6

340 33 2
                                    

Saat itu y/n sedang melihat pemandangan taman belakang mansion Hyunjin lewat sebuah jendela berukuran besar. Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan lembut di bahunya yang membuat ia terkejut dan langsung membalikkan badannya.

"Lo ngapain aja?" Tanya Jeongin karena melihat y/n yang sedari tadi bengong. "Nggak ngapa-ngapain." Jawab y/n sambil mengeluarkan cengirannya.

Jeongin hanya tertawa menanggapi y/n. Setelah itu, keheningan pun menyelimuti mereka sedang y/n kembali mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Selama beberapa menit Jeongin hanya menatap lekat y/n, ia pun akhirnya membuka suara. "Lo rindu sama Minho ya?" Pertanyaan Jeongin membuat y/n menaikan alisnya dan menoleh ke arahnya. "Eh?".

"Kenapa?" Tanya Jeongin sementara y/n tak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah terlihat bingung dan ragu.

Karena lama pertanyaannya tak dijawab, timbul tanda tanya besar dalam benak Jeongin. "Udah beberapa hari lo disandera di sini. Lo nggak rindu sama tunangan lo?".

Sejujurnya, y/n tak dapat merasakan apapun. Tanpa menjawab dengan kata-kata, y/n pun hanya menggeleng, membuat kening Jeongin mengerut. "Ada apa sama kalian berdua? Apa kalian bertengkar sebelum lo dibawa ke sini?" Mendengar spekulasi Jeongin, y/n pun menggeleng cepat. "Trus? Kalian cuman dijodohin?" Lanjutnya Jeongin lagi karena penasaran namun kembali dibalas oleh y/n dengan gelengan. "Hah?" Gumam Jeongin pelan karena bingung.

Awalnya y/n ragu untuk menceritakan semuanya kepada Jeongin namun pada akhirnya ia pun memutuskan untuk bercerita yang sebenarnya. Barangkali dapat meringankan beban hatinya selama ini.

"Gue nggak yakin sama perasaan gue buat Minho." Ucap y/n, langsung tanpa basa-basi karena ia pun tak tahu harus mulai dari mana dan kata-katanya itu membuat Jeongin sangat terkejut.

"Maksud lo?" Tanya Jeongin dengan hati-hati. "Minho emang cowok paling baik yang pernah gue temui..." y/n berbicara sambil tersenyum dengan rasa bersalah. "Tapi... gue sebenarnya gak pernah benar-benar jatuh cinta sama dia. Gue nggak tau kenapa." Lanjutnya lagi.

"Terus kenapa kalian bisa pacaran sampai bertunangan kayak sekarang kalo lo nyatanya aja nggak ada perasaan sama dia?" Tanya Jeongin panjang dan lebar.

"Gue tau gue salah... egois. Tpi gue selalu cuman mikir kalau gue mungkin gak akan ketemu lagi sama cowok sebaik Minho. Padahal dia sayang banget sama gue tapi gue baru sadar kalo kebaikan seseorang nggak akan cukup buat bikin orang lain jatuh cinta. Bukan berarti hanya karena dia orang baik trus gue bisa jatuh cinta sama dia." Jelas y/n.

Mereka terdiam sebentar. Jeongin memikirkan kata-kata y/n dengan seksama sebelum merespons. "Lalu sekarang lalu mau ngapain?" Pertanyaan pria itu membuat y/n melihatnya dengan tatapan polos dan bingung.

"Maksud gue, apa lo mau ngebiarin itu semua?" Tanyanya lagi. "Gue udah ngelewatin batas kemampuan gue buat bohong sama perasaan gue sendiri... dan Minho." Jawab y/n dengan lirih. Jeongin lalu menghela nafasnya dalam-dalam. "Lo harus jujur sama dia." Ucap Jeongin dengan tegas.

Kata-kata Jeongin membuat y/n berpikir sejenak. "Gue... gue nggak tau harus ngomong gimana. Gue nggak mau nyakitin dia. Dia nggak salah apa-apa. Walau gue juga udah berusaha buat cinta sama dia tapi tetap nggak bisa." Nada bicara y/n terdengar seakan dia menyalahkan dirinya sendiri.

"Tapi mau sampai kapan lo kayak gini? Gue rasa bakal jadi yang terbaik buat lo dan juga Minho kalo lo jujur sama dia." Ucap Jeongin, menasihati y/n.

Selama beberapa saat y/n hanya tertunduk dalam diam hingga Jeongin memegang pundak y/n dengan kedua tangannya, membuat y/n mendongak dan menatap matanya.

