"Shaka, Shaka, anak ayah bunda."
Raka mengerutkan keningnya kala Ali tiba ke dalam kamarnya sembari bernyanyi. Ali merebahkan tubuhnya di atas ranjang Raka sedangkan ia tengah duduk di kursi dekat jendela kamar sembari membaca mushaf-Nya.
"Shaka anak ayah bunda, yang selalu bahagia."
"Cielah, bagusan yang linting daon," ujar Ali sembari terkekeh melihat ponselnya.
"Lo kenapa, Lik?" tanya Raka.
Ali beralih melihat Raka. "Ini ada video viral di tiktok," sahut Ali.
Raka menggelengkan kepalanya pelan. "Terserah lo deh."
"Mas."
"Hm," sahut Raka singkat.
"Lo sama Nina lagi musuhan, ya?" tanya Ali tiba-tiba.
Raka menghentikan aktivitas membacanya begitu Ali bertanya. Ia berdeham pelan lalu melepaskan kacamatanya dan ia letakkan ke atas meja.
"Gak ada hal yang perlu dimusuhin buat anak kaya dia," sahut Raka.
"Oalah, iya juga si. Tapi kalian berdua keliatan aneh di mata gue."
"Katarak kali mata lo," ujar Raka.
"Cih, jutek banget jawaban lo. Dia kayak lebih jutek aja sama lo, biasanya dia udah kaya monyet sambil dadah-dadah nyapa lo."
Raka mengedikkan bahunya. "Tobat kali."
Ali memicingkan matanya tak yakin dengan tanggapan Raka. "Gue yakin ada apa-apa di antara kalian berdua."
"Gue pernah ribut sama dia," sahut Raka tenang.
Ali sontak membulatkan matanya terkejut. Ia merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Seriusan? Kok bisa?"
"Gue pas itu lagi emosi, dan dia ribut di depan gue. Dia nanya kriteria cewek idaman gue kaya apa sama nyatain rasa sukanya ke gue terus-terusan, ya gue tolak dan kelepasan," sahut Raka.
Ali menggelengkan kepalanya pelan dengan mulut terbuka. "Tega lo, Mas. Pasti itu alasan kenapa dia nangis dan lo lemes pas di mobil."
Raka mengangguk pelan sebagai tanggapan. "Dia nangis, ya?"
"Hooh, mana ingusnya terbang-terbang," sahut Ali.
"Pas itu gue ngerasa bersal---apaan?" Raka menghentikan ucapannya begitu Ali menjulurkan tangannya hendak meminta sesuatu.
"Gocap dulu baru curhat," ujar Ali.
"Kurang ajar." Setelah berucap demikian, Raka langsung merogoh kantong baju kokonya dan ia keluarkan uang lima puluh ribuan.
"Nah, yang begitu gua seneng, lanjut Mas."
"Pas itu gue ngerasa bersalah banget," ujar Raka kembali menceritakan perasaannya.
"Tuhkan gue bilang juga ape, lo tuh suka sama si Nina. Gengsi doang digedein, dompet noh ditebelin!" ujar Ali sambil merubah posisinya menjadi berdiri dan berjalan mendekati Raka.
"Rasa bersalah sama rasa suka beda, ya," sanggah Raka tegas.
"Bodoh sama tolol sama ya, coba tebak lo yang mana, Mas?" tanya Ali seraya mengulurkan masing-masing tangannya yang terkepal seakan meminta Raka untuk memilih salah satunya.
"Apa yang buat lo yakin gue suka sama Nina?" tanya Raka.
"Lo suka merhatiin Nina, lo khawatir tentang Nina, lo sedih kalau Nina sedih, lo galau kalau Nina balik pondok, lo---"