1.7 | malam halloween

2.1K 376 60
                                    

"Terima kasih, Cedric," ucap Laurel pada si pemuda Hufflepuff, tulus.

"Tidak masalah." Cedric memaksudkan perkataannya benar-benar, balas tersenyum pada Laurel. "Aku akan selalu ada jika kau membutuhkan bantuan," dia memberitahu Laurel serius sebelum mereka berpisah jalan.

Laurel berkeliaran tanpa tujuan yang jelas sampai sore hari, saat kereta-kereta kuda dengan anak-anak di dalamnya kembali dari Hogsmeade. Menemukan wajah Hermione dan Ron, Laurel memutuskan untuk menghampiri mereka. Kedua anak yang lebih tua itu pasti akan langsung bergabung bersama Harry.

"Kami bawa permen untukmu!" Ron berseru riang.

"Oh, tapi apa kau sudah boleh makan permen? Kau baru keluar dari sayap rumah sakit, bukan? Maaf kami tidak mengunjungimu," Hermione berkata dengan khawatir. "Kami kebanyakan beli untuk Harry. Di mana dia, omong-omong?"

"Tidak tahu," jawab Laurel. "Aku tadi bilang pada Harry akan beristirahat di kamar."

"Ruang rekreasi, mungkin," Ron berkata. "Dia tidak punya tempat lain untuk dikunjungi, bukan? Ayo, naik sekarang."

"Ayo." Hermione ikut menarik Laurel. "Kita bisa duduk di depan lukisan nanti."

Harry memang ada di ruang rekreasi Gryffindor. Dia keluar dan duduk bersama mereka di kursi pinggir koridor depan lukisan si Nyonya Gemuk. Hermione dan Ron bergantian menceritakan tentang Hogsmeade, penuh semangat, sambil menyodorkan permen macam-macam yang mereka beli dari Honeydukes.

"Aku tidak tahu kenapa mereka tidak mengizinkanmu pergi ke sana. Atau malah kenapa izin orang tua diperlukan sama sekali," kata Hermione, mencoba menghibur Harry. "Maksudku, Hogsmeade sepenuhnya aman! Mungkin sekarang mereka masih takut soal Sirius Black, Harry, tapi cepat atau lambat dia akan ditangkap dan setelah itu mungkin mereka akan mengizinkan kau ikut pergi, meski tanpa tanda tangan pamanmu." 

"Ya, begitulah," Harry bergumam. "Untuk apa Sirius Black masih begitu setia pada Voldemort, aku tidak tahu. Memangnya para pengikutnya tidak bisa lihat dia gila?"

"Mereka semua gila soal status, itu apa," kata Ron, tadi bergidik begitu mendengar nama itu Dia-yang-Tidak-Boleh-Disebut. "Keluarga Black, dan kebanyakan keluarga Darah-Murni mendukung poin-poin Kau-Tahu-Siapa karena itu menguntungkan mereka."

Laurel langsung merasa tidak nyaman begitu keluarga Black disebutkan. Rigel memang tidak pernah mengatakan apa-apa soal keluarga kandungnya, tapi mendengar keluarga temannya disinggung seperti ini terasa salah.

Melihat wajah Laurel, Ron buru-buru berkata. "Maksudku bukan Rigel. Dia dibesarkan dengan baik, tidak seperti anggota keluarga Black lainnya." Ron berhenti untuk mengerutkan wajah. "Aku masih tidak mengerti dari mana asal anak itu. Tidak mungkin Sirius Black punya anak, kan? Dia sudah masuk ke dalam Azkaban satu tahun sebelum anak itu lahir. Dan adik Sirius malah sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya, penyebab kematiannya tidak diketahui."

"Aku tidak bisa membayangkan betapa gelapnya waktu itu," kata Hermione. "Pengikut Kau-Tahu-Siapa bertebaran di mana-mana. Aku tidak pernah terlalu memikirkannya sebelumnya. Aku hanya pernah membacanya di buku, sulit membayangkan keadaan masih begitu sampai dua belas tahun lalu. Itu kan bukan waktu yang sangat lama dari sekarang."

"Tidak ada yang aman, pengikut Kau-Tahu-Siapa juga. Mum sekali menyebutkan bahwa seseorang pernah mencoba untuk mundur dari jajaran pengikut Kau-Tahu-Siapa dan langsung diburu karena dianggap berkhianat," Ron berkata.

"Mereka bahkan tidak boleh mundur?" Hermione terlihat ngeri. "Harusnya aku tidak terkejut lagi."

"Kenapa kalian tidak lanjut bercerita soal Hogsmeade lagi?" cetus Harry, menyadari arah pembicaraan mereka mulai gelap.

Castaway || A Harry Potter FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang