Kerra's. 09

1.4K 173 16
                                    

"Kau belum hadir tapi sudah berniat untuk pergi."

***

Setelah di timpa kecelakaan Raina dan Ibunya dilarikan kerumah sakit tapi sayang nya, sang Ibu tidak dapat diselamatkan karna pendarahan kuat di bagian kepalanya. Raina yang sekarat begitu terpukul mendengar kabar buruk itu, dia bagai terbang kelangit tinggi tapi entah bagimana sayapnya patah hingga dia jatuh terhempas ke tanah. sakit yang bertambah sakit

Sepulang nya mereka dari rumah sakit, rumah Ibu Raina sudah dipenuhi oleh sahabat karib Melani, mereka semua datang untuk berduka cita atas kepergian Ibu Raina, dan keesokan harinya Melani pun telah di kebumikan, dan semua berjalan dengan lancar

"Mah.." Lirih Raina di pemakaman Ibunya, airmata nya tak pernah mengering, dada nya masih sesak menahan segala sakit atas ujian yang diberi oleh Sang Maha Kuasa.

Bagaimana bisa orang tercinta nya pergi begitu saja, pergi tanpa berpamitan. meninggalkan rasa sakit dan kerinduan yang akan datang setiap saat, kenapa Ibu meninggalkan ku? kenapa Ibu pergi disaat aku tidak punya apa-apa? lalu kepada siapakah harus aku pulang selain ke pangkuan Ibu?

"Sabar Raina, aku ada disini." Raina menatap Khei sesaat lalu memeluknya erat dan airmata nya pun mengalir dipelukan Khei, dia tak sanggup kehilangan Ibunya.

"Mamah Khei.. Mamah" Raina menyentuh Nisan milik Ibu nya, dia juga menaburi bunga di tempat pengistirahatan terakhir sang Ibu, airmata nya masih mengalir padahal sepasang mata itu sudah membengkak. karna tidak ada lagi cara yang bisa dia ungkapkan selain menangis

"Iya ush-ush.. aku tahu kamu kuat, kamu pasti bisa lewati ini Raina." Khei ikut menangis melihat keadaan Raina dipelukan nya, sungguh berat ujian yang harus dia hadapi. tanpa Ibu seperti apakah kehidupan nya nanti, masih adakah kasih sayang yang sama seperti Melani berikan kepadanya? sanggupkah dia tanpa Ibu?

"Khei.. Aku gak sanggup kehilangan mamah."

"Iya-iya, aku tahu Raina tapi kamu harus kuat." Titisan airmata Khei jatuh menyentuh pipi Raina, hati Khei terasa sakit melihat Raina seperti ini, Khei juga merasa kecewa karna tiada satu pun anggota Gos datang kerumah Raina selain dia.

"Aku harus seperti apa supaya Mamah balik lagi Khei?! bagaimana?" Raina terlihat sangat putus asa, dia benar-benar jatuh sejatuh-jatuh nya. andai dia tahu siapa pelaku dibalik kecelakaan ini, andai dia tahu kecelakaan ini disengajakan, mungkin orang itu akan merasakan apa yang Raina rasakan.

"Tante pergi dulu ya Raina, jaga diri baik-baik. Naura jaga kakakmu." Naura mengangguk polos, gadis itu juga merasa hal yang sama seperti Raina karna keduanya pernah diberi kasih sayang yang tulus oleh Melani, Naura masih tidak menyangka kenapa begitu cepat hal itu terjadi.

"Raina.. kamu harus ikhlas, kamu harus kuat semua makhluk yang ada di bumi ini pasti akan mati pada waktunya, dan ini sudah waktunya bagi mamah, kamu harus kuat." Raina mendalami perkataan itu, lama dia terdiam membisu memikirkan segala apa yang telah di sampaikan oleh Khei.

Tidak perlu terus menerus menangisi orang yang telah meninggalkan kita ikhlaskan, karna sesungguhnya tugas nya sudah selesai di dunia dan tempat yang indah sedang menunggu nya disana, kebahagiaan yang abadi bersama cinta tanpa perpisahan.

"Kenapa mamah gak ajak aku pergi sama dia Khei?! kenapa dia harus ninggalin aku untuk kedua kalinya Khei?! kenapa?!" Kemudian tangisan Raina pecah, pikiran nya terhenti hatinya masih tidak bisa menerima hal ini, Khei berusaha mengeratkan giginya karna menahan pukulan Raina yang berada dipelukan nya.

"Ush.. ush sudah ayo kita pulang, kita baca Surah Yassin untuk mamah dirumah, ayo Naura bantu kakakmu berdiri." Tubuh Raina terjatuh saat Naura membantunya berdiri, Khei pun dengan sigap menangkap tubuh mungil Raina.

"Ya Allah.. Bu Kerra!" Seketika wajah Anthoni memucat melihat Raina yang pingsan di pangkuan Khei.

"Bu Kerra kenapa?" Anthoni yang kerap di panggil Thoni itu langsung mengangkat Raina tanpa sedikit pun kerutan di wajahnya, tubuhnya yang besar dan berotot sama sekali tidak berpengaruh saat menggendong Raina.

"Ah Mas Thoni langsung bawa kerumah nya aja, dia cuman kecapean." Thoni menatap Naura terlebih dahulu, memandang kan Naura adalah yang pertama berkuasa dirumah tersebut.

"Iya kita bawa pulang aja, Khei lebih tahu segalanya daripada saya." Ucap Naura seadanya, Thoni pun membawa Raina ke parkiran mobil yang tidak jauh dari pemakaman.

Khei membawa semua payung yang dibawa oleh Naura dan Thoni, dia menggulung payung tersebut lalu memberinya kepada Naura.

"Tolong jaga kakakmu dengan baik Naura, Kaka mau pulang sebentar nanti kaka nyusul ke rumah." Naura pun mengangguk.

"Oke kak Khei." Naura mengangguk dan akhirnya wajah polos itu memberi senyuman.

***

Anthoni adalah supir pribadi Melanie, sekaligus tangan kanan Melanie, Thoni hebat dalam bersandiwara dan akting dimana pun dia berada, tubuh nya yang tinggi juga wajah nya yang tampan sangat melengkapi peran yang dibutuh kan Melanie. Thoni pun masih tidak menyangka Ibu sekaligus Boss nya sudah tidak ada.

Melanie punya seribu pesan untuk Thoni karna dia tahu umur nya sudah tidak panjang, bahkan Thoni bersumpah akan mengorbankan nyawa nya hanya untuk kedua putri Melanie, Anthoni Darniko hanyalah anak dari penjual kaki lima yang bersemangat untuk sekolah tapi sayang nya orang tua nya tidak punya biaya untuk sekolah Thoni, dan pada akhirnya Melanie lah yang membiaya semua kebutuhan Thoni sampai anak itu sukses dan sebagai balasan nya Thoni menjadi tangan kanan Melanie untuk selamanya.

Sama sekali tidak ada paksaan disini, bahkan Thoni yang meminta agar menjadi apa pun yang diinginkan Melanie, dan isengnya Melanie berkata ia butuh seorang supir dan tangan kanan tanpa aba-aba Thoni pun mengabulkan permintaan Melanie dan melakukan keduanya.

"Mama baik banget.." Air mata Raina kembali mengalir saat mendengar cerita pendek dari Thoni tentang kebaikan seorang Melanie tak sadar sudah dua minggu kepergian sang Ibu tercinta, harta warisan masih belum di perbincangkan. Naura sendiri tidak mau sibuk soal harta tersebut bahkan dia menyerahkan perusahaan Ayahnya kepada Raina karna dia tidak tertarik soal perkantoran.

"Masih tiga sendok lagi kak." Geisha menyuap sesendok bubur yang dibuat Bi Ida. Raina pun membuka mulut dan menelan nya, akhirnya Raina pun mau mengisi perutnya yang kian melangsing, kalau bukan karna Geisha Raina tidak akan makan, tapi gadis itu pandai merayu.

"Bu Kerra sudah baikan?" Thoni memberanikan diri untuk angkat suara, karna harta warisan harus di perbincangkan secepat mungkin.

"Panggil Kerra saja," Jawab Raina setenang mungkin, tapi Thoni sudah tidak nyaman ingin membahas soal harta warisan karna dia tidak berhak atas semua itu.

"Sebelum nya saya mau minta maaf, tapi bisa kah harta warisan di perbincangkan besok? perusahaan juga butuh Tuan nya kembali, sampai kapan perusahaan kita tidak beroperasi? saya tahu Kerra masih belum bisa melepaskan Bu Melanie tapi jika Kerra masih mengikuti perasaan bisa selama-lamanya Perusahaan tidak punya kemasukan." Thoni sedikit gugup karna dia tidak berani dengan Raina, tapi jika dia terus mengikuti sikap manja Raina bisnis mereka tidak ada kemajuan.

"Seharusnya saya yang minta maaf Thoni, terimakasih sudah mengingatkan soal perusahaan. saya usahakan besok ya." Thoni pun mengangguk, Raina mencoba untuk mengulas satu senyuman meskipun wajahnya begitu pucat.

"Kerra akan bangkit untuk Mamah." Ucap Raina lalu tersenyum sinis.

-Till The End-
v o t e & c o m m e n t

Kerra's  (SEQUEL OF SW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang