Pria tersebut memiliki senyum yang manis di wajahnya dan entah kenapa itu membuat y/n menjadi gugup dan berdebar-debar.
Raut wajahnya terlihat menenangkan namun tidak dingin seperti Hyunjin. Ia terlihat jauh lebih bersahabat.
Setelah menatap y/n sebentar sembari tersenyum, ia lalu menutup pintu dan berjalan mendekati y/n.
Karena masih khawatir, y/n sedikit memundurkan tubuhnya. Melihat hal tersebut, pria itu berusaha menenangkan y/n. "Nggak usah takut." Kata pria itu sambil menunjukan sebuah kunci yang dipegangnya kepada y/n lalu ia pun duduk di tepi kasur dan mulai membukakan borgol di pergelangan tangan y/n.
Setelah selesai, pria itu kembali melihat y/n sambil memperkenalkan dirinya. "Nama gue Jeongin. Panggil aja In." Ucapnya, membuat y/n tersenyum tipis lalu balik memperkenalkan dirinya dengan singkat. "Hm... y/n." Jawab y/n sedikit malu.
Melihat tingkah y/n, In tersenyum lalu mendekatkan tangannya ke arah y/n, membuat y/n kaget namun ternyata In hanya ingin melepaskan kain penutup mulut yang masih menyangkut di leher y/n. "Makasih." Gumam y/n.
Mereka pun terdiam sebentar sebelum akhirnya y/n memecah keheningan tersebut. "Gue... boleh nanya nggak?" Tanya y/n dengan ragu. In mengangkat alisnya lalu membalas "nanya apa?".
"Gue kenapa dibawa ke sini?" Lanjut y/n. Ia benar-benar bingung kenapa ia bisa sampai berurusan dengan seorang pemimpin kelompok mafia terbesar di Korea. Tapi ia punya perasaan kalau ini semua ada hubungannya dengan Minho.
"Gue nggak bisa ngomong banyak. Tapi yang jelas, Hyunjin butuh lo buat ngedapetin apa yang dia mau. Itulah kenapa dia nahan lo di sini." Jawab In dengan singkat.
"Ini ada hubungannya kan sama Minho?" Tanya y/n lagi, memastikan.
Pertanyaan y/n membuat In menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab "lo emang bener. Ini semua emang ada hubungannya sama perusahaan tunangan lo. Itulah kenapa lo dibawa ke sini sama Hyunjin. Lo paham kan?".
Setelah mendengar penjelasan In yang cukup abstrak menurut y/n, ia pun akhirnya hanya mengangguk pelan.
~•~
Malam harinya...
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam tanpa melakukan apa-apa, suara ketukan mendadak terdengar dari luar pintu kamar tempat y/n berada. Setelah itu, pintu pun terbuka, menampilkan seorang wanita paruh bayah dengan seragam khusus. "Nona y/n, tuan Hyunjin memanggil anda untuk makan malam." Ucapnya dengan lembut.
"Maaf tapi saya tidak ingin makan, bi." Balas y/n dengan sopan. "Tapi tuan Hyunjin menyuruh saya untuk harus membawa anda ke ruang makan, nona." Lanjut wanita itu lagi, membuat y/n malah menjadi kasihan padanya.
Setelah berpikir sebentar, y/n pun memutuskan untuk mengalah. "Baiklah." Jawab y/n sembari mengikuti wanita itu ke ruang makan.
Setibanya di sana, y/n melihat Hyunjin sedang asik dengan makanannya sendiri. Kemudian, wanita paruh baya yang bersama y/n itu pun menarik sebuah kursi untuk mempersilahkan y/n duduk. Awalnya y/n hanya diam saja. Namun akhirnya ia pun memutuskan untuk duduk, bersebrangan dengan Hyunjin yang masih fokus pada makanannya.
Makanan telah disajikan di hadapan y/n namun ia belum juga menyentuhnya. "Lo mau makan nggak sih?" Tanya Hyunjin yang melihat y/n hanya terdiam sedari tadi.
"Nggak." Jawab y/n dengan datar. "Kenapa? Nggak suka? Maunya apa sih?" Tanya Hyunjin lagi dan y/n hanya menggeleng, membuat Hyunjin membuang nafas kasar.
Saat Hyunjin baru ingin berbicara, tiba-tiba datang tuan Kim, memanggil Hyunjin. "Hyunjin, mereka ada di depan dan ingin menemuimu." Kata tuan Kim, membuat Hyunjin berdecak kesal karena waktu makannya diganggu. Terpaksa Hyunjin pun harus meninggalkan makanannya
Hyunjin berdiri dari kursinya, hendak meninggalkan area makan. Namun sebelum itu, ia mengatakan sesuatu kepada y/n. "Lo nggak usah banyak tingkah deh. Kalo bukan karena janji gue ke Minho yang bakalan jagain lo sampai kerja sama kita selesai, lo juga nggak bakal gue kasih makan." Kata Hyunjin, dingin, membuat y/n mendongakan kepalanya untuk melihat ke arah Hyunjin. Yang ditatap pun mengerjapkan matanya dan lanjut berbicara. "Gue kasih lo kebebasan di rumah ini. Terserah lo mau ngapain." Ucapnya dengan malas dan langsung melangkahkan kakinya menjauh dari meja makan.
Akan tetapi, sebelum benar-benar meninggalkan area tersebut, Hyunjin menghentikan langkahnya dan mengucapkan sesuatu. "Tapi lo nggak bakalan bisa kabur dari sini." Sebuah seringai tipis pun terukir di wajah Hyunjin dan akhirnya ia pergi meninggalkan y/n yang hanya terdiam.
~•~
Keesokan harinya...
Perkataan Hyunjin tadi malam bukannya membuat y/n semakin takut, malah memberikan ide bagi y/n untuk berusaha menemukan jalan keluar dari tempat tersebut.
Karena y/n tidak melihat tanda-tanda adanya Hyunjin, Sedari tadi y/n berpura-pura berjalan mengelilingi rumah itu untuk melihat situasi tanpa dicurigai namun selalu saja ada penjaga di setiap sisi, dalam maupun luar.
Saat merasa tubuhnya mulai kelelahan, y/n berhenti sejenak untuk menghela nafas dan menyeka keringat di wajahnya. Bukan hal yang aneh kalau y/n kelelahan karena ukuran mansion kediaman Hyunjin yang begitu luas.
Saat sedang beristirahat, mata y/n tertuju pada sebuah lorong kecil yang entah mengarah ke mana. Saat dilihat, ternyata ada sebuah jendela berukuran sangat besar di ujung lorong. Tentunya area itu tidak dalam pengawasa para pengawal si Hyunjin.
Setelah melihat sekeliling dan merasa aman, y/n pun segera menuju ke sana. Dengan sigap, y/n langsung membuka jendela tersebut dan ternyata di balik jendela tersebut ada sebuah balkon mini.
Sebuah ide untuk lompat pun muncul di kepala y/n namun ia tak yakin apakah ia bisa melakukannya. Walaupun letak balkon tidak terlalu jauh dari tanah, ia tetap saja ragu.
Setelah bergulat dengan pikirannya selama beberapa waktu, y/n akhirnya memutuskan untuk lompat. Ia pun perlahan-lahan keluar dari jendela itu dan berdiri pada balkon yang untungnya hanya berada pada lantai dua jadi tidak terlalu tinggi
Dengan hati-hati, y/n memegang pembatas balkon dan melangkahkan kakinya satu per satu. Lalu ia pun membalikkan badannya menghadap ke dalam dan mengumpul nyalinya terlebih dahulu sebelum akhirnya lompat.
"Agh!" Ringis y/n saat ia mendarat karena pergelangan kakinya sakit dan seluruh kakinya langsung lemas seketika. Ia pun berbaring sejenak di atas rerumputan sebelum kembali berdiri.
Saat y/n sedang sibuk melihat sekeliling untuk menemukan jalan keluar, tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing yang nyaring, membuat y/n terkejut bukan main sampai memegang dadanya dan dahinya pun mengerut sembari ia mencari sumber suara tersebut.
Pendangan y/n pun tertuju pada seekor anjing yang mungil dan berbulu lebat dengan corak hitam putih di dekat semak-semak.
Sebenarnya anjing itu terlihat lucu. Akan tetapi, entah mengapa karena wajahnya terlihat menantang dan karena gonggongannya, y/n malah kesal melihatnya.
Saat sedang bertatap-tatapan dengan anjing itu, entah mengapa tiba-tiba saja ia berlari dengan sangat kencang ke arah y/n dan membuat y/n ketakutan. Tanpa berpikir, y/n pun ikut berlari agar menjauh dari anjing tersebut.
Disaat y/n sedang berusaha untuk tidak bersuara, anjing itu malah tak henti-hentinya menggonggong selama mengejar y/n dan suara gonggongannya sangatlah nyaring.
Karena pikirannya sudah kacau, y/n bahkan tak tahu kemana ia berlari. Tiba-tiba saja ia sudah sampai di area depan mansion dan ia sangat terkejut sekaligus panik saat melihat Hyunjin yang sedang berjalan masuk ke arah mansion, diikuti tuan Kim dan beberapa bodyguard di belakangnya.
Karena kegaduhan yang terjadi, mata semuanya pun tertuju pada y/n dan anjing itu, termasuk Hyunjin. Awalnya pandangan pria itu terlihat datar. Namun seketika berubah kaget.
"Kkami?!"
Bersambung...
Jangan lupa vote ya 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyunjin Mafia Story : TAKEN
Fanfiction[COMPLETED] - Maafin aku karena nggak bisa jatuh cinta sama kamu padahal kamu itu cowok paling baik yang pernah aku temui. Maaf aku lebih milih Hyunjin daripada kamu. Aku tau dia bukan orang baik. Aku tau aku emang bego. Tapi aku juga nggak bisa boh...