007

20.2K 2.6K 99
                                    

Apabila gelenyar itu terasa pada waktu ternyaman. Kerutan dahi tampak jelas di wajah cantik seorang gadis yang tengah menjalani masa tidurnya di tengah malam, sampai akhirnya rasa itu tak lagi dapat ditahan. Seketika gadis itu membuka matanya cepat dan melihat ke sekelilingnya.

"Ya Allah. Malem-malem malah kebelet kencing," gerutunya kesal.

Nina turun dari ranjangnya lalu mengguncangkan tubuh Qory yang masih tertidur lelap.

"Qor, bangun dong."

"Eungh ...," lenguh Qory lirih.

"Temenin buang air kecil, yuk?" pintanya sambil mengguncangkan tubuh Qory yang tak kunjung bangun.

"Sendiri aja sana, ah."

Nina mendengus kesal lalu menghentakkan kakinya keluar kamar. Ia berlari kecil agar lebih cepat sampai di toilet putri yang tempatnya tidak begitu jauh dari kamarnya. Begitu sampai di sana, ia memilih toilet yang berada di paling ujung. Setelah selesai membuang hajatnya, ia pun keluar dari toilet dengan perlahan tanpa menimbulkan suara keras.

"Setidaknya nggak ada yang curiga sama kita."

"Aku takut, Fir."

Samar-samar Nina mendengar obrolan dari salah satu bilik toilet yang berada di dekat pintu keluar. Ia yang memang memiliki rasa penasaran tinggi bertekad untuk menguping pembicaraan tersebut dari toilet sebelah.

"Yang penting jangan keliatan gelagat mencurigakan, biar mereka nggak tau."

"Gimana kalo CCTV-nya nangkep gambar kita?"

"Lo bisa tenang aja nggak si? Gue udah nyusun rencana."

Setelah berbincang singkat, akhirnya dua perempuan tadi keluar dari toilet. Nina yang merasa suasana aman pun ikut keluar dari toilet tersebut.

"Mereka ngomongin apa si?" tanya Nina pada dirinya sendiri.

***


"Kenapa kita nggak naik angkot aja si?" tanya Nina sambil berjalan beramai-ramai ke sekolah yang memang lokasinya tidak begitu jauh dari pondok.

"Yaelah deket ini. Abis ini kita lewat gang itu buat lebih cepet sampe ke gerbang belakang sekolah," sahut Ayu seraya menunjuk ke arah lorong sebelah kanan jalan.

Nina seketika teringat sesuatu hal yang ingin ia ceritakan pada teman-temannya.

"Eh, iya. Aku 'kan tadi malem ke toilet tuh terus nggak sengaja denger obrolan aneh gitu," terangnya.

"Aneh gimana? Ngobrolnya pake bahasa kalbu?" tanya Rita.

Nina menggelengkan kepalanya. "Mereka ngomongin CCTV gitu sambil bisik-bisik, tapi namanya kamar mandi sepi ya bergema suara mereka."

Qory menjentikkan jarinya dengan cepat. "Wah! Mereka pasti pencuri pondok lagi diskusi," tebaknya.

"Hush! Enggak boleh suudzon gitu. Siapa tau mereka pengurus pondok," ujar Ayu.

"Tapi mereka ngomongnya kaya panik gitu kok, sampe salah satu cewe tuh bilang kalo dia punya rencana," ujar Nina menambahkan beberapa percakapan yang semalam ia dengar.

"Kamu nggak liat orangnya?" tanya Qory.

Nina menggelengkan kepalanya pelan. "Aku dengerin dari toilet sebelah. Tapi yang jelas salah satu dari mereka ada yang namanya 'Fir-Fir' gitulah."

"Fir? Siapa ya santri cewe yang ada Fir-nya?" tanya Rita.

"Fir'aun," celetuk Nina.

"Udah-udah. Yang jelas kita harus saling waspada, jaga barang-barang kalian biar nggak kena curi, insyaallah Pak Kyai bisa cepet nanganin ini," ujar Ayu mengakhiri perbincangan mereka.

***

"Pacarku ada lima, ganteng-ganteng semua. Dia oppa Korea, dan ahjussi orangnya. Lee Taeyong jodoh aku WOW? Hatiku sangat uwaw!"

"Duh nih anak nyanyi apa lagi si?" keluh Qory setelah mendengarkan lagu yang dinyanyikan Nina sepanjang perjalanan pulang sekolah.

"Biarin ah, dari pada nangis minta pulang," ujar Ayu.

Begitu tiba di area pondok, tatapan aneh tertuju pada mereka. Bisikan serta gunjingan mulai terdengar bahkan tak sedikit dari mereka yang menatap sinis.

"Mereka kenapa si?" tanya Nina yang mulai kesal dengan tatapan aneh santri lain.

Qory mengedikkan bahunya. "Ada gibahan baru kali," sahutnya.

"NINA!" seru seorang satri putri sambil berlari ke arah mereka.

"Kenapa, Ra?" tanya Nina pada Aura, salah satu teman seangkatannya.

"Ayo cepetan ke sana! Kamar kamu lagi digeledah sama pengurus!" ujarnya.

Sontak Nina membulatkan matanya terkejut. Ia pun langsung berlari ke kamarnya untuk melihat kejadian tersebut. Dan benar saja, banyak santri putri maupun putra tengah berkumpul di dekat kamarnya untuk melihat.

"Ada apaan nih?!" tanya Nina dengan meninggikan suaranya.

Spontan seluruh atensi tertuju pada Nina yang tengah berdiri dengan ekspresi terkejut.

"Dasar pencuri!" seru salah seorang santri dengan lantang.

"Huuu! Pencuri!"

Nina berjalan mendekati santri tersebut. "Maksudnya apa, ya? Atas dasar apa bilang aku pencuri? Aku nyuri apa?!"

"Pencuri mana mau ngaku!"

"Mas ini maksudnya apa si? Saya nggak nyuri apapun?!" tanyanya pada Raka yang baru saja keluar dari kamar Nina dan kawan-kawan.

Raka hanya diam dan melanjutkan perjalanannya hendak meninggalkan area lalu di susul salah seorang perempuan yang Nina kenal.

"Kami nemu gelang emas sama uang di bawah kasur kamu," ujar Kinan selaku salah satu pengurus pondok putri sambil mengangkat barang bukti di tangannya.

"Aku bahkan nggak pernah lihat barang ini, Mbak!" bantah Nina tegas.

Kinan hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Ini adalah bukti, tadi ada santri yang mengaku lihat kamu keluar kamar di tengah malam dan tadi kami menemukan barang ini, masih mau mengelak?" tanyanya.

Nina menatap tak percaya ke arah Kinan. Ia menghela napas pelan. "Kalian bisa cek CCTV pondok! Aku cuman pergi ke toilet!"

"Kamu bisa jelaskan di ruang kepala," ujar Kinan sebelum pergi dari tempat.

"Cih, anak nakal emang cuman bisa nyusahin."

"Pantesan dia dipondokin, pasti orang tuanya nggak kuat punya anak kaya dia."

"Padahal gue denger dia anak orang kaya."

"KALIAN BISA DIEM NGGAK?!" bentak Qory pada santri-santri yang sempat bergunjing tadi.

Nina menitikkan air matanya kemudian berlari meninggalkan area kamar. Qory yang hendak menyusul tiba-tiba tangannya di tahan Ayu.

"Dia lagi butuh waktu. Nina bukan anak yang gampang cerita," ujar Ayu.

Qory mengangguk paham lalu beralih menatap para santri tadi. "Kalo gue denger kalian gibahin Nina lagi ..., siap-siap jemuran kalian gue umpetin!" ancamnya tegas.

Ukhti Bar-Bar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang