005
Di hari pertamanya pindah sekolah, ia dihantarkan oleh ketiga temannya. Nina melihat ke sekeliling untuk melihat-lihat sekolah barunya. Nina memperlambat langkahnya begitu melewati lemari besar yang berisikan banyaknya piala kejuaraan milik sekolah. Yang membuatnya terpaku adalah sebuah foto di mana terdapat dua laki-laki tengah memegang piala besar yang mana salah satu laki-laki tersebut adalah Raka."Mas Raka sekolah di sini?" tanya Nina pada ketiga temannya.
"Mas Raka anaknya Pak kyai?" tanya Qory.
Nina menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan."Udah lulus dia," sahut Qory.
Nina pun langsung menghela napas kecewa ketika tahu bahwa lelaki incarannya sudah lulus. Rencananya yang akan melakukan pendekatan pun gagal. Nina pun kembali melanjutkan perjalanannya dengan kesal.
"Nina! Kelas kamu sini, heh!" seru Ayu sambil menunjuk kelas yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Nina membalikkan tubuhnya lalu kembali menghampiri ketiga temannya. "Kenapa nggak bilang!"
***
Begitu masuk ke dalam kelas barunya, Nina dipinta untuk memperkenalkan diri. Ia menatap ke arah calon teman sekelasnya untuk beberapa bulan ke depan.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Kenalin nama saya Putri Abdul Ayunina biasa dipanggil Nina, saya pindahan dari SMA Pandawa."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh!" sahut mereka kompak.
"Ada yang mau tanya?" tanya Nina. Tidak ada tanggapan dari teman sekelasnya, Nina pun tersenyum senang.
"Kalo nggak ada terima kasih," ujar Nina sembari menatap sang guru.
"Nina duduk dibangku kosong, ya."
Nina berjalan menuju kursi tunggal yang berada di pojok kanan kelas. Ia meletakkan tas warna pinknya di sebelah kursi lalu mendudukkan dirinya.
"Baiklah, saya panggilkan guru mapel hari ini. Selama saya panggilkan guru tidak boleh ada yang keluar dari kelas, mengerti?!"
"Mengerti, Bu!" sahut seisi kelas dengan serempak.
Begitu sang guru pengisi telah pergi, Ayu yang memang satu kelas dengan Nina berjalan menuju kursi Nina. "Ngapain milih kursi di sini? Ayo duduk di samping kursi aku aja," ajaknya seraya menunjuk ke arah kursi tunggal yang kosong.
"Ada orangnya nggak?"
"Kalo ada orangnya nggak bakal aku nyuruh kamu pindah, Surti!"
Akhirnya Nina pun pindah tempat duduk di sebelah kursi Ayu. Bersyukur jika dia mendapatkan tempat duduk dengan teman yang sudah cukup akrab. Sebelum lanjut ke mata pelajaran selanjutnya, Nina diberikan informasi oleh teman-temannya tentang mata pelajaran yang sedikit berbeda dengan mata pelajaran di SMA.
"What? Mata pelajarannya banyak banget astaga! Ada bahasa Arab juga?" tanya Nina terkejut kala mendapatkan jadwal pelajaran yang akan ia pelajari kedepannya.
"Astaghfirullahal'adzim, Nina."
"Eh, iya. Astaghfirullahal'adzim," ulang Nina.
"Aaa ..., kalo pelajarannya banyak banget agamanya bisa-bisa nilai aku makin anjlok," ujar Nina seraya meremat kepalanya frustasi.