#Chapter 12

121 23 0
                                    

"Itu tidak mungkin. Kontrak itu berlaku sekurang-kurangnya dua tahun, dan jika salah satu pihak memutuskan sebelum waktunya, dia harus membayar denda. Kau ingat nominal dendanya kan?"

Kata-kata Alesha terus menerus terngiang di kepala Aini. Dia tidak mungkin tetap menjalankan tugasnya sebagai personal katering setelah mengetahui siapa Bossnya dan demi tujuan apa dia dipekerjakan. Tapi bagaimana caranya dia membayar denda 9 digit itu. Bodohnya Aini, kenapa juga dia tidak membaca isi kontrak itu dengan seksama. Well, dia memang tahu mengetahui denda itu, tapi dia tidak berpikir dia harus berhenti mendadak seperti ini.

Aini merasakan bajunya ditarik dan ia pun tersadar ketika putrinya sudah terlihat kesal. Bagaimana tidak? Adibah sudah berada di hadapan bundanya sedari tadi, tapi sang bunda bahkan tak menyadarinya sama sekali.

"Ah Maafkan Bunda sayang. Ada apa, Nak?"

Gadis sepuluh tahun itu menari-narikan tangannya yang langsung bisa ditangkap oleh Aini.

"WA Tante Nai, bilang Bunda yang akan mengantar kamu lomba besok."

Adibah tersenyum dan mencium pipi kanan Bundanya. Aini tersenyum. Dia beruntung memiliki Adibah dalam hidupnya.

***

Di Apartemen

"Aku tak menyangka kau membodohiku seperti ini." Ujar Alesha setelah meletakkan air mineral di samping Bossnya yang walau masih recovery tapi sudah mulai mengecek pekerjaannya.

Tony melirik sekilas ke arah Alesha yang tak henti-hentinya menggerutu. Cepat atau lambat Alesha pasti tahu, tapi Tony tidak mengira kalau sekretarisnya itu akan sekesal ini.

"Lalu bagaimana sekarang? Dia tidak ingin lagi bekerja denganmu. Dia pasti bingung dengan denda yang harus ia bayar. Apa kau tega, Boss?"

"Kalau dia mau, mudah baginya untuk mendapatkan uang denda itu. Keluarga Bramantiyo bisa memberikan apapun yang ia minta. Tapi aku rasa dia tidak akan meminta bantuan Bramantiyo untuk hal ini. Jadi.. Dia tak punya pilihan selain terus bekerja untukku." Bahkan hanya memikirkan kemungkinan itu, Tony sudah merasa bahagia.

"Apa kau mencintainya, Boss?" Tanya Alesha sembari menyerahkan sebuah map kepada Tony.

"Selalu."

"Lalu, Ibu Komisaris? Apa dia tahu?" Tanya lagi Alesha yang tahu persis tabiat komisarisnya.

"Ibuku tidak akan mengubah apapun. Aku akan memperjuangkan Aini apapun rintangannya."

"Good luck, Boss. I wish you all the best."

Tony tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya di laptop. Memeriksa laporan yang tertunda. Menyelesaikan semua tanggung jawabnya.

*

Teettt... Teett.

Bel berdering. Alesha membukakan pintu dan melihat Fabian yang sudah berkacak pinggang.

"Selamat pagi, Tuan Bramantiyo."

"Dimana makhluk itu?"

"Ya? Boss?"

"Siapa lagi?"

"Di dalam, silahkan masuk."

Fabian yang tak perlu basa-basi langsung masuk dan mendapati Tony di ruang tengah bersama laptopnya yang menyala. Tanpa basa-basi juga, dia menarik kerah baju Tony yang membuat pria itu langsung tersentak.

"Aku sudah katakan padamu Mahendra. Jangan main-main dengan wanita itu. Dia tidak seperti wanita yang kau kira."

Tony segera melepaskan diri dan merapikan kemeja yang jadi berantakan karena ulah Fabian. Dilihatnya Alesha hanya berdiam diri di pantry. Tak tahu harus bagaimana.

CLBK sama jandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang