#Chapter 5

218 26 0
                                        

"Apa ini?" Tony yang sedang berjibaku dengan berkas laporannya segera menghentikan aktivitasnya ketika sahabatnya, Fabian, masuk tanpa permisi dan melemparkan amplop coklat yang langsung memperlihatkan sebagian isinya. Tony menarik keluar isi amplop itu. Rupanya foto-fotonya kemarin, ketika ia mengintai rumah Aini.

"Kau memata-mataiku?" Tanya Tony tanpa basa-basi.

"You wish Mahendra. Aku mengintai istriku untuk melindunginya, tapi orangku malah mendapati wajahmu yang sedang mengintai rumah Aini. Bisa kau jelaskan?"

"Jadi kau mengaku kalau kau sudah berbohong padaku? Bukankah kau bilang kau tak mengenal Aini?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan Mahendra. Aku tidak tahu apa niatmu atau apa yang kau rencanakan. Tapi jangan dekati Aini. Dia lebih dari seorang sahabat bagi istriku dan aku berhutang budi padanya."

"Kenapa? Apa karena aku seorang Mahendra?" Tanya Tony skeptis. Seorang Fabian tidak pernah ikut campur dalam setiap urusan pribadi sahabat-sahabatnya. Dia adalah orang yang masa bodo. Jadi kalau sampai dia sesenewen ini, pasti masalah ini sangat serius baginya.

"Bagus kalau kau sadar."

Tony menatap sahabatnya itu dengan keheranan. Fabian dan Alex sama saja. "Kaupun seorang Bramantiyo. Kenapa kau boleh mendapatkan cintamu sedang aku tidak? Bukankah Nay juga tidak setara dengan sosialita kita?"

"Karena orang tuaku tidak senorak orang tuamu. Orang tuaku menyayangi Nay seperti anak kandung mereka sendiri bahkan lebih."

Tony mengepalkan tangannya dan giginya bergemelutuk. Sombong sekali pria di hadapannya. Apa seorang pemerkosa seperti Fabian bisa mendapatkan cinta yang tulus, sedang Tony Mahendra yang selalu punya track mengagumkan sebagai gentleman tak bisa?

"Kau tidak tahu apa-apa Fabian. Aku bahkan belum melakukan apapun."

"Aku tahu Ton, aku sangat tahu. Aini adalah gadis yang fotonya masih kau simpan di dompetmu sampai sekarang dan akupun tahu, dia adalah gadis yang membuatmu patah hati beberapa tahun lalu karena menikah dengan orang lain. Dan akupun masih ingat kenapa kalian berpisah. Kau bilang, orang tuamu tidak menyetujui hubungan kalian. Apa aku salah?"

Tony terdiam dan menatap Fabian dengan garang. Jika Fabian sampai ikut campur lebih lanjut, dia yakin rencananya untuk mendekati Aini pasti tidak akan berjalan lancar. Jadi, alih-alih berdebat dengan sahabatnya yang over act itu, Tony memutuskan untuk mengalah.

"Baiklah. Aku takkan mendekati Aini." Ucap Tony membuat Fabian mengerutkan keningnya. Semudah itukah membujuk Tony Mahendra?

"Good. Aku pegang kata-katamu. Mulailah dengan tidak menghadiri anniversary pernikahanku."

'Sialan kau Fabian.' Tony tersenyum dengan rencana di kepalanya. "Baiklah. Aku hanya akan mengirim kado untuk si Nyonya. I promise."

'Tapi kalau Aini yang mendekatiku, itu bukan salahku.' Batin Mahendra dengan senyuman dan isi kepala yang mulai tersusun rapi.

***

FLASH BACK ON.

Aini terus mengulek sambal dengan penuh tenaga sembari menengok ke meja makan, dimana dua orang sahabatnya tengah asik mengganggu Tony yang sepertinya sedang mengerjakan tesisnya. Alasan kedua yang membuat pria kota itu harus tinggal di desa selama satu bulan penuh. Alasan utamanya jelas demi mengenal si Cantik. Aini Larasati.

Kekesalan Aini semakin memuncak. Harusnya ia dan dua sahabatnya itu masak-masak bersama sembari mencicipi kue buatan Aini, hasil pembelajarannya di tempat kursus cake & bakery. Nyatanya, dua orang sahabatnya tidak membantunya sama sekali dan bahkan hanya sibuk tebar pesona pada tamu yang tak pernah ia sukai atau mungkin belum ia sukai.

CLBK sama jandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang