051

13.1K 1.9K 219
                                    

Seperti yang direncanakan, akhirnya Raka akan segera berangkat ke Kairo demi menempuh pendidikan S2-nya. Para santri dan juga pengurus pondok beramai-ramai berkumpul di halaman pondok demi mengantar kepergian Raka. Semalam mereka sudah menghabiskan waktu untuk berdoa dan mengharap berkah agar kelancaran Raka mencari ilmu dengan cara tasyakuran bersama atau lebih biasa disebut syukuran.

"Mas Raka kayak anak pejabat, ya. Mau ke Kairo aja disambut gila-gilaan kaya gini," ujar Qory yang kini ikut berdiri di halaman pondok bersama santri lainnya.

"Lah emang anak pejabat. Gus gituloh," sahut Rita dengan diakhiri kekehan.

"Ya Allah, serasa ditinggal suami," celetuk Nina.

Ketiga spontan terkekeh melihat wajah lesu Nina yang netranya masih tertuju pada sosok Raka yang kini jadi pusat perhatian para santri.

Sebelum Raka masuk ke dalam mobil, laki-laki itu mencari-cari keberadaan Nina. Sampai akhirnya pandangan mereka bertemu, dengan mata yang berkaca-kaca Nina tersenyum lalu melambaikan tangannya. Raka membalas lambaian tangan hingga menampilkan gelang hitam pemberian Nina di tangan kanannya.

Nina mengangguk singkat kala melihat gerakan bibir Raka yang berujar, "Saya akan kembali".

"Mas Raka pasti balik-balik dari Kairo langsung dapet jodoh di sana. Kamu tau sendiri di sana banyak banget perempuan setipe Mas Raka," ujar salah seorang santri setelah kepergian Raka.

Nina lantas menatap santri tersebut yang sedang mengobrol dengan santri lain.

"Patah hati banget si kalo Mas Raka udah punya istri. Yang kaya Mas Raka di mana lagi si?" sahut santri lainnya.

Nina menghela napas berat. Baru saja ditinggal dua menit, ia sudah kepikiran ke mana-mana tentang Raka. Bagaimana jika ucapan santri itu benar. Nina yang sudah jatuh terlalu dalam apa mudah untuk melupakan dan mengikhlaskan.

"Nin, ayo ke kamar."

Begitu mereka di kamar, di sana sudah terdapat Luna dan Safira. Keduanya sedang berbincang hingga akhirnya Nina dan kawan-kawannya masuk ke kamar dan mereka pun berhenti berbicara. Luna menatap mengejek ke arah Nina yang tengah lesu.

"Kasian ditinggal lakinya," ejek Luna dengan diakhiri kekehan ringan.

Nina menatap tajam Luna lalu mendecih. "Soken lo."

"Mas Raka sadar kali, ngapain juga dia demen sama tipikal bocah bar-bar kaya kamu kalo dia aja bisa dapet yang lebih baik, lebih solihah, lebih sopan, lebih pinter."

Nina mengepalkan tangannya erat dengan emosi memuncak. Rita mengusap punggung Nina lembut guna memenangkan. "Istighfar, Nina. Gak usah dengerin Luna."

"Lonte diem deh. Bacot banget punya mulut," sentak Qory yang ikut kesal dengan Luna.

"Eh, Luna kagak ngajak lo ngomong ngapain nyahut?" sambar Safira.

Qory beralih menatap Safira lalu memutar bola matanya jengah. "Lah gue ngomong sama Luna ngapain lo yang sewot?"

"Udah, ah. Luna, Safira, kalian gak usah ngajak ribut dong. Kita 'kan temen," tegur Ayu menengahi perdebatan.

"Ogah punya temen kaya dia," ujar Qory seraya membalikkan badannya enggan berhadapan dengan Luna dan Safira.

"Kami juga ogah. Ogah temenan sama orang munafik kaya kalian. Sok suci, sok alim," sahut Safira sambil bangkit dari duduknya dan menarik tangan Luna agar pergi dari ruangan.

Rita menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. "Yang sok alim sama sok suci sebenarnya siapa si?"

"Halah, mereka mah Abjad pegon aja gak langar gegayaan ngatain orang. Udah diemin aja," ujar Ayu.

"Tapi aku juga belum lancar pegon, kadang masih pake gedrig. Ya Allah, minus ilmu begini kok demennya sama Gus," sahut Nina dengan wajah lesu. Ia merasa tersindir akan ucapan Luna dan Ayu.

"Gak usah insecure. Gak ada yang ngelarang orang bodoh suka sama Gus, kok," kata Qory sembari menepuk pundak Nina.

Nina melirik Qory dengan perasaan jengkel. "Kamu secara gak langsung ngatain aku bodoh, loh."

***

Hari terus berlalu, Nina tak mendapatkan kabar apapun dari Raka. Lelaki itu bahkan terkadang tidak membalas pesan yang ia kirimkan lewat direct message di Instagram. Sampai akhirnya sekarang ini, Nina dan Qory sedang menghadap Ali yang katanya akan memberikan informasi tentang Raka.

"Mas, jangan main HP terus ih. Gantian kek, aku juga mau chattan sama Mas Raka," ujar Nina yang geram dengan Ali yang tak kunjung membuka suara.

"Ish, bocah nih. Tadi malem Mas Raka nanyain keadaan."

Mata Nina seketika membinar. "Mas Raka nanyain keadaan aku?" tanyanya dengan antusias.

"Bukanlah. Nanyain keadaan pondok. Lagian 'kan dia bentar lagi jadi penerus Kyai Jo, makanya nanyain pondok, bukan kamu, Nin. Pede gile lo."

"Aaa, Mas Ali, mah."

"IH SIKIRINSHOT SIKIRINSHOT CEFFAT!!!" pekik Nina ketika melihat balasan dari Raka yang sungguh mengejutkan Nina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"IH SIKIRINSHOT SIKIRINSHOT CEFFAT!!!" pekik Nina ketika melihat balasan dari Raka yang sungguh mengejutkan Nina. Bahkan Qory juga melongo sangking tidak menyangka.

"Budek kuping gue lama-lama."

"Ih, Mas Raka kangen aku, aww."

"JANGAN ACAK-ACAK KERUDUNG AKU!" pekik Qory seraya menepis kasar tangan Nina yang telah mengacak tatanan jilbabnya sebagai cara melampiaskan rasa senangnya.

"Bilangin dong Mas ke Mas Raka, kalo liat cewek cakep anggep aja itu aku," titah Nina.

Ali memutar bola matanya mendengar ucapan Nina. Ia pun mengetikkan pesan yang diperintahkan Nina lalu ia kirimkan pada Raka. Tak butuh waktu lama Raka membalas, "Nih, kata Mas Raka di sana gak ada yang cakep. Sekalipun ada gak ada yang bisa gantiin kamu sama Umi. Idih geli gue bacanya."

Perut Nina seketika terasa geli. Ia tersenyum malu sembari menahan teriakannya. "Ah, meleyot."

"Ntar gue praktekin ke Aisyah ah ...," gumam Ali.

***

Eh kalian kenal Song Weilong gak? Cocok gak si buat cast Raka? Wkwk. Dia ganteng bgt😭👍

Ukhti Bar-Bar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang