Aini bergegas. Dia tidak ingin terlambat sedetikpun. Sudah seminggu dia seperti ini, mengerjakan personal katering untuk Boss yang sampai detik ini, tidak pernah ia tahu.
Seperti biasa, Aini tiba paling tidak 30 menit sebelum jam kepulangan majikan barunya, dan harus keluar selambat-lambatnya 17.55. Ya, Benar. Aini hanya punya waktu kurang dari setengah jam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sebenarnya dia bisa saja menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu sepuluh menit, toh hanya menata makanan yang ia bawa, jadi kurang dari setengah jam sudah lebih dari cukup baginya.
Aini tidak harus bergegas seperti ini kalau saja kemacetan bersahabat dengannya tadi. Sayangnya, kecelakaan kecil membuat jam pulang kantor yang biasanya macet, menjadi lebih macet dari biasanya.
"Aini!"
Perempuan 30 tahunan itu berhenti di pintu lobby ketika seseorang memanggilnya. Matanya yang salah atau tadi dia seperti melihat seseorang yang ia kenal? Seseorang dari masa lalu yang tak pernah ingin ia temui lagi. Seseorang yang... Ah! Sudahlah. Aini bahkan ingin mengeyahkan pikiran itu.
Aini melanjutkan langkahnya lagi ketika sekali lagi namanya dipanggil dan matanya terbelalak ketika ia mengetahui siapa yang sedari tadi memanggilnya.
"Oh Hai!" Sapa Aini kikuk. Pasalnya dia tidak menyangka akan bertemu dengan sosok di hadapannya ini dalam keadaannya yang sepertinya... tidak nyaman?
"Uff! Look at me! Aku mengejarmu sampai kehabisan nafas."
"Apa Anda baik-baik saja?" Tanya Aini ragu.
"Me? Of course not. Ayo kita ke sana dan aku akan bicara setelah mengatur nafasku kembali." Katanya sembari menunjuk ke coffee shop yang ada di lobby apartemen.
Sosok di hadapannya mendahuluinya tanpa menunggu jawaban Aini, membuatnya tak mempunyai pilihan selain mengikuti sosok itu.
***
Di dalam coffee shop.
Sluuurrpp.
"Sorry, tapi aku benar-benar kehausan." Ucap sosok di hadapan Aini yang baru saja menghabiskan lemon squashnya dalam sekejap.
"Tidak apa-apa."
Setelah mengatur nafasnya kembali, sosok itu akhirnya menguasai tubuhnya dan siap menyelesaikan pekerjaannya.
"Seharusnya aku menemuimu tadi siang, tapi maaf, Boss sedang super sibuk, jadi aku baru bisa menemuimu sekarang. Ini, ambilah!"
Aini melirik ke sebuah map dan melirik ke dalam map tersebut. Sebuah kontrak kerja.
"Ini.. "
"Yup, kau diterima karena ini sudah bertahan selama seminggu dan aku tidak menerima komplain dari si Boss. Thanks God! You save me. " Ucap si sosok yang tak lain adalah orang yang ia temui ketika ia pertama kali datang ke apartemen majikan yang selalu dipanggil Boss itu.
"Apa sebelumnya juga ada personal katering untuk si Boss?"
"Yeah. Some. Dan semuanya gagal saat trial. Our Boss is freaking picky. But he is nice. Don't worry."
"Apa aku harus menanda tanganinya sekarang?" Tanya Aini lagi ragu.
"Bawa saja dulu. Aku harus segera menemui Boss dan mengecek keperluannya. Kami ada pertemuan bisnis malam ini."
"Ah, pantas Anda cantik sekali hari ini." Puji Aini spontan.
"Aw thank you, tapi jangan terlalu formal. Panggil aku Alesha, dan btw, aku ini hanya sekretaris Boss. Jadi kita sama saja."
"Jadi Boss kita seorang pria?"
"Hahaha. Maaf Aini. Jadi aku belum memberitahumu ya? Yes, Hun. Tapi maaf, again, dia VVIP dan aku tidak bisa memberitahumu karena kau sudah mengetahui tempat tinggalnya , terlebih kau punya akses untuk mondar-mandir ke area privatnya. Kau dilarang keras mengetahui identitasnya, dan please jangan tersinggung. Ini hanya protokol saja."
"Jangan cemas. Aku tidak keberatan. Aku hanya akan melakukan pekerjaanku. Itu saja."
"Good. Aku harus pergi sekarang, apa kau ingin aku panggilkan taksi?"
"Oh, tidak usah Mbak. Boss pasti sudah menunggumu. Silahkan duluan dan terima kasih atas minumannya."
"No problem. See you."
Aini memandangi Alesha dengan tubuh semampainya. Seperti apa Bossnya jika sekretarisnya saja terlihat seperti seorang model. Ah, kenapa juga Aini harus tahu, toh dia bahkan dilarang untuk mengenal Si Boss, majikan barunya.
***
Di dalam Apartemen.
Terkutuklah Alesha karena dia muncul tiba-tiba dan entah dari mana tadi. Membuat Tony hampir saja ketahuan oleh Aini. Untunglah dia memiliki reflek yang bagus, kalau tidak, habislah dia. Begitu Aini melihatnya, Tony berani jamin, wanita itu akan langsung menghilang seperti dulu.
"Hanya kau yang makan malam dengan makanan rumah, padahal kau diundang ke pesta bintang 5, Boss."
Tony hanya menghiraukan sekretarisnya. Dan kehadiran sang sekretaris membuatnya teringat akan jadwalnya malam ini.
"Apa aku harus pergi? Aku lelah dan mengantuk."
"Para investor dari Saudi akan datang di pertemuan itu, Boss. So... Yup, you have to come."
Tony meneguk minumnya. Makan malamnya yang lezat habis tak bersisa dalam sekejap. Aini memang tak pernah mengecewakan selera makannya.
Aini Aini, Tony bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mau sampai kapan ia terus kucing-kucingan seperti ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK sama janda
RomanceTentang mereka yang dulu terpisah Tentang mereka yang tak lagi saling menyapa Apakah Cinta Lama Bersemi Kembali? Ataukah Cinta Lama Belum Kelar? BUKU 3 SERI 4 SEKAWAN SAGA