2

517 45 1
                                    

Setelah kurang lebih setengah jam, akhirnya Minho tiba di lokasi pemotretan y/n.

Setelah memarkirkan mobilnya, Minho segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon y/n. Akan tetapi, ketika panggilannya diangkat, In sangat terkejut karena bukan suara y/n yang ia dengar.

"Presdir Lee..." terdengar suara seorang pria yang cukup familiar di telinga Minho namun ia tak bisa menebak dengan pasti suara siapa itu.

Di sisi lain, y/n perlahan sadar dari pingsannya lalu membuka mata dan melihat sekelilingnya.

Setelah benar-benar sadar, y/n terkejut karena ia berada dalam sebuah kamar yang terlihat asing baginya. Tak hanya itu, mulut y/n juga ditutup dengan kain yang diikat pada belakang leher dan kedua tangan y/n bahkan diborgol.

Ia mencoba untuk berteriak namun tidak bisa. Suaranya pun teredam oleh kain di mulutnya. Ia juga mencoba melepaskan tangannya dari borgol tersebut namun tak berhasil.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka diikuti dengan suara langkah kaki yang mendekat. Seseorang baru saja masuk.

Ketika mata y/n tertuju ke arah sumber suara tersebut, ia menjadi shock sekaligus bingung saat melihat pria yang sama yang ia temui kemarin di kantor Minho.

Dengan sigap y/n langsung merubah posisinya dari tiduran ke posisi duduk dan sedikit memundurkan badannya agar menjauh dari pria itu.

Sebuah seringai tipis muncul di wajah pria itu, membuat y/n sedikit takut.

Tiba-tiba terdengar dering telepon yang familiar di telinga y/n. Ternyata iti adalah bunyi dering ponselnya sendiri. Ia pun segera meraba-raba sakunya namun tak menemukan apa-apa.

Saat ia mendongakkan kepalanya ke arah pria itu, y/n melihatnya mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan benar saja itu adalah ponsel y/n.

Karena kesal y/n menggerak-gerakan kepalanya, berharap kain yg menutup mulutnya bsa terlepas sedangkan Hyunjin hanya tersenyum penuh kemenangan ke arah y/n.

Hyunjin lalu melihat nama penelepon yang tertera pada layar ponsel tersebut dan tersenyum lebar sembari langsung menjawab telepon itu.

"Presdir Lee..." itulah kata pertama yang dikeluarkan Hyunjin saat mengangkat telepon di ponsel y/n dan membuat y/n membulatkan matanya.

Y/n ingat kalau Minho ingin menjemputnya di tempat pemotretan. "Pasti sekarang ia udah di sana." Batin y/n, cemas.

"Hyunjin..." ucap Minho pelan di telepon. Ia bingung kenapa Hyunjin bisa menahan ponsel y/n. Jantungnya pun mulai berpacu kencang akibat khawatir.

"Gak usah sok formal. Kenapa lo yang ngangkat? Y/n mana?" Lanjut Minho bertanya dengan nada tidak santai.

"Calm down. Dia sama gue kok. Tenang aja." Jawab Hyunjin, membuat amarah Minho yang mendengarnya makin memuncak.

"Jangan berani lo sentuh dia. Klo nggak, lo bakal berurusan sama gue." Ancam Minho karena takut orang yang sangat dicintainya itu disakiti oleh Hyunjin. Minho tau orang seperti apa Hyunjin itu.

Setelah mendengar ancaman Minho, Hyunjin hanya tertawa, meremehkan.
"Bentar gue mikir dulu... hm... bisa gak ya gue janji?".

Jawaban Hyunjin semakin membuat Minho kesal hingga mengepalkan tangannya.

"Apa mau lo?" Tanya Minho yang berusaha untuk tetap tenang.

Kali ini Hyunjin memasang wajah seriusnya sebelum menjawab Minho. "Lo tau lah mau gue apa." Ucap Hyunjin dengan santai.

Setelah beberapa detik, Minho baru paham maksud dari ucapan Hyunjin.

"Dan lo juga tau kan apa jawaban gue? Kemarin gue udah bilang, gue nggak mau kerjasama. Ngapain lo bawa-bawa y/n?!" Balas Minho, panjang lebar.

Hyunjin Mafia Story : TAKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang