"Ah!!! Udahlah, semuanya nggak usah naik aja biar aman." Han dibuat kesal oleh kelakuan teman-temannya. "Lo kenapa sih, Jin?" Ryujin juga tak kalah kesalnya.
"Mau pdkt ya lo sama adiknya Felix?" Yeji tiba-tiba saja memukul lengan Jeongin sambil bercanda. Entah memang karena tidak peka dengan keadaan atau berusaha ingin mencairkan suasana.
Mendengar kata 'adiknya Felix' membuat Jeongin menatap Yeji, kebingungan, dan mengerutkan dahinya. Setelah itu ia beralih menatap y/n dan Felix. Melihat reaksi Jeongin yang aneh dan lamban, Ryujin sudah langsung menduga memang ada yang tidak beres.
"Kak Yeji." Panggil y/n, agar Yeji tidak menggoda Jeongin seperti itu dan membuat situasi semakin tak terkendali.
"Nggak jelas lo." Ucap Hyunjin pada Jeongin untuk mrngalihkan perhatian Yeji, tapi sekaligus juga karena tidak terima Jeongin terus mengekori y/n dan malah menghalangi Hyunjin mendekatinya. "Terserah." Jeongin mengabaikan Hyunjin dan langsung menyambar tangan y/n lalu membawa ia pergi dari situ.
Hyunjin yang kaget dengan perlakuan Jeongin yang seenaknya, berniat mengikutinya namun tangannya dicengkram erat oleh Ryujin. "Jin! Lo mau kemana sih?!". Tak hanya itu, Han juga ikut mencegatnya. "Lo jangan gini dong. Nggak asik banget sih." Ia memohon agar Hyunjin tidak pergi.
Hyunjin pun merelakan y/n bersama Jeongin untuk sementara waktu. Namun ia telah berniat untuk segera mencari mereka nanti setelah ia selesai dengan wahana ini.
~•~
"Beneran?! Pantasan si Yeji ngomong gitu. Gue kira lo beneran adiknya Felix dan gue yang ketinggalan informasi." Kata Jeongin sambil berjalan di samping y/n.
Mendengar Jeongin membuat y/n tertawa kecil karena tidak menyangka ia bisa kepikiran seperti itu. "Mana mungkin." Tentu saja y/n tidak ada hubungan apapun dengan Felix.
"Ngomong-ngomogn, lo emang beneran nggak mau naik wahana tadi?" Tanya y/n. Jeongin pun mengangguk sebagai balasan. "Lo gak usah merasa bersalah. Bukan karena lo kok gue ikut nggak naik." Seakan tahu apa yang dirasakan y/n, Jeongin mau agar dia tidak merasa dirinya yang menyebabkan Jeongin tidak bersama yang lainnya.
Jeongin melihat dari kejauhan sebuah tempat yang menjual es krim dengan penampilan lucu. Ia pun berniat membeli karena tahu y/n pasti akan menyukainya. "Y/n, mau rasa es krim itu nggak?" Katanya sambil menunjuk ke arah tempat yang dipenuhi antrian itu.
"Tapi antriannya lumayan panjang loh." Melihat antrian itu membuat semangat y/n sedikit meredup.
"Udah tenang aja." Jeongin lalu menuntun y/n ke bangku terdekat dan mendudukannya. "Tunggu di sini. Biar gue yang ngantri." Tanpa menunggu balasan y/n, Jeongin langsung meninggalkannya dan pergi mengantri.
Sementara itu, Hyunjin dan yang lainnya baru saja selesai menaiki wahana yang dimaksud. Semua masih menampakan wajah yang penuh semangat terkecuali Hyunjin dengan wajah yang berusaha menahan mual.
"Hyunjin, lo nggak apa-apa?!" Felix terlihat cemas, melihat Hyunjin tampak pucat. "Payah banget lo ah!" Yeji mengejeknya sambil memukul punggung Hyunjin lumayan keras dari belakang, membuat Hyunjin mengerang, merasa semakin buruk namun tak sanggup lagi berkata-kata untuk memarahinya.
"Lo kayaknya beneran nggak sehat deh." Ryujin mendekati Hyunjin seraya melingkarkan tangannya di lengan Hyunjin. Namun tak tunggu lama, Hyunjin langsung melepasnya dan menjauh. "Gue nggak apa-apa." Katanya sambil perlahan berjalan menjauh. "Lo mau ke mana?" Tanya Ryujin sambil mencegatnya. "Gue mau ke kamar mandi! Lo mau ikut?!" Balas Hyunjin dengan nada tak santai karena kesal dengan Ryujin. Akhirnya Ryujin pun melepaskannya dengan wajah dibuat sedikit cemberut.
"Lo sendiri bisa?" Tanya Felix, memastikan karena tidak mau Hyunjin nanti tersesat. "Bisa." Jawab Hyunjin dengan mantap, sebelum benar-benar pergi.
Saat sudah cukup jauh hingga keluar dari pandangan Yeji dan yang lainnya, Hyunjin melihat sekeliling, langsung berniat mencari y/n dan Jeongin. Walau begitu, menemukan mereka dalam ramainya tempat ini bukanlah hal yang mudah.
Perhatian Hyunjin teralihkan dengan suara bising yang datang dari arah sampingnya. Ia pun berbalik dan menyaksikan konstruksi perbaikan sebuah gedung yang tengah berlangsung. Hyunjin mengamati sebuah lempengan besi yang sedang diturunkan perlahan-lahan oleh para pekerja dengan menggunakan katrol. Hyunjin mengamati lempengan besi itu hingga sampai di bawah dan katrolnnya kembali dipakai utuk menurunkan lempengan berikutnya. Ketika matanya mengikuti lempengan besi itu sampai ke bawah, dia melihat y/n, sedang duduk sendirian, tak jauh, tepat di depan tempat konstruksi itu sedang berlangsung.
Sorot matanya berubah yang tadinya terlihat letih, kembali bersemangat. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Kakinya kemudian bergerak mengantar dia mendekat ke arah y/n.
Sementara y/n masih belum menyadari keberadaan Hyunjin, ia hanya melihat ke bawah sambil menggerak-gerakan kakinya untuk menghilangkan bosan dan sesekali melihat ke arah Jeongin yang tengah berada di antrian.
Namun tiba-tiba sebuah suara yang sangat keras terdengar, seperti sebuah benda berat yang terjatuh. Hal itu membuat y/n terkejut bukan main. Tak hanya itu, bunyi tersebut juga terdengar sangat dekat dengan y/n. Saking kuatnya, y/n sampai meletakan tangan di depan dadanya dan dengan refleks berdiri dari bangku tempat ia duduk semula.
Karena penasaran, y/n pun menengok ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari belakang. Namun saat ia membalikkan badan, matanya membelalak, menyaksikan sebuah tiang sementara terjatuh ke arah dia. Bayangan benda itu makin mendekat, menghalangi pandangan y/n. Ia takkan mungkin sempat menghindari benda tersebut.
Saat y/n baru saja ingin berpikir kalau mungkin itulah saatnya dia akan mati, tangannya mendadak ditarik oleh seseorang, sangat kuat hingga tubuhnya menabrak tubuh orang itu. Walau matanya tertutup, y/n merasakan dua lengan yang kekar segera mendekap tubuhnya, memberikan dia rasa aman. Saat kakinya terasa lemas karena gemetar ketakutan, ia merasakan dekapan itu semakin erat, membantu ia agar tidak terjatuh.
Samar-samar, y/n mampu mendengar degupan jantung orang itu. Dan semakin ia fokus, suaranya semakin terdengar jelas. Ia pun yakin orang itu adalah manusia dan dirinya masih hidup.
Y/n perlahan membuka mata lalu mendongakan kepalanya agar melihat wajah orang yang sudah menyelamatkan nyawanya itu. Dan betapa terkejutnya y/n ketika mendapati wajah Hyunjin yang berada sangat dekat dengannya. Saat itu juga y/n lupa dengan segala ketakutannya. Kakinya berhenti gemetaran dan jantungnya berpacu lebih cepat.
Manik mata Hyunjin yang menyorot y/n dengan pandangan penuh kekhawatiran seakan menghipnotis dia sehingga telinganya menjadi tuli dan tidak mendengar keributan yang terjadi di sekeliling mereka karena insiden barusan. Yang memenuhi telinga y/n hanyalah degupan jantung mereka berdua yang berpacu cepat.
Untuk pertama kalinya di dalam hidup, y/n merasakan hal yang belum pernah ia rasa sebelumnya.
"Perasaan apa ini?"
Bersambung...
Jangan lupa vote ya 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyunjin Mafia Story : TAKEN
Fanfiction[COMPLETED] - Maafin aku karena nggak bisa jatuh cinta sama kamu padahal kamu itu cowok paling baik yang pernah aku temui. Maaf aku lebih milih Hyunjin daripada kamu. Aku tau dia bukan orang baik. Aku tau aku emang bego. Tapi aku juga nggak bisa boh...