Ketika Laurel bangun pagi selanjutnya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Pikirannya terasa berkabut, segala hal yang terjadi kemarin terasa seperti mimpi.
Laurel bangun dan berpakaian, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan bergerak ke luar. Harry menunggunya di depan pintu asrama seperti biasanya.
"Tidurmu baik-baik saja kemarin malam?" tanya Harry.
"Hmm," jawab Laurel, samar-samar mengingat menggigil kedinginan saat meringkuk di tempat tidurnya dan meneriaki Malfoy. Dia tidak berbicara lagi saat mereka berjalan ke Aula Besar. Mereka berpisah saat Laurel menuju ke meja Slytherin, Harry membawanya makan di meja Gryffindon pada hari-hari awal dan Laurel tahu kehadirannya tidak diinginkan di meja para singa.
Laurel duduk di sebelah Rigel, memaksakan mulutnya mengunyah sedikit roti panggang.
"Pelajaran pertama Ramuan," kata Rigel ceria. Snape tidak peduli apa pun yang mereka lakukan, Rigel bisa bermain, tidak memperhatikan pelajaran sama sekali dan Snape tidak akan berkomentar apa-apa.
Pelajaran Harry dimulai sepuluh menit lebih awal dari Laurel hari ini, dia dan Rigel berjalan ke bawah tanah tempat kelas Ramuan berada tanpa diantar Harry. Profesor Snape sudah ada di dalam ruangan, tidak menoleh ketika Laurel dan Rigel memasuki kelas dan mengambil tempat mereka di balik meja.
"Hari ini kita akan mencoba membuat Ramuan Pelupa," kata sang profesor datar ketika semua kursi sudah terisi. "Buka buku kalian pada halaman 87 dan jangan mengacau. Ramuan akhir kalian akan dinilai pada akhir pelajaran."
Ada banyak suara keluhan, tapi satu tatapan tajam ke anak-anak tertentu sudah cukup untuk membuat mereka tutup mulut dan segera bekerja.
Laurel membuka bukunya dan mulai membaca resepnya, merasakan kepalanya agak pening saat mendaftar bahan-bahan yang harus diambilnya dari lemari persediaan kelas. Rigel sudah bergerak lebih cepat darinya, menenteng bukunya dan berdesak-desakan dengan anak-anak lain di depan lemari untuk mengambil bahan.
Memastikan dia sudah membaca bagian depan resep beberapa kali, Laurel mulai mengumpulkan bahan-bahannya sendiri. Kualinya sudah dipanaskan. Petunjuk yang ada di bukunya lumayan jelas, asalkan dia hati-hati melakukan semuanya ramuannya akan lulus inspeksi Snape. Suara-suara di kelas terasa menjauh saat gadis kecil itu memfokuskan dirinya pada ramuan yang akan dibuatnya.
Dua lembar sayap rayap. Laurel hati-hati menghitungnya, memastikan tidak ada sayap yang menempel dengan yang diambilnya. Mata kumbang dan kulit sebuah makhluk entah-apa-namanya. Mengabaikan bunyi denging yang mulai didengarnya, Laurel melaksanakan perintah selanjutnya. Aduk searah dengan jarum jam empat kali, lalu berlawanan tiga kali.
Ruangan kelas itu mulai dipenuhi dengan uap panas dari kuali anak-anak. Udara terasa lembap dan berat. Laurel merasakan kulitnya memanas, kelas itu terlalu pengap.
Satu putaran lagi ke kanan, lalu diamkan satu menit sebelum aduk kembali dan tambahkan bahan lainnya, instruksi buku Ramuan. Cairan di dalam kuali Laurel menggelegak, warnanya ... apa sudah benar? Laurel mengangkat tangannya untuk membalik halaman buku, merasakan tangannya terasa berat dan tulisan di bukunya keliatan agak kabur.
Kuning kecokelatan? Ya, itu sudah benar. Dia harus menunggu satu menit sekarang. Waktu terasa berjalan lebih lambat. Ada banyak anak yang berbisik-bisik pada satu sama lain dan Snape berjalan mengitari kelas untuk mengkritik ramuan anak-anak Gryffindor. Suara mereka terdengar teredam di telinga Laurel.
Apa sudah satu menit? Laurel menyadari dia sempat jatuh melamun sebentar, atau paling tidak rasanya begitu. Kelopak matanya berat, begitu pula napasnya. Dia harus segera bergerak dan mengaduk ramuannya lagi dan-
KAMU SEDANG MEMBACA
Castaway || A Harry Potter Fanfiction
Fanfiction[ON GOING - YEAR ONE] Laurel ditarik masuk oleh sepupunya, Harry Potter, ke dalam dunia sihir dan mendapati bahwa hidupnya telah berpusar pada Harry Potter, Albus Dumbledore, dan Lord Voldemort bahkan sebelum dia mengetahuinya.