"Lo nggak perlu ngerasa bersalah. Lo kan nggak bermaksud buat nyakitin atau mainin perasaan dia sejak awal." Kata-kata Jeongin membuat senyuman y/n perlahan kembali nampak di wajahnya.

"Makasih ya In, udah kasih gue keberanian buat jujur ke Minho. Gue pasti bakalan ngungkapin perasaan gue yang sebenarnya ke dia secepat mungkin." Ucap y/n sambil tersenyum dan juga dibalas Jeongin dengan senyuman manisnya.

Tiba-tiba, Jeongin dan y/n yang sedang larut dalam suasana dikejutkan dengan suara langkah seseorang yang terdengar mendekat ke arah mereka dan saat menoleh, ternyata itu adalah Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba, Jeongin dan y/n yang sedang larut dalam suasana dikejutkan dengan suara langkah seseorang yang terdengar mendekat ke arah mereka dan saat menoleh, ternyata itu adalah Hyunjin. Namun, y/n dan In dibuat bingung dengan raut wajah Hyunjin yang terlihat penuh dengan amarah.

"Jin? Ada ap-" belum sempat Jeongin menyelesaikan kalimatnya, Hyunjin tiba-tiba saja memegangnya dari kerah baju yang ia kenakan dan mendaratkan pukulan keras di wajahnya hingga ia terjatuh ke lantai.

"In!" Dengan spontan, y/n langsung mendekati Jeongin dan membantunya berdiri. "Lo nggak apa-apa kan?" Tanya y/n dengan nada lembut dan khawatir, membuat Hyunjin berdecak, tidak suka.

Jeongin pun hanya membalas y/n dengan anggukan sambil menyeka darah yang keluar dari bibirnya akibat pukulan Hyunjin tadi. Jeongin lalu menatap Hyunjin yang nafasnya tak karuan dengan tatapan tajam sembari kembali berdiri, dibantu oleh y/n.

"Mau lo apa?" Tanya Jeongin, berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi. "Gue yang harusnya nanya sama lo! Mau lo sama anak buah lo itu apa?! Hah?! Asal lo tau, gara-gara anak buah lo yang nggak kekontrol, kita jadi kena konflik sama kelompoknya Chris si sialan itu!" Bentak Hyunjin dengan suara yang lantang, membuat y/n terkejut sekaligus takut karena ini pertama kalinya ia mendengar Hyunjin berbicara dengan suara yang membentak.

Hyunjin yang menyadari perubahan raut wajah y/n, otomatis langsung berusaha mengontrol dirinya. Karena awalnya y/n memegang Jeongin untuk membantunya. Namun sekarang y/n malah memegang lengan Jeongin dan sedikit bersembunyi di belakangnya untuk berlindung.

Jeongin juga menyadari perubahan tingkah laku y/n dan langsung melangkah sedikit ke depan y/n sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan Hyunjin bertubi-tubi. "Lo nggak bakalan paham perasaan mereka yang udah kehilangan banyak rekan gara-gara ulah anak buah si Chris!" Ucap Jeongin dengan ketus.

Perkataan Jeongin membuat ekspresi Hyunjin langsung berubah dalam sekejap menjadi dingin. Sorot matanya bahkan dapat dikatakan mampu membunuh siapapun yang ditatapnya. "Lo yang nggak tau apa-apa soal rasanya kehilangan.".

Itulah kata-kata terakhir Hyunjin sebelum akhirnya beranjak dari situ dan menghilang dari pandangan.

"Apa yang terjadi?" Suara y/n pun akhirnya terdengar walau pelan namun dapat didengar dengan jelas oleh Jeongin.

Jeongin pun menghela nafasnya dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan y/n. "Baru-baru ini ada anggota kita yang dibunuh jadi yang lain pada balas dendam dengan cara nyerang markas musuh tanpa sepengetahuan gue maupun persetujuan Hyunjin. Akibatnya sekarang kelompok musuh minta pertanggung jawaban dari Hyunjin karena katanya bukan orang-orang mereka pelakunya." Jelasnya, panjang-lebar.

"Trus kenapa lo yang dipukul?" Tanya y/n dengan kening yang mengerut. "Karena gue yang bertanggung jawab atas orang-orang Hellevator yang kerja di lapangan." Jawab Jeongin dan y/n hanya menunduk, mengerti.

Bersambung...

Jangan lupa vote ya 😌

Hyunjin Mafia Story : TAKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang