#Chapter 2

286 34 1
                                        

Aini benar-benar kepayahan. Kenapa juga hujan turun sekarang ketika dia tidak membawa persiapan sama sekali. Apalagi sekarang sedang musim kemarau.

Setelah mengibas-ngibaskan sesaat gamisnya, Aini masuk ke dalam sebuah coffee shop. Beberapa pramusaji yang memang sudah mengenalnya menyapanya yang hanya ia balas dengan sapaan dan senyum indahnya.

"Langsung saja ke pantry mbak. Mbak Res sudah nungguin Mbak dari tadi." Ucap seorang pramusaji, wanita muda berusia dua puluhan.

Aini meringis. Semoga saja ia tidak kena omelan. Dia ingat terakhir kali ia terlambat mengantar pesanan, Mbak Res sang manager coffee shop meneriakinya tanpa ampun. Tapi tidak masalah bagi Aini. Apapun alasannya, dia memang terlambat dan pantas dimarahi.

*

"Kalau tidak karena mereka menyukai cup cakemu, aku pasti tidak mau lagi berurusan denganmu." Ketus sang Manager langsung bahkan sebelum ia menolehkan wajahnya.

Aini meringis lagi. Singkat dan padat, tapi pesannya sangat jelas. Tak akan ada toleransi lain kali.

"Ampuni saya Ibu manager yang cantik. Saya akan langsung menata cup cakenya ya. Jangan marah lagi ya ya?"

"Hmm. Simpan saja mulut manismu. Cepat selesaikan pekerjaanmu dan temui admin di kantor."

"Baik Ibu Boss. Laksanakan!"

Mbak Res yang memang terkenal dengan kegalakannya hanya bernyeye ria sambil memutar bola matanya malas. Le' Caffee punya baker sendiri, tapi ketika mereka mencoba memajang cupcake buatan Aini atas rekomendasi Nyonya Muda Bramantiyo, yang merupakan pelanggan royal mereka, pelanggan merespon dengan baik. Cup cake lembut dengan quote hiasan cantik sebagai topingnya yang bisa dipesan by request. Kalau sajalah Aini tidak menolak tawaran hak paten cup cakenya, Le' Caffee pasti sudah mengklaim cup cake unik itu sebagai hak paten mereka.

*

Setelah memajang cup cakenya dengan cantik dan menyerahkan cup cake ordered by request ke pramusaji untuk dibungkus, Aini menuju kantor untuk mengurus masalah administrasi. Tapi tiba-tiba, handphonenya bergetar.

"Assalamu'alaikum Nyonya Muda Bramantiyo."

"....."

"Baik Ibu Hamil. Aku tidak akan pulang sampai supirmu menjemputku."

"......"

"Suamimu memang menggemaskan."

"......."

"Baik Nyonya. Hamba akan perhatikan. Okay okay. Assalamu'alaikum."

Aini masih terkekeh sendiri setelah handphonenya ditutup. Sungguh, ia bahagia melihat adik angkatnya yang kini telah berbahagia dengan suaminya. Apalagi sekarang mereka sedang menantikan kelahiran buah hati mereka. Tapi kemudian Aini membandingkan kehidupan adik angkatnya itu dengan dirinya yang hanyalah seorang janda beranak satu. Akankah dia mendapat pasangan hidup yang mau menerima keadaannya yang sekarang? Entah kenapa, rasa-rasanya tidak mungkin.

Aini menggeleng dan membuyarkan pikiran anehnya. Dia punya putri yang cantik dan pekerjaan yang alhamdulillah mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Itu sudah cukup baginya. Dia sudah sangat bersyukur akan hal itu.

*

Setelah selesai menyelesaikan masalah administrasi, dan karena supir keluarga Bramantiyo juga sudah datang, Aini pun pamit dan bergegas pergi.

Sesaat setelah masuk ke mobil utusan Nyonya Muda Bramantiyo dan menutup pintu, Aini seperti mendengar seseorang memanggilnya. Tapi mungkin dia salah. Hujan turun dengan derasnya dan menenggelamkan suara siapapun.

CLBK sama jandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang