Ballroom hotel Renaissance.
Alex dan Fabian melihat sahabat mereka yang baru saja datang. Siapa lagi kalau bukan Tony Mahendra. Alex tersenyum lebar sedang Fabian hanya mencebik malas.
"Nyalinya memang besar." Ucap Fabian yang hanya dicengiri oleh Alex.
***
"Hey My Man! Being centerfold, huh?"
Sapa Alex dengan menempelkan kepalan tangannya dengan Tony."Aku memang sudah jadi pusat perhatian dari dulu." Sahut Tony sombong yang lalu dipelototi jandanya, yang hari ini nampak anggun dengan gamis satin yang menjuntai indah di tubuh rampingnya. Pakaian mereka senada, tentu saja. Tony sudah susah payah memaksa Aini ke butik dan memintanya mengenakan gaun yang sudah dipersiapkan khusus untuk malam ini. Mudah? Tidak. Tapi bukan Mahendra namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Fabian masih saja terlihat antipati dengan asmara sahabatnya dan Tony tidak peduli. Memang hanya Bramantiyo saja yang boleh bahagia?
"Nyonya tidak ikut?" Tanya Aini pada Fabian, satu-satunya orang yang ia kenal di acara penganugerahan yang terpaksa ia datangi saat ini.
"Dia kelelahan karena kebun hidroponiknya, jadi Nyonya besar melarangku membawanya."
"Selalu saja tidak bisa diam." Timpal Aini.
"Seperti biasanya." Tambah Fabian.
*
Acara berlangsung hikmad walau banyak tatapan tanda tanya di antara para tamu.
Bagaimana juga mereka tidak bertanya-tanya. Pewaris tunggal Mahesa Coorporation terlihat membawa seorang wanita yang tidak diketahui profilnya. Tapi siapa yang belum tahu tentang skandal di Cafe Bounjour beberapa hari yang lalu.
Apakah itu si Janda itu?
Janda yang membuat Tony Mahendra yang selalu ber-image gentleman sampai kehilangan kendali di tempat publik?
Tentu saja, tak ada yang bisa mereka lakukan selain berkasak-kusuk sepelan mungkin, walau itu tidak mengenyangkan rasa ingin tahu mereka.
"Ada apa?" Tanya Tony yang sedang mengganggu piring Aini.
"Aku ingin memeriksa rasa kue ini tuk referensi belajar dan kau terus saja memakannya." Jawab Aini menggerutu.
"Aku akan mengenalkanmu pada kokinya. Chill." Timpal Tony yang terus saja menyuil-nyuil kue milik jandanya.
"Singkirkan tanganmu Mahendra. Kau kan bisa ambil sendiri, di prasmanan masih banyak."
"Aku tidak mau, aku hanya ingin makan yang ada di piringmu."
Alex terlihat sedikit iri, sedang Fabian merasa Tony menjijikan sekali dengan tingkahnya. Tapi Fabian bisa melihat dengan jelas, ada yang berbeda di wajah Aini. Dia seperti melihat sisi lain dari kakak angkat istrinya itu. Aini yang biasanya dewasa dan bijak, terlihat manja dan nyaman bersama Tony. Apakah selama ini ia salah? Apakah mungkin mereka berdua memang ditakdirkan untuk bersama?
***
"Maaf Tuan Muda. Nyonya besar menunggu Tuan di restoran bawah."
Tony, Fabian dan Alex saling berpandangan, sedang Aini pucat seketika. Tony tersenyum pada janda cantiknya itu, menarik kursinya perlahan agar belahan jiwanya itu bisa keluar dan percaya padanya. Bahwa mereka akan baik-baik saja. Bahwa mereka pasti akan bahagia kali ini.
*
Restoran Paradise
Aini lekas memberi salam ketika dia berhadapan dengan Nyonya besar Mahendra. Orang yang pernah dengan kejamnya merendahkan dirinya dan keluarganya. Wanita yang dengan angkuhnya mengingatkan betapa strata dirinya dan anaknya seperti bumi dan langit, yang tak mungkin bisa bersama.
Aini tak berharap banyak salamnya akan diterima, tapi nyatanya, Nyonya Mahendra membiarkan dirinya menyentuh tangan wanginya dan mencium tangan yang terasa lembut itu. Meski gugup, Aini merasa lega. Mungkin ini pertanda bagus, pikirnya.
"Kalian bukan bocah ingusan. Ibu tidak ingin mendengar gossip ini itu lagi. Kalau kalian ingin serius, cepat urus segalanya. Jika kalian ingin main-main, hentikan sekarang juga." Ucap Nyonya Mahendra, masih sedingin dulu.
"Aku sudah melamarnya, Bu."
Nyonya Mahendra yang sedang minum membeku sesaat, lalu dengan perlahan meletakkan kembali gelas yang ia pegang. Terlihat sekali jika wanita baya itu berusaha menenangkan dirinya. Apakah dia marah karena anaknya telah melamar seorang janda? Atau... Apakah dia marah karena ini tentang wanita yang sama? Yang sedari dulu, tak pernah direstuinya?
"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka setuju?"
Aini tersentak dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya dan sungguh, dia tidak siap untuk menjawabnya.
"Ayah dan ibu belum tahu kalau kami berhubungan, Bu." Cicitnya setengah mati, berharap suaranya terdengar sampai ke telinga Nyonya besar Mahendra.
Tony yang tahu jandanya mulai ketakutan, berusaha menenangkannya. Digenggamnya tangan yang terasa dingin itu. Aini menengok ke arah Tony dan sungguh, dia berusaha keras menahan air matanya.
"Atur pertemuan keluarga. Ibu akan datang ke orang tuamu untuk melamar." Ucap Nyonya besar tanpa basa-basi lagi.
Tony tersenyum bahagia. Tak menyangka semua akan semudah ini.
Tanpa kata lagi, Nyonya besar Mahendra bangkit dan meninggalkan mereka, membuat Aini segera bangkit pula dan menundukkan kepalanya sebagai penghormatan terhadap orang tua.
Setelah itu, Aini mendudukkan kembali tubuhnya yang lemas. Air mata menganak sungai tak tertahankan. Tony berlutut di hadapan Aini dan menggenggam tangan kiri pujaannya itu.
"Aku takut, aku takut sekali." Isak Aini sambil mencoba mengusap air mata yang tak mau berhenti juga.
"I know. Tapi kau melakukannya dengan hebat. Kau lihat kan? Semua akan baik-baik saja kali ini. Sudah waktunya kita berbahagia. Hmm?"
"Ibumu menakutkan."
Tony terkekeh. "I know. Yuk, aku antar pulang. Kasihan nanti princess mencari Bundanya yang aku culik."
Dan malam ini terasa sempurna bagi Tony. Dia mendapatkan sebuah penghargaan atas kerja kerasnya sekaligus lampu hijau dari ibunya. Mungkin ini juga malam yang sempurna bagi Aini. Walau Aini tahu Tony bukanlah mahramnya. Walau dia juga sadar, mereka belum memiliki ikatan apapun, tapi entahlah, Aini merasa nyaman dengan sentuhan-sentuhan kecil Tony dan dia bahkan tidak berniat menepisnya sedikitpun.
Apakah ia boleh percaya sekarang?
Apakah yang dikatakan Tony benar?
Bahwa sudah waktunya mereka bahagia?
Sudah waktunya, mereka menjalin kembali apa yang dulu mereka punya?
Apa CLBK ini benar-benar akan bersemi kembali?
Maka, biarlah Tuhan yang membolak-balikkan hati mereka. Biarkan Tuhan memainkan garis takdir Sang Pecinta ke arah yang Ia kehendaki. Ke arah dimana, hanya Tuhanlah yang tahu, sedang mereka, tidak mengetahui.
![](https://img.wattpad.com/cover/251611437-288-k179935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomanceTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA