013

21.1K 2.8K 77
                                    

Seperti yang dinanti-nantikan oleh Nina dan Qory, akhirnya mereka dapat mengambil mangga yang sudah menggugah selera dari pohon yang berada dekat dengan kamar mandi putri. Dengan keahlian memanjatnya, Nina dengan mudah meraih mangga-mangga milik Kyai Jo. Ada untungnya juga ia difitnah, batin Nina.

"Tangkep, Qor!" seru Nina dari atas sambil ancang-ancang hendak menjatuhkan sejumlah mangga matang ke bawah.

Qory yang sudah siap dengan nampannya mengangguk antusias. "Buruan jatohin!" titahnya.

Nina pun menjatuhkan mangga tersebut dan ditangkap dengan baik oleh Qory. Ayu dan Rita yang sedari tadi memperhatikan pun hanya tertawa ringan sambil memungut mangga-mangga yang jatuh tidak tepat sasaran lalu memasukkan ke dalam keranjang yang disediakan oleh Kyai Jo.

"Nin, bagi mangganya ya."

Nina sontak menoleh ke sumber suara. Terdapat Ali dan Raka tengah berdiri menatap keranjang mangga yang selesai dipetik oleh Nina.

"Enak aja! Capek-capek metik main minta aja!" tolak Nina, galak.

"Nyenyenye. Gus, mintain mangga dong. Ini 'kan mangga bapak lo," pinta Ali pada Raka agar membujuk Nina memberikan mangga tersebut.

"Ya Allah. Mas Raka pengen? Ambil aja!" ujar Nina dengan lantang.

Ali sontak menjatuhkan rahangnya. "Kurang ajar lo, Nin!"

Raka menunjuk keranjang mangga tersebut. "Ambil aja," ujarnya.

Ali pun tersenyum senang lalu mengambil beberapa buah mangga lalu ia simpan di dalam peci hitamnya sebagai wadah.

"Hati-hati, Nin! Banyak semut!" ujar Ayu.

Namun, sepertinya Nina tidak mengindahkan peringatan Ayu. Ia tak sengaja menginjak dahan yang dikerumuni semut-semut merah. Ia pun terkejut dan terpeleset.

"AAA!"

Nina pun jatuh dari pohon dengan posisi miring. Gadis itu meringis menahan sakit pada pergelangan kakinya yang terasa linu dan perih akibat goresan batang pohon mangga. Pohon mangga Kyai Jo memang tidak terlalu tinggi, hanya saja banyak dahan besar yang membuat aski jatuh Nina menjadi bertubi-tubi sakitnya.

"Aduh ...," ringis Nina sambil berusaha bangkit.

Tiga teman Nina pun langsung bergegas membantu Nina. Tentu saja mereka mentertawakan adegan lucu tersebut terlebih dahulu sebelum membantu. Raka dan Ali yang melihat tragedi tersebut ikut terkejut dan berjalan mendekat.

"Nin, kamu nggak apa-apa?" tanya Ayu.

Nina menggelengkan kepalanya pelan. "Sakit, si. Tapi nggak apa-apa, nyawaku kaya kucing garong. Ada sembilan," sahut Nina.

Raka yang melihat wajah santai Nina setelah jatuh membuatnya sedikit terkejut. Gadis itu tidak menangis dan merengek. Di luar ekspektasi Raka, tentu saja.

"Mas, sakit nih," ujar Nina sambil menunjuk kakinya yang tertutupi celana olahraga.

"Saya tau," sahut Raka singkat.

"Ish, bukannya bantuin mapah atau apa kek. Flat banget mukanya," gerutu Nina yang kesal dengan tanggapan singkat Raka.

"Bukan mahram," ujar Raka.

***

Setelah jatuh dari pohon, Nina kini tengah beristirahat di UKS pondok sambil memakan potongan mangga yang disiapkan oleh Rita. Gadis itu memakan mangga dengan tenang dan sesekali bergurau layaknya orang sehat. Ketiga temannya bahkan terperangah melihat tingkah Nina.

Ukhti Bar-Bar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang