#Chapter 3

246 31 0
                                    

"Siapa? Aini?" Fabian Bramantiyo terkejut ketika Tony menyebutkan nama yang jelas tidak asing baginya, masalahnya, kenapa Tony bisa tahu tentang Aini, janda muda yang adalah sahabat baik yang sudah seperti kakak angkat istrinya.

"Ya, Aini. Kemarin aku melihatnya dijemput mobil istrimu dan aku yakin itu mobil istrimu."

Alex yang tengah asik mengunyah apel hanya mengamati. Dia bahkan tak tahu siapa yang sedang dibahas Tony dan Fabian, sahabatnya di empat sekawan.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau sangat ingin tahu tentang Aini itu?" Tanya Fabian lagi dengan rasa penasarannya yang sangat jelas.

"Demi apapun Fabian. Just tell me right now! Apa istrimu mengenal seseorang bernama Aini?"

"Tidak. Istriku hanya punya seorang sahabat baik, dan namanya bukan Aini."

Tony mengrenyitkan keningnya. Fabian jelas-jelas sedang berbohong dan dia mungkin mengerti kenapa sahabatnya melakukannya. Kalau Aini ternyata adalah sahabat istrinya, tentu dia berbohong demi melindungi sahabat istrinya itu.

"Kau yakin?" Tanya Tony masih berharap Fabian jujur padanya, toh dia tidak ingin menyakiti sahabat istrinya itu, jika memang  Ainilah sahabat istrinya itu.

"100 %. Sudahlah, aku ke sini hanya ingin menjengukmu dan sepertinya kau baik-baik saja. Aku harus kembali ke kantor sekarang. Ciao. You too Alex."

Alex terkekeh dan mengambil satu lagi apel dari parsel buah di atas nakas.

"So, Tuan Tony Mahendra. Siapa Aini-Aini yang aku yakin membuatmu kecelakaan seperti ini dan kenapa juga Fabian sampai harus berakting payah seperti tadi?"

"Namanya Aini Larasati. Cinta pertama dan satu-satunya dalam hidupku."

Alex mengangguk-anguk sambil menaikkan alisnya. Sepertinya akan menarik.

***

FLASH BACK ON

"Ayah, Aini kangen."

Deg.

Tony yang baru tiba di rumah Mang Dirman membeku dan otaknya lumpuh seketika. Pasalnya, seorang gadis yang ia yakini sebagai si Cantik sedang memeluknya erat. Benar-benar erat.

"AINI!!! SEDANG APA KAU?"

Tony terlonjak mendengar teriakan Mang Dirman di belakangnya dan Si Cantik langsung melepas pelukannya. Tampang cantiknya mendadak kebingungan dan langsung mundur dua langkah saat tahu siapa yang ia peluk.

"Hai. Terima kasih atas sambutan hangatnya." Ucap Tony seperti orang idiot.

"Punten Den. Anak mamang sudah kurang ajar."

"Gak pa pa mang. Dia kira saya Mamang. Tony Mahendra. Salam kenal."

Dang.

Bukannya menyambut salam perkenalan Tony. Si Cantik malah langsung menghambur ke dalam rumah. Membuat Mang Dirman harus berteriak lagi, sedang Tony hanya gigit jari.

***

Tony sedang di meja makan bersama Mang Dirman dan keluarganya. Makanan rumah sudah terhidang membuat perut lapar Tony bergerilya.

 Makanan rumah sudah terhidang membuat perut lapar Tony bergerilya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua sudah duduk di bangku masing-masing. Yang belum hanya si Cantik yang sepertinya bertugas melayani orang tuanya. Dia mengambil teko air minum dan mengisi semua gelas yang kosong termasuk gelas Tony. Walau si Cantik terus menekuk wajahnya, itu bukan masalah bagi Tony. Dia tetap bahagia. Mimpinya bertemu jelita tersampaikan.

"Jadi selama sebulan, Aden akan menginap di sini."

"Aden kan pasti punya banyak uang ayah. Kenapa dia harus menginap di rumah kita yang sederhana? Suruh saja dia tinggal di hotel atau villa. Kan banyak."

Rrrr.... Tony meringis. Si Cantik tak pernah bersahabat dengannya.

"Hush. Putri ayah kok jadi judes pisan dari tadi. Aden titipan nyonya besar. Kalau di hotel dan villa katanya takut nggak ada yang urus. Aden punya asam lambung soalnya."

"Terus kalau di sini memang ada yang mau urus?" Tambah Si Cantik lagi yang entah kenapa jadi suka berdebat dengan ayahnya.

Sang ibu terlihat cemas. Takut-takut anak majikannya marah. Walau raut tampan majikannya terlihat tidak terganggu sama sekali dengan keketusan putrinya, Sang Ibu tetap merasa cemas.

"Aden sudah besar. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Aden hanya butuh tempat istirahat dan ayah yakin, ibumu sudi menyediakan makan untuk Aden. Bukan begitu, Bu?"

Sang ibu mengangguk-angguk cepat, sambil mengusap-usap bahu putrinya yang entah kenapa sangat memusuhi tamu terhormat mereka.

"Boleh minta nasi lagi?" Pinta Tony dengan senyum merekah yang langsung membuat mata si Cantik membulat seketika. Apa semua pria kota tidak tahu malu? Apa aura permusuhan Aini masih kurang jelas?

Alih-alih menyerang balik Si Cantik, Tony hanya memutuskan untuk menikmati hidangan nikmatnya. Lagi pula, kemarahan si Cantik tidak lah mengganggunya. Dia hanya terlihat lebih menggemaskan.

FLASH BACK OFF

***

"Ini." Ucap Alex sembari memberikan map merah yang diinginkan sahabatnya.

"Orangku sudah menyelidiki kediaman Bramantiyo dan aktivitas si Nyonya. Dan kau benar. Si Nyonya mengenal Aini. Sepertinya mereka sangat dekat."

Tony yang masih menjalani rawat inap, menerima map yang diberikan Alex. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Itu memang dia. Si Cantik yang selalu mempesonanya. Tak banyak yang berubah darinya selain wajah yang terlihat matang.

"Cuma ini?" Tanya Tony sekenanya.

Alex mengerutkan keningnya. Ucapan macam apa itu?

"Hey Tuan! Kau hanya memintaku untuk menyelidiki apa Si Nyonya mengenal first lovemu itu atau tidak. Dan ya, mereka saling mengenal."

"Selidiki lagi. Aku mau data lengkap Aini. Kegiatannya, alamatnya, semua."

"Wowowow! Kenapa juga aku harus melakukannya?"

"Ferrari LaFerarri. Kau mau aku memesannya sekarang?"

"Sialan kau! Fine. 1 x 24 jam kau akan tahu semua tentangnya dan pastikan supercar itu sudah terparkir di rumahku besok." Ucap Alex yang lalu pergi dengan membanting pintu. Sedang Tony, senyumnya hilang berganti kemuraman. Dilihatnya foto si Cantik yang tidak ia sangka akan lagi ia temui lagi.

"Apa kau bahagia dengan suamimu Aini?"

CLBK sama jandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang