prolog

75.3K 5.1K 182
                                    

"Baca yang jelas, Nina!" Titahnya tegas.

Gadis yang dipanggil Nina itu pun langsung mengeraskan suaranya dalam membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Bukannya merasa bersalah, Nina justru senang karena dihukum oleh anak sulung dari pemilik pondok pesantren yang ia tinggali.

"Yang jelas! Bukan teriak-teriak!"

"Lah, gimana si, Mas? Katanya suruh jelas," ujar Nina yang merasa serba salah.

"Jelas maksud saya tuh baca sesuai Makhraj-nya, panjang pendeknya sesuai, napasnya teratur. Bukan teriak-teriak gitu," ujar Raka memperjelas.

Jujur saja, jika bukan karena perintah ayahnya pasti Raka tidak akan mau menghukum gadis bermata bulat tersebut. Karena bagi Raka, berurusan dengan Nina sama saja mempercepat penuaan dini akibat terlalu sering meluapkan emosi.

"Shadaqallahul 'adzim ...," ujar Nina mengakhiri hukumannya.

"Kok udahan?" Tanya Raka bingung. Pasalnya gadis itu dipinta untuk membaca surah Al-Waqi'ah sampai selesai. Namun, belum sampai akhir ayat gadis itu sudah lebih dulu mengakhiri.

"Kasian Mas Raka dari tadi menghela napas terus. Kayaknya kalo deket Nina bawaannya tertekan banget," ujar Nina seraya menutup mushaf-nya.

"Emang," sahut Raka tanpa menatap wajah lawan bicaranya.

"Mas," panggilnya pelan.

Raka yang tengah sibuk membaca buku akidah akhlak-nya pun bergumam pelan sebagai tanggapan. "Hm?"

"Tipe istri idaman Mas Raka seperti apa? Aku ingin memantaskan diri," ujar Nina.

"Kamu nggak pantas," sahut Raka tanpa pikir panjang.

Nina spontan mendengus kesal. "Jawab dulu, ih. Tipe istri idaman Mas Raka kayak gimana?"

"Yang jelas bukan kayak kamu."

***

Next, nggak?

Ukhti Bar-Bar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang