"Jadi... gue udah bisa ngambil y/n balik kan?" Minho bertanya, masih melihat Hyunjin dengan sorot mata yang dingin.
Hyunjin tidak memalingkan pandangannya namun tangannya perlahan meraih dan menggenggam pergelangan tangan y/n yang ada di sampingnnya.
Meskipun ruangan tersebut dipenuhi oleh suara obrolan para tamu, namun area di sekitar Hyunjin dan Minho seakan memiliki penghalangnya sendiri yang kedap suara sehingga membuat suasana seakan hening. Keduanya terdiam dan hanya saling menatap.
Sementara itu, y/n yang tangannya digenggam kembali memiliki harapan kalau Hyunjin tidak membiarkan dia kembali ke Minho. Tapi ternyata semua tak sesuai dengan harapannya.
"Gue balikin tunangan lo." Ucap Hyunjin sambil mendekatkan tangan y/n ke Minho. Entah apa yang sebaiknya y/n lakukan di saat seperti ini, ia pun tak tahu.
Selanjutnya, y/n merasakan tangannya digenggam oleh Minho dan ditarik secara halus untuk mendekat ke arahnya.
Setelah itu, tanpa berkata-kata, Hyunjin membalikkan badannya dan berjalan menjauh sambil diikuti Felix dan Jeongin setelah menatap y/n sebentar. Tentu saja berada dalam situasi itu membuat hati y/n serasa hancur.
~•~
Sejak kembali bersama Minho, y/n belum melihat Hyunjin di mana pun.
"Ada apa?" Suara Minho yang lembut memasuki telinga y/n. "Hm? Tidak ada." Jawab y/n dengan santai.
"Kamu kelihatan kayak biasa. Apa kamu nggak kangen sam aku?" Tanya Minho lagi. Bukannya menjawab, y/n justru hanya tersenyum simpul sebelum menghindarinya. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya." Mendengarnya membuat wajah Minho sedikit ditekuk namun ia tetap mengangguk dan y/n pun segera pergi dari area itu.
Bukannya ke kamar mandi, y/n pergi keluar dari ruangan pesta dan berjalan menelusuri gedung, berharap bisa menemukan Hyunjin dan bisa berbicara dengannya walau hanya sebentar. Namun hasilnya nihil.
"Y/n?" Sebuah suara memanggil y/n dan membuat matanya berbinar seketika. Namun saat ia berbalik, ternyata bukan seperti harapan. Jeongin tengah berdiri di hadapannya. "Ngapain di luar?" Tanya Jeongin.
"Nyari toilet tadi." Jawab y/n, asal dan direspon Jeongin dengan sebuah anggukan. Setelah itu keheningan memenuhi mereka berdua hingga akhirnya Jeongin membuka suara. "Lo nggak masuk ke dalam?".
Y/n terdiam sejenak sebelum menggeleng. "Gue... mau cari angin dulu di luar." Jawabnya lalu berjalan pergi dari situ, kemudian Jeongin mengekorinya dari belakang hingga akhirnya mereka berdua berhenti tepat di depan sebuah jendela berukuran besar yang membuat mereka dapat langsung menikmati pemandangan langit malam yang meneduhkan.
"Hyunjin sama Felix di mana? Nggak sama mereka?" Tanya y/n. "Felix nemenin Hyunjin di luar." Jawab Jeongin, membuat kening y/n mengerut. "Ngapain?". Jeongin pun mengangkat bahunya namun matanya terlihat tidak tenang.
"Y/n..." panggil Jeongin dengan suara yang berbeda, sedikit lebih lembut. Mendengarnya y/n menatap Jeongin.
"Gue rasa gue harus ngaku sekarang." Katanya dengan suara yang bergetar. "Ada apa?" Tanya y/n, penasaran bukan main.
"Sebenarnya selama ini gue nyimpan perasaan sama lo. Gue... suka sama lo, y/n." Perkataan Jeongin membuat y/n terdiam dan membeku di tempat. Dia tak pernah menyangka Jeongin akan mengakui perasaannya.
Terlalu larut dalam pikiranmya sendiri, y/n pun tak kunjung mengatakan apapun pada Jeongin.
"Y/n?..."
Saat Jeongin sedikit mengguncangkan tubuhnya, barulah ia tersadar. "Mikir apa?" Tanya Jeongin dan dibalas y/n dengan menggeleng pelan lalu melihat ke bawah.
"Sorry gue ngomong di saat-saat kayak gini. Gue pikir setelah ini gue nggak bakal punya kesempatan buat ngomong sama lo lagi. Gue juga nggak niat maksa kok. Walau lo nggak cinta sama Minho tapi lo juga nggak punya perasaan apa-apa sama gue nggak apa-apa." Jelas Jeongin.
"Gue..." ucapan y/n menggantung. Jeongin menatapnya dengan perhatian penuh. "Gue sebenarnya..." sepertinya y/n masih kurang yakin untuk membicarakannya dengan Jeongin.
"Karena lo udah berani jujur, gue juga pengen jujur sama lo kalo sebenarnya gue..... gue suka sama Hyunjin." Ucap y/n sambil menutup matanya di akhir kalimatnya. Mendengar hal itu, Jeongin tak tahu lagi harus berkata apa karena ia sama sekali tidak menduga y/n bisa jatuh cinta pada Hyunjin.
Perlahan y/n membuka matanya dan menatap Jeongin yang masih terlihat shock. "Apa lo yakin sama perasaan lo?" Tanya Jeongin yang ingin memastikan dan kali ini dibalas y/n dengan anggukan yang mantap.
"Gue mungkin udah gila. Tapi itu yang gue rasain. Gue nggak bohong." Kata y/n lagi.
"Kenapa nggak ngomong sejak awal?" Tanya Jeongin. "Gimana bisa? Terlalu sulit buat gue yang posisinya udah bertunangan. Apalagi gue suka sama orang yang udah misahin gue dari tunangan gue. Bukan cuman itu. Gue juga nggak tahu perasaan Hyunjin yang sebenarnya. Kata Felix sih..." ucapan y/n terhenti sehingga Jeongin penasaran. "Kata Felix apa?".
"Maksud gue... Hyunjin udah ngembaliin gue ke Minho. Berarti semua udhaa jelas kan? Nggak ada artinya gue bilang ini ke dia." Lanjut y/n dengan nada lesu.
Tiba-tiba y/n terkejut karena Jeongin menggenggam kedua sisi bahunya dan membuat ia mendongak, menatap Jeongin dengan mata yang terbuka lebar.
"Kita nggak bakal tahu kalo Hyunjin juga nggak tahu perasaan lo yang sebenarnya." Kata Jeongin. "Tapi gimana gue bilang ke dia sekarang? Selain itu, Minho gimana?" Balas y/n.
"Sekarang kesempatan lo buat ngungkapin yang sebenarnya ke Minho. Lo ingat kan waktu itu lo bilang ke gue bakal jujur sama dia? Sekarang waktunya. Hyunjin biar gue yang urus." Jeongin memperjelas semuanya dengan suara penuh keyakinan.
"Jeongin... tapi lo..." y/n merasa tidak enak karena Jeongin baru saja mengakui perasaannya namun y/n malah langsung memberitahu dia kalau y/n menyukai pria lain. Dan tak hanya itu, Jeongin sekarang juga mau membantu dia untuk mendapatkan pria yang ia sukai? Hal itu membuat benar-benar merasa bersalah.
"Udahlah y/n. Jangan khawatir. Lo mau kan?" Tanya Jeongin sekali lagi. Setelah memantapkan hatinya, y/n pun mengangguk
~•~
"Minho..." suara lembut seorang perempuan memasuki pendengarannya dan membuat yang dipanggil berbalik.
"Y/n? Kamu dari mana aja? Lama banget." Tanya Minho dengan nada sedikit cemas.
"Sorry. Kamu ada waktu nggak? Aku mau ngomong sesuatu." Ia bertanya pada Minho dengan gugupnya.
"Ngomong apa?" Tanya Minho lagi. "Sesuatu..." jawaban y/n membuat Minho sedikit merasa itu adalah hal yang cukup penting.
Minho kemudian menarik tangan y/n untuk pergi dari tempat itu ke area lain yang lebih sepi dan tenang. Tak ada siapapun di sekitar.
"Ada apa y/n?"ucap Minho, pelan. "Jadi gini..." sebenarnya y/n pun belum menyusun kata-kata dan tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Apalagi ia tak pandai berbasa-basi.
"Aku benar-benar minta maaf. Tapi ini juga demi kebaikan kita berdua dan aku harap kamu bisa ngerti." Ucapan y/n terhenti, memberikan Minho kesempatan untuk buka suara. "Apa yang sebenarnya mau kamu bilang?" Ucap Minho dengan wajah yang mulai terlihat frustasi karena entah mengapa ia merasa kalau arah pembicaraan y/n ini tak akan menyenangkan.
Tak tahan berlama-lama, y/n langsung ke inti pembicaraan. "Aku mau hubungan kita cukup sampai di sini."
Bersambung...
Jangan lupa vote ya 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyunjin Mafia Story : TAKEN
Fanfiction[COMPLETED] - Maafin aku karena nggak bisa jatuh cinta sama kamu padahal kamu itu cowok paling baik yang pernah aku temui. Maaf aku lebih milih Hyunjin daripada kamu. Aku tau dia bukan orang baik. Aku tau aku emang bego. Tapi aku juga nggak bisa boh...