Aini sedang sibuk menghubungi drivernya yang tak kunjung merespon panggilannya, ketika sinar mentari mulai menyilaukan matanya. Dilihatnya, bidadari kecilnya sedang asik berselfi ria dengan piala kemenangannya. Tidak mempedulikan kalau mereka sudah menunggu lebih dari lima belas menit.
"Maaf, aku terlambat."
Aini membulatkan matanya tat kala seorang pria keluar dari sebuah mobil yang terparkir persis di hadapannya.
"Apa kau baru saja bilang, kalau kau sengaja menyuruh supirku untuk tidak datang menjemputku?" Ujar Aini lebih seperti intimidasi.
"Literally yes, tapi itu juga karena KE-BE-TU-LAN dia harus mengantar pesanan mendadak. Kau boleh mengeceknya sendiri."
"Bagaimana caranya aku mengecek kalau HPnya saja tidak aktif?"
"Nanti maksudku. Nanti." Kekeh si Penjemput yang sudah keluar sempurna dari mobilnya dan berjongkok di depan Adibah, putri kecil Aini.
"Hai, princess. Om yang akan mengantarmu pulang. Shall we?"
Adibah hanya tersenyum dan mengambil pialanya. Mengabaikan totte bag souvenirnya yang tahu akan dibawakan sang Bunda.
Tanpa ragu, gadis mungil itupun masuk ke kursi belakang yang sudah dibukaan oleh Si Penjemput. Ya. Siapa lagi kalau bukan Tony Mahendra. Si Tuan Banyak akal.
Tiin... Tiin..
Aini tersadar saat Tony membunyikan klakson. Tony mengatakan sesuatu dengan matanya dan Aini langsung bisa menangkap maksudnya.
'Masuk sekarang atau kau akan membuat putrimu bingung dengan hubungan kita yang rumit ini.'
Aini menghela napas, mencoba menahan kekesalannya.
*
"Kenapa kita ke sini?" Tanya Aini yang ternyata tidak langsung diantarkan pulang. Mereka malah berada di depan sebuah restoran yang kelihatannya tidak murah.
"Aku belum makan siang dan aku yakin kalian juga belum. Benarkan princess?" Adibah mengangguk cepat hingga kaca matanya turun, ia pun segera merapikannya kembali.
"Kami akan makan di rumah." Tegas Aini sambil melipat kedua tangannya.
"Please! Aku tak mau melewatkan makan siangku hari ini." Rengek Tony dengan sangat meyakinkan.
"Tidak ada yang memintamu melewatkan makan siangmu Tuan Mahendra."
Aini berhenti ketika merasakan lengannya ditepuk.
'Ada apa Bunda? Kenapa bunda marah-marah?' Tanya Adibah dengan jemarinya.
Aini menghela nafas. "Tidak apa-apa sayang. Bunda tidak marah."
Aini akhirnya, lagi-lagi, harus menahan kekesalannya dan mengikuti permainan pria mengesalkan ini.
***
Tepat pukul tiga sore, Aini akhirnya tiba di rumahnya. Dilihatnya, putri kecilnya tertidur lelap. Mungkin kelelahan.
Tanpa kata, Tony keluar dari mobil lebih dulu dan mengangkat Adibah. Mengabaikan Aini yang mengatakan bisa mengangkat putrinya itu sendiri.
"Yang mana?" Tanya Tony ketika mereka sudah ada di dalam rumah sederhana Aini. Dua orang pegawai di rumah itu penuh tanda tanya ketika mereka melihat seorang pria gagah, tampan dan wangi maskulin masuk dengan menggendong Adibah. Bagaimana tidak? Sepanjang mereka bekerja, tidak sekalipun mereka pernah melihat atasannya itu berhubungan dengan pria manapun. Lalu, siapakah si Tampan, Gagah nan wangi semerbak ini?
Aini melewati Tony tanpa kata lalu membukakan pintu kamar putrinya. Tony langsung mengekorinya dan meletakkan si gadis kecil di ranjang merah mudanya.
"Aku takkan mengganggu pekerjaanmu. Seperti yang kau tahu, aku tak pernah muncul saat kau mengantarkan makanan. Meski begitu, aku tidak akan bohong. Aku ada di sana, di balik salah satu pilar hanya untuk melihat kilasan wajahmu." Ujar Tony seakan-akan tahu jika Aini sedang menunggu penjelasan atas tingkahnya hari ini.
"Kau tidak mengerti. Aku tidak ingin membuat masalah apapun. Aku hanya ingin hidup dengan tenang bersama putriku." Mata Aini mulai merebak. Tony Mahendra adalah hal yang tak pernah bisa ia tangani. Tidak dulu, tidak juga sekarang.
"Jangan menyakiti dirimu sendiri Aini. Kau tak bisa menanggung segalanya sendiri. Kau dan putrimu butuh seorang pelindung."
"Kami baik-baik saja selama ini." Balas Aini dengan sangat yakin. Dan itu benar. Bukankah dia memang telah melakukannya dengan baik selama ini?
"Apa jantungmu baik-baik saja saat bersamaku?" Tony mulai mencari celah. Dia sudah terlalu lama membuang-buang waktunya yang berharga dulu dan dia tidak ingin membuang-buang waktunya lagi. Tidak, kalau itu tentang kebahagiaan wanita pujaan yang dulu ia sia-siakan.
"Jangan mengatakan omong kosong!" Aini terkejut mendengarnya. Pertanyaan macam apa itu?
Sedang Tony Mahendra hanya tersenyum penuh kemenangan. 1-0 untuk kepercayaan dirinya. Tony mendekat selangkah lagi dan membuat Aini harus mundur selangkah karenanya. Terkutuklah debaran jantung Aini. Kenapa juga jantungnya bertabuh dengan kencang seperti ini?
"Kau bukan istri dari siapapun jadi aku punya hak untuk mendapatkanmu. Dan aku akan terus berjuang untuk mendapatkanmu sampai kau tak punya pilihan selain menerimaku." Ucap Tony dengan wajah yang begitu dekat dengan pujaannya. Tony ingin sekali meraup wajah itu, tapi Tony menahan diri. Dia ingin Aini jujur dengan perasaannya sebelum mereka benar-benar melangkah lebih jauh.
"Kau terlalu percaya diri." Ucap Aini gemetar sembari mendorong Tony agar menjauh darinya. Ya Tuhan! Dia baru saja menyentuh dada bidang pria itu.
Melihat Aini yang membeku dengan wajah semerah jambu membuat Tony terkekeh. Tapi dia tidak ingin membuat Aini lebih malu dari ini. Tony punya rencana di kepalanya dan dia akan menjalankannya dengan baik. Perlahan tapi pasti, Aini pasti akan menjadi miliknya kali ini.
"Kau pasti lelah. Hari ini tidak usah mengantar makan malamku. Tapi jangan khawatir, aku pasti akan makan. Moodku sedang bagus."
"Aku tak peduli." Ketus Aini yang hanya membuatnya terlihat lebih menggemaskan.
"Yes, You do, Aini. You always do. " Ucap lagi Tony sebelum keluar dari kamar Adibah dan menghilang dari hadapan pujaannya.
Aini memegang dadanya. Ada yang bergemuruh hebat di sana.
"Tidak Aini. Jangan mengulang luka yang sama. Jangan sebodoh itu." Ucapnya sambil meremas bajunya, berharap hatinya akan mendengarkan kata-katanya.
Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali?
Ataukah....
Cinta Lama Belum Kelar?
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomanceTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA