kursi kemudi itu pun mengangguk pelan. "Makasih..." ucapnya tanpa melihat Hyunjin.

Mereka terdiam sebentar sebelum akhirnya Hyunjin bergerak, ingin menyalakan mesin mobil namun dihentikan oleh y/n. "Mau ke mana?".

"Kita pulang duluan." Jawab Hyunjin, singkat. "Jangan. Yang lain gimana?" Kata y/n sambil menahan tangan Hyunjin yang hendak memutar kunci mobil. "Mereka bisa sendiri." Balas Hyunjin, menatap y/n. "Tapi-" dering telepon terdengar memotong ucapan y/n. Hyunjin bergegas mengangkat panggilan dari ponselnya itu.

Hyunjin melihat nama Minho tertera di layar ponselnya. Y/n pun sempat melirik dan menyadari kalau itu dari Minho.

Dengan malas Hyunjin mengangkat panggilan tersebut. Karena berada di dalam mobil yang kedap suara, y/n mampu mendengar dengan cukup jelas pembicaraan Minho melalui ponsel yang didekatkan di telinga Hyunjin.

"Ada apa lo nelfon?" Tanya Hyunjin dengan nada dingin. "Gue dengar lo udah keluar rumah sakit." Terdengar suara Minho di seberang panggilan.

"Emangnya kenapa?" Tanya Hyunjin lagi. Masih setia y/n menguping.

"Gue mau segera nentuin tanggal buat acara yang udah gue bilang waktu itu ke lo." Balas Minho.

Mendengar hal itu, y/n ingat kalau dia akan segera kembali ke Minho. Itu artinya ia akan kembali ke kehidupan percintaannya yang lama dan pergi menjauh dari kehidupan Hyunjin.

Hyunjin Mafia Story : TAKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang