0.1 | ulang tahun dudley

5.8K 685 31
                                    

"Bangun! Bangun, cepat!" Laurel dapat mendengar Mama berteriak di bawah sambil menggedor-gedor pintu ruangan di bawah tangga, kamar Harry.

Laurel tidak senang mendengarnya, perlakuan Mama pada Harry.

Kamar Laurel dulunya kamar mainan milik Dudley, kata Mama, tapi yang masih tidak bisa Laurel mengerti adalah kenapa kamar itu tidak dipakai Harry sejak dahulu. Bagaimanapun, Harry sudah tinggal di sana selama hampir sepuluh tahun dan Laurel baru dua tahun.

Laurel menuruni tangga dengan hati-hati, takut akan mengotori tempat tidur Harry di bawahnya. Tumpukan hadiah memenuhi meja dapur.

"Selamat ulang tahun, Dudley," kata Laurel cerah, menduduki tempatnya di meja. "Selamat pagi Mama, Papa."

Harry sedang memasak sembari juga membawa makanan mereka ke meja. Anak laki-laki yang lebih tua darinya itu meletakkan telur dan daging goreng di hadapan Laurel, tersenyum sedikit padanya.

Dudley mulai menghitung hadiahnya. Laurel mengamatinya penasaran, dua tahun ulang tahunnya dirayakan oleh keluarga Dursley, belum pernah dia mendapatkan hadiah sebanyak Dudley. Dia punya lebih banyak dari yang diperolehnya di panti asuhan dan jelas-jelas berkali-kali lipat dari semua hadiah yang diterima Harry untuk Natal dan ulang tahun setiap tahun, tapi masih tidak menandingi gunung hadiah mahal yang tertumpuk di meja makan.

"Laurel, Sayang, ayo dagingmu dimakan," Mama berkata dengan lembut padanya.

Papa mendongak dari surat kabarnya. "Ya, kamu akan memerlukan banyak tenaga untuk pergi jalan-jalan ke kebun binatang nanti, eh, Laurel?" Papa memberikan padanya sebuah senyum. "Kita akan bersenang-senang untuk ulang tahun kakakmu, eh? Dudley, makanlah yang banyak, Nak. Ini hari ulang tahunmu."

"Tiga puluh enam," kata Dudley yang sudah selesai menghitung, tidak senang. "Kurang dua dibandingkan tahun lalu."

"Sayang, kamu belum menghitung hadiah dari Bibi Marge, ini dia," Mama dengan cepat berkata, menarik paket dari Bibi Marge dari bawah tumpukan itu.

"Tiga puluh tujuh, kalau begitu." Wajah Dudley memerah. Laurel memundurkan kursinya sedikit, takut Dudley akan mengamuk.

"Oh, tentu saja, Dudley, Nak, kamu lupa menghitung hadiah dari adikmu," Papa berkata dengan ceria, mengeluarkan kotak lainnya, jam tangan yang Laurel pilihkan beberapa hari yang lalu saat dia pergi ke toko bersama Mama. "Lihat, Laurel memilihkan yang berwarna biru seperti matamu."

Dursley melihat ke arah Laurel sekilas, lalu kembali menghadap ke Mama dan Papa. "Tapi itu artinya aku punya jumlah hadiah yang sama seperti tahun lalu!"

Oh, betapa mengerikannya.

"Dan kami akan membelikan satu hadiah lagi untukmu saat jalan-jalan nanti!" sambung Mama. "Bagaimana, Manis?"

Dahi Dudley berkerut sedikit. "Jadi aku akan punya ... tiga puluh sembilan?"

Mama tersenyum lega Dudley tidak jadi mengamuk. "Betul, anak pintar," katanya.

"Oh, baiklah."

"Anak ini tidak mau rugi! Pintar kau, Dudley!" Papa tertawa.

Saat itu, telepon berdering. Mama bangun untuk mengangkatnya. Laurel memakan sarapannya sambil menonton Dudley membuka hadiah-hadiahnya dengan mata lebar. Ada mobil mainan dan permainan komputer serta arloji lain dari emas, jelas Dudley akan memilih itu dibandingkan hadiah jam dari Laurel.

Mama kembali ke ruang makan. Wajahnya berkerut cemas. "Mrs Figg patah kaki, tidak bisa dititipi dia"

Laurel merasakan dirinya ingin meloncat-loncat gembira meski dia agak merasa bersalah. Mrs Figg sangat membosankan, tapi dia baik sekali pada Laurel. Namun, ini berarti Harry dapat pergi bersamanya ke kebun binatang! Harry tidak mengetahui tentang banyak hal-hal yang Laurel ceritakan padanya tentang kunjungannya ke kebun binatang yang terdahulu, tapi sekarang Harry dapat melihatnya sendiri.

Castaway || A Harry Potter FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang