1.3 | lupin

2.5K 452 64
                                    

"Tunggu, nama anak itu Black?!"

"Bukan hal yang harus kau khawatirkan, mate," kata Ron. "Black adalah salah satu keluarga Darah Murni terbesar. Tadinya yang terbesar, paling tidak, yang kutahu Sirius Black adalah pewaris terakhirnya. Tidak mengerti bagaimana Profesor Lupin berakhir dengan seorang bocah Black, tapi itu bukan urusan kita."

"Aku tidak akan mengkhawatirkan hubungannya dengan Laurel kalau aku adalah kamu, Harry," sambung Hermione. "Ginny lumayan kenal dengan Lyall, dia anak yang baik. Rigel sudah tinggal bersama mereka sedari bayi. Kata Ginny, Rigel sudah dianggap pengkhianat darah."

"Dan, Harry," kata Ron. "Aku malah nyaris tidak pernah melihat Laurel menghabiskan waktu dengan anak Black itu. Dia tidak akan punya waktu untuk mencari teman sendiri kalau kamu terus-menerus menariknya denganmu kemanapun kamu pergi."

Harry menarik dirinya dengan defensif. "Aku tidak bisa membiarkan Laurel sendirian, siapa yang tahu apa yang akan Malfoy lakukan?"

"Harry!" kata Hermione menegur. "Berhentilah menjadikan Malfoy sebagai alasan! Kita semua tahu Laurel bisa menjaga dirinya sendiri."

"Menurutmu aku hanya menginginkan Laurel untuk diriku sendiri, begitu?" Harry merasakan amarahnya naik. "Menurutmu aku tidak ingin Laurel memiliki teman?"

"Kamu yang bilang itu sendiri," komentar Ron. "Ow, Hermione! Kenapa kamu mencubitku?!"

Harry baru saja hendak meledak pada kedua sahabatnya ketika dia mengingat sesuatu. "Pelajaran Herbologi Laurel selesai lima menit lagi. Aku harus lari ke bawah!" Anak laki-laki berumur tiga belas tahun itu meloncat dan dengan langkah-langkah cepat melompati lubang lukisan ruang rekreasi Gryffindor.

"Kalau Ginny kuperlakukan seperti itu sehari saja, hidungku pasti sudah akan lepas ditendang olehnya," gumam Ron pada Hermione.

"Aku punya perasaan itu akan terjadi pada Harry, cepat atau lambat," balas Hermione, menatap lubang lukisan yang terbuka. "Jam berapa sih ini? Oh, Merlin! Pelajaran Rune Kuno-ku!" Hermione menyambar tasnya, mengabaikan Ron, dan langsung berlari keluar.

Ron mendesah, Hermione benar-benar terlalu banyak mengambil pelajaran.

***

Harry mengabaikan tatapan anak-anak kelas satu yang lain, perhatiannya hanya tertuju pada Laurel. "Bagaimana pelajarannya?"

"Baik-baik saja," kata Laurel agak datar. Dia tak berkata apa-apa saat Harry menggiringnya pergi menjauh dari anak-anak lain.

"Pelajaran apa yang kamu punya sehabis ini?" tanya Harry.

Laurel menghela napas, tahu Harry sebenarnya sudah hafal jadwal pelajarannya. "Sejarah Sihir dua puluh menit lagi, setelah itu langsung menyusul Pertahanan terhadap Ilmu Hitam."

"Aku tidak tahu bagaimana Profesor Lupin mengajar, pelajaran pertamaku dengannya semestinya tepat setelah kelasmu selesai," Harry berbicara. "Dapat tugas dari Profesor Sprout?"

"Hanya membaca bab selanjutnya. Bisa kuselesaikan lima menit sebelum pelajaran Herbologi selanjutnya."

"Lebih baik kerjakan secepatnya, jangan menunda," Harry mencoba menjadi kakak yang bijaksana, menasihati Laurel.

"Kata orang yang menyalin tugasnya dari Hermione," balas Laurel main-main.

"Paling tidak aku menyelesaikannya tidak lima menit sebelum yang diharuskan," protes Harry. "Apa yang mau kamu lakukan sekarang?"

"Pergi ke kelas Sejarah Sihir."

"Itu masih dua puluh menit lagi."

Laurel meralatnya, "Delapan belas. Terlalu pendek untuk melakukan apa pun. Lebih baik aku menunggu di kelas."

Castaway || A Harry Potter FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang