Tony terlihat malas, tapi dia tetap memaksakan tersenyum untuk sekedar basa-basi. Saat ini, dia tengah menghadiri acara tahunan komunitas bisnisnya yang dihadiri oleh banyak CEO dari berbagai negara. Sebuah pesta untuk menjalin persahabatan antar pebisnis. Tapi bagi Tony, acara ini hanya sekedar ajang mencari kolega baru dan semacamnya. Ya, Tony memang seperti itu. Hidupnya adalah bisnis dan dia berbisnis untuk hidup.
"Kau datang juga?" Tanya Tony ketika mendapati Fabian sudah berada di sana bersama istrinya yang jelita.
"Tentu saja. Aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk memamerkan istri cantikku ke semua orang." Jawab Fabian, yang selalu percaya diri.
"Mas..." Rengek sang Nyonya membuat Fabian terkekeh.
Tony hanya menahan tawanya. "Tidak usah malu dengan tingkah suamimu yang memang tidak tahu malu ini, Nyonya. Akupun akan memamerkan istriku suatu saat nanti. Bukan begitu Tuan Bramantiyo?"
Fabian mengerutkan keningnya. Apa maksud perkataan Tony? Dia tidak sedang bermain-main kan?
"Jadi kau akan menikah?" Tanya Si Nyonya sambil mengusap perutnya yang buncit, kalau tidak salah, usia kehamilannya sudah memasuki bulan keenam.
Fabian menatap istrinya lalu balik menatap Tony dengan kebingungan. Apa dia melewatkan sesuatu?
"Tentu saja. Masa tidak?" Jawab Tony seakan-akan menantang Fabian.
Tak lama, pandangan mereka mengarah ke seorang gadis kecil yang memakai gaun indah berwarna merah muda yang menghampiri si Nyonya. Gadis itu tersenyum sembari membawa tartlet yang menggiurkan dan seorang pelayan di belakangnya pun membawa kue lain yang sama menggiurkannya.
"Bawa mereka duduk dan tolong layani istriku dengan baik. Ini." Ucap Fabian yang memberikan tiga lembar uang pecahan kertas pada si pelayan yang langsung diterimanya dengan hormat.
Nyonya Bramantiyo menundukkan kepalanya untuk memberi hormat pada Tony, dan menjauhkan diri dari suaminya. Tony melakukan hal yang sama.
"Siapa yang menyangka, kau akan segera menjadi seorang ayah. Si Brengsek yang selalu beruntung." Ejek Tony yang sebenarnya merasa iri.
"Apa yang sedang kau cari Mahendra? Kenapa kau terus melirik ke sana kemari? Apa kau mencari seseorang?"
Ya. Dia memang mencari seseorang. Mencari kemungkinan Aini berada di sini. Dia tahu gadis kecil tadi. Itu putri Aini. Kalau putrinya ada di sini, bukan tidak mungkin kan kalau...
"Matamu membesar ketika melihat anak perempuan tadi. Kau jelas-jelas mengenal Dibah. Apa aku salah?"
"Ada apa denganmu Fabian? Kenapa kau jadi parno seperti ini?"
"Selamat malam, Tuan Bramantiyo. Maaf mengganggu. Boss, Anda harus menemui beberapa orang di sana."
Uff. Tony merasa lega. Alesha datang di saat yang tepat. Fabian selalu over act kalau sudah berhubungan dengan istrinya.
"Baiklah. Aku akan segera menyusul."
Fabian mencengkram lengan sahabatnya dan menariknya agak ke sisinya. Dilihatnya, sang istri menatapnya dengan heran dan Fabian pun segera melepaskan cengkramannya itu dan menggantinya dengan rangkulan leher ala sahabat yang dibuat-buat.
"Aku sudah memperingatimu Mahendra. Jangan bermain-main dengan wanita itu. Dia lebih dari sekedar kakak bagi istriku. Dan dia tidak pantas untukmu." Bisik Fabian yang masih terdengar jelas oleh Tony.
"Bukan kau yang menentukan siapa yang pantas untukku, Bramantiyo. Kau pikir, apa brengsek sepertimu pantas untuk istrimu itu?" Jawab Tony sembari membebaskan tubuhnya.
Fabian mengepalkan tangannya. Mencoba setengah mati, menahan amarahnya.
"Tuhan, Fabian. Tuhanlah yang menentukan jodoh kita? Ya kan?"
Fabian melihat ke arah Tony yang menjauh. Dia bisa melihat jelas manik legam Tony. Saat ini, sahabatnya itu tengah fokus dalam sesuatu dan Fabian yakin, ini ada hubungannya dengan Aini. Fabian tidak akan tinggal diam. Dia berhutang budi seumur hidup pada Aini. Wanita yang sudah seperti kakak kandung istrinya sendiri. Wanita, yang jika bukan karena dia, entah kemana istrinya setelah malam bejad yang dulu ia lakukan.
FLASH BACK ON
"Apa maksud Mbok, Mang Dirman sudah tidak bekerja di sini lagi?"
"Mang Dirman mengundurkan diri setahun yang lalu Den."
"Tapi kenapa?"
"Mbok ndak tahu, Den."
Tony baru saja kembali dari negeri Paman Sam setelah mendapatkan gelar bachelornya. Dia bersabar dengan segenap rindu dengan harapan, setelah pendidikannya selesai, dia bisa fokus dengan Aini dan perusahaan. Usianya mungkin terbilang muda, tapi dia yakin, dia bisa memanage keduanya.
Tapi apa ini? Aini tidak pernah bisa dihubungi dan sekarang, ayahnya pun sudah tidak lagi bekerja di sini.
Alih-alih mengistirahatkan tubuhnya yang masih jetleg setelah penerbangan dua puluh jam, Tony malah mengambil kunci mobil dan melajukannya dengan pasti. Dia sudah merencanakannya dengan baik dua tahun yang lalu, dan dia akan memastikan semua berjalan sesuai rencananya. Membuktikan pada Ibunya jika ia bisa dihandalkan bagi perusahaan, dan memastikan perasaannya tidak akan mengacaukan konsentrasi kerjanya.
***
Mang Dirman terkejut ketika melihat tamunya yang datang di sore hari. Bagaimana tidak? Dia adalah mantan majikan mudanya dua tahun yang lalu. Majikan yang membuatnya harus membuat keputusan untuk tidak lagi berurusan dengan keluarga Mahendra.
"Ada apa, Den? Apa ada yang bisa saya bantu? " Tanya Mang Dirman formal.
"Boleh saya tahu kenapa Mamang mengundurkan diri?"
"Sebaiknya Aden pulang sekarang, sebelum hari gelap."
"Apa gara-gara saya? Apa karena saya menyukai anak Mamang? Apa ibu saya mengatakan sesuatu?"
"Itu tidak penting lagi. Lagi pula, Aini sekarang telah menikah dan berbahagia bersama suami dan anaknya. Jadi sebaiknya Aden pulang sekarang."
Petir serasa menyambar Tony di sore yang mulai menjingga itu. Apa katanya tadi? Aini sudah menikah? Dia bahkan telah memiliki anak?
FLASH BACK OFF
![](https://img.wattpad.com/cover/251611437-288-k179935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomansaTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA