"Apa kau masih menganggap ini lelucon?" Pekik Aini masih tak percaya. Lihatlah apa yang telah Tony Mahendra lakukan! Dia menyetting segala hal dengan kekuasaannya.
"Kau nyata?" Tanya Tony lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Aku tidak peduli jika kau mempermainkan siapapun di dunia ini. Tapi kalau kau pikir, kau dan keluarga terhormatmu itu bisa merendahkan keluargaku lagi, kau salah besar. Kalian salah besar."
"Aini.. Dengarkan aku!" Tony sudah turun dari ranjang dan menarik infusannya. Mendekati Aini yang Tony yakin hendak pergi secepat yang ia bisa.
"JANGAN MENYENTUHKU!" Tony yang menarik lengan Aini melepaskannya kembali, namun dia tetap menghadang di depan wanita yang tengah menahan air matanya itu.
"Kau tidak memiliki suami. Aku berhak mendekatimu." Ujar Tony dengan sedikit meringis. Menahan perih lambung yang masih terasa.
"Jangan membuatku tertawa!" Balas Aini ketus.
"Aku tak pernah main-main denganmu. Dan ingat! Bukan aku yang berkhianat, tapi kau."
"Jangan mengatakan omong kosong! Minggir."
Tony merasakan kepalanya mulai berputar. Sepertinya dia memang butuh recovery seperti yang tadi dikatakan dokter.
Melihat Tony yang lengah, Aini memanfaatkannya dan beranjak dari ruangan yang mulai menyesakkan dadanya. Dia tidak boleh lemah. Dia tidak ingin terjebak dengan perasaannya seperti dulu.
"DARI DULU AINI. DARI DULU AKU BERHARAP CEPAT MATI SETELAH AKU KEHILANGANMU."
Aini yang sudah ada di depan pintu membeku. Kata-kata itu mengunci langkahnya.
"Kalau saja aku tahu, kalau kesabaranku akan membuatku kehilangan dirimu. Kalau saja aku tahu, kalau penantianku akan membuatku menyesal seperti ini, aku bersumpah aku tidak akan menunda untuk menemuimu saat itu. Dua tahun Aini, dua tahun aku pergi dengan harapan kita akan bersama ketika aku kembali. Nyatanya apa yang aku dapat? Nothing. Kau bahagia dengan suami dan anakmu. Sedangkan aku, aku harus bekerja seperti orang gila hanya agar aku bisa melupakanmu. Nyatanya, aku tidak mati-mati dan Tuhan menghukumku dengan terus hidup dengan mengenangmu. Wanita, yang selalu jadi mimpi indahku. "
Air mata Aini menggenang. Dia tahu, dia mungkin telah menyakiti Tony. Tapi apa? Semua sudah terjadi dan tak mungkin bisa terulang kembali.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini? Kau adalah seorang Mahendra. Sedang aku, aku hanyalah seorang janda beranak satu. Apa kau pikir duniamu bisa menerima hal itu?" Ucap Aini dengan nanar. Ditatapnya Tony yang sudah melantai. Pria itu tidak bisa lagi menahan bobotnya.
"Karena aku percaya Tuhan itu ada." Nafas Tony mulai terengah-engah, tapi dia tetap meneruskan kata-katanya. "Tuhan tidak pernah membiarkanku mati sekalipun aku telah menyiksa diriku sendiri, karena ternyata sekarang aku tahu, Tuhan ingin memberikan kesempatan padaku untuk memperjuangkanmu kembali. Kalau Tuhan saja memberikan kesempatan padaku, kenapa kau tidak, Aini? Humm??"
Dunia Aini membeku sesaat, lalu dia menyerah pada hatinya. Dia mendekati Tony, membantunya berdiri dan memapah pria masa lalunya itu. Bukan karena Aini menerima pria lemah ini. Sungguh bukan karena itu. Lantas karena apa? Entahlah. Aini pun tak mengerti dengan hatinya.
Tak lama, perawat datang dan membawa sarapan. Dia memperbaiki selang infus Tony yang terlepas. Aini masih belum beranjak dari ruangan itu. Dia hanya duduk di samping ranjang Tony dan memastikan pria itu menghabiskan makanannya.
Tony pun tak berkata apapun. Dia tahu Aini bingung dengan kehadirannya. Jadi Tony membiarkan Aini belajar menerima situasi ini. Belajar menerima Tony kembali dalam kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomanceTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA