"Karena aku sudah punya akses untuk bebas menemuimu, kurasa kau bisa berhenti menyiapkan makan malamku." Ujar Tony sembari tetap menyetir.
Aini hanya menatap ke luar jendela. Mengamati kehidupan yang terjadi di luar sana. Ada seorang laki-laki menarik gerobak rongsokannya, ada juga anak kecil yang berjuang asongan di tengah keramaian jalan. Aini sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tony yang menyadari itu mencoba peruntungannya. Dia menggamit tangan kiri Aini dan bersiap untuk sebuah amukan. Tapi anehnya, tidak terjadi apapun. Amukan, pukulan atau penolakan apapun. Tony yang sumringah terus menggenggam tangan lembut itu, sedang si pemilik tangan yang kini menatap lurus ke depan hanya meliriknya sekali, lalu menatap lagi ke depan. Tony merasa ini aneh, tapi dia tetap menikmatinya.
*
"Apa kau marah?" Ujar Tony akhirnya ketika mereka sudah tiba di sekolah Adibah, putri semata wayang Aini.
"Memang janda sepertiku bisa apa?"
Ya. Aini marah dan ia tidak berusaha menutupinya sedikitpun.
"Sudah kubilang, kau tidak perlu lagi bekerja denganku." Tutur Tony sembari menahan Aini yang hendak keluar dari mobil.
"Baik. Terima kasih." Aini kira dia sudah bisa keluar, tapi nyatanya Tony malah mengeratkan genggamannya di lengan kurus Aini.
"Aku hanya ingin bahagia, membahagiakan dan dibahagiakan Aini. Apa aku salah?"
"Kau tidak salah. Teruslah berusaha walau kita tahu dimana ujung drama picisan ini."
Tony membiarkan Aini keluar dari mobilnya. Diapun keluar dan menanti dua hawa istimewanya. Tak lama, Aini datang dengan senyum yang ia berikan hanya untuk putrinya. Tony menelan kepahitan dan berusaha menyambut Adibah dengan senyum ramahnya. Ia lalu membukakan pintu belakang dan membiarkan Adibah masuk dengan riang setelah menyapa Tony dengan bahasanya.
"Tolong langsung antarkan kami pulang." Pinta Aini ketika dia sudah duduk di samping putrinya, di kursi belakang.
"As you wish Mam." Patuh Tony karena tidak ingin membuat pujaannya lebih marah lagi.
Mobilpun melaju. Hanya terdengar suara Aini yang bercengkrama dengan putrinya. Adibah tahu ada yang aneh antara ibu dan pria yang akhir-akhir ini muncul dalam kehidupan mereka. Tapi Adibah mencoba untuk tidak bertanya. Dia baru sepuluh tahun, tapi kepekaannya melebihi orang dewasa.
***
Pukul 11.30 mereka tiba di kediaman Aini. Adibah menarik tangan Tony, mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
Tony tak berani. Dia tidak ingin membuat Aini semakin tidak nyaman dengannya.
"Om masih ada kerjaan sayang. Biarkan Om pergi ya." Bujuk Aini pada putri kecilnya.
Adibah mengerutkan dahinya untuk memastikan, dan Tony memainkan perannya dengan baik. Dia mengangguk, tersenyum dan membelai rambut bocah sepuluh tahun itu.
"Lain kali om mampir ya."
Kali ini Adibah yang mengangguk dan lalu masuk ke dalam rumah. Menyisakan Aini dan Tony yang sudah sangat canggung karena perdebatan sebelumnya.
"Apa aku masih boleh menemuimu?" Tanya Tony mencoba peruntungannya.
"Apa kau akan menurutiku?" Tanya balik Aini membuat Tony frustasi.
"Kalau itu membuatmu bahagia. Akan aku lakukan."
Bahagia. Kata itu kini mengusik hati kecil Aini. Dia bahkan tidak tahu, kebahagiaan seperti apa yang ia inginkan sekarang.
"Tidak. Aku tidak ingin kau menemuiku lagi. Aku ingin kau berhenti mengusik hidupku."
"Baiklah jika itu yang kau mau. Maaf karena aku telah egois selama ini. Aku pastikan kau tidak akan melihatku lagi. Hiduplah dengan baik dan semoga kalian bahagia."
Tony berpaling dan menjauh sedang Aini membeku di tempatnya. Tony bahkan tidak menoleh lagi. Pria itu sudah tak ada di hadapannya, tapi Aini masih tetap membeku di tempatnya. Tiba-tiba, dadanya terasa sesak. Sangat sesak hingga menekan kelenjar air matanya. Tak butuh lama, air mata itu mulai merebak. Aini runtuh dari kekeras hatiannya dan dia harus menanggung akibatnya.
"Inilah yang benar Aini. Inilah yang benar. Kau sudah melakukan hal yang benar. Jangan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Jangan Aini! Jangan!" Ucapnya pada dirinya sendiri, pada hati yang merasa dan pada jantung yang merana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomanceTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA