"Jin, gue masuk."
Setelah mengetuk dan membuang suara untuk yang ada di dalam, Felix pun membuka pintu ruangan tersebut.
Hyunjin tak bergerak sedikitpun. Hanya pupil matanya yang bergerak ke arah pintu masuk ruangan tersebut lalu menemukan Felix dan seorang lagi di belakangnya, yaitu y/n.
Walau tak menunjukannya, Hyunjin terkejut dengan kehadiran y/n dan bertanya-tanya dalam hati mengapa y/n dibawa oleh Felix. Walau begitu, Hyunjin lebih memilih untuk tidak bertanya.
Bisa dibilang y/n canggung saat melihat Hyunjin dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan apa yang terjadi di antara mereka saat terakhir kali bertemu.
Felix pun mulai melangkahkan kakinya mendekati Hyunjin, diikuti oleh y/n di belakangnya. Semakin mereka mendekat, jantung Hyunjin berdegup semakin cepat, membuatnya buru-buru memalingkan pandangannya ke arah lain, menatap sudut ruang rawatnya dengan kosong.
Felix berdiri di dekat ranjang tempat Hyunjin terduduk dan mulai berbicara kepadanya. "Jin, sorry. gue... gue bawa y/n kemari karena kita semua lagi sibuk dan gue nggak tau harus minta tolong siapa lagi buat ngejagain lo." Hyunjin pun langsung menatap Felix dengan raut wajah yang aneh, sementara Felix mengutuk dirinya sendiri di dalam hati karena tidak mampu memikirkan alasan lain yang lebih baik dan hanya berbicara asal.
Di lain sisi, y/n yang berdiri di belakang Felix hanya menyimak karena ia juga sudah tau apa yang sebenarnya terjadi.
Setetes keringat mengalir menuruni pelipis Felix walau udara dalam ruangan tersebut cukup dingin.
Semua menjadi diam sejenak sebelum Felix akhirnya lanjut bicara. "Ada yang harus gue urus sekarang. Gue pergi dulu." Pamitnya singkat pada Hyunjin kemudian berbalik menatap y/n penuh harap semoga membawa perempuan itu kepada Hyunjin adalah keputusan yang tepat.
Felix pun menjauh dari tempat ia berdiri semula dan berjalan melewati y/n menuju pintu dan keluar.
Selepas kepergian Felix, y/n mengeratkan genggamannya pada sebuah kantong plastik yang ia jinjing sedari tadi.
Walau gugup, perlahan ia melihat ke arah Hyunjin yang juga sedang menatapnya. Namun saat pandangan mereka bertemu, Hyunjin langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
Tak ingin membuang-buan waktu, tanpa ragu y/n langsung mengulurkan tangannya ke arah Hyunjin, memperlihatkan sebuah kantong plastik berisi bubur ayam kesukaan Hyunjin yang dibelinya bersama Felix sebelum ke rumah sakit.
Berkat makanan ini, y/n jadi tidak mati gaya untuk memulai pergerakannya. Ia menyemangati dirinya dalam hati dengan mengingat kalau ia melakukan ini karena permintaan Felix dan hanya perlu seperti ini hingga Hyunjin menjadi lebih baik walaupun ia pun sendiri ragu apakah ia benar-benar bisa memenuhi ekspektasi Felix untuk mengembalikan Hyunjin.
"Ini... bubur ayam kesukaan kamu." Ucap y/n, agak kaku. Sontak mata Hyunjin terlihat melebar dan y/n pun bingung apakah ada yang salah dengan ucapannya hingga akhirnya ia sadar kalau ia menyebut Hyunjin dengan sebutan 'kamu' dan bukan 'lo' seperti yang biasa ia lakukan sejak pertama bertemu dengan Hyunjin dala keadaan yang kurang mengenakan.
Ia sendiri pun tidak tahu kenapa mulutmya bisa asal berucap seperti itu. Namun ia merasa aneh bila harus mengoreksinya jadi ia putuskan untuk lanjut berbicara sekalian mengganti topik.
"M-mau makan? Biar aku siapin." Tanya y/n dengan sedikit tergagap.
"Mau sih..." jawab Hyunjin dengan intonasi yang menggantung di akhir, lalu kemudian menundukkan kepalanya, melihat ke bawah, ke arah kedua tangannya.
Mengikuti pandangan Hyunjin, y/n melihat tangan kanannya masih dipenuhi perban dari sikut sampai ke pergelangan yang sepertinya dipasang gips, sedangkan tangan kirinya diperban di bagian telapak untuk menutupi luka yang cukup parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyunjin Mafia Story : TAKEN
Fanfiction[COMPLETED] - Maafin aku karena nggak bisa jatuh cinta sama kamu padahal kamu itu cowok paling baik yang pernah aku temui. Maaf aku lebih milih Hyunjin daripada kamu. Aku tau dia bukan orang baik. Aku tau aku emang bego. Tapi aku juga nggak bisa boh